Tuesday, 12 April 2016

Makalah Aswaja Pemikiran Tokoh Aswaja Dibidang Tasawuf


Kata pengantar

Segala puji bagi allah, yang maha pemberi rezeki  bagi setiap makhluk, semoga kita semua selalu diberikan kesehatan agar bisa melaksanakan kegiatan seperti biasanya. Dan semoga selalu tercurahkan rahmat kepada Rasulullah SAW. Yaitu suri teladan bagi seluruh umat manusia.










































DAFTAR ISI

























                      

















                                         BAB1


PENDAHULUAN




A. LATAR BELAKANG




Untuk mencapai puncak kesempurnaan dalam beribadah dan  mengikuti syariat Rasulullah saw. Selalu berpegang teguh pada ilmu kebenaran, membersihkan hati dari sifat yang tidak sesuai dengan syariat, mengendalikan hawa nafsu, membangun akhlak yang berlandaskan pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah.



B. RUMUSAN MASALAH

1. Memahami defenisi tasawuf

2. Memahami dasar-dasar tasawuf

3. Memahami cirri-ciri umum tasawuf

4. Memahami perkembangan tasawuf di indonesia























BAB II


PEMBAHASAN




A.DEFENISI TASAWUF




Secara etimologis pengertian tasawuf sendiri masih di perselisihkan oleh para ahli, karena adanya perbedaan pandangan mereka mengenai asal usul tasawuf itu sendiri. Ada sebagian para ahli mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shaff yang artinya barisan dalam sholat berjamaáh. Dan ada juga yang mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafwah yang berararti terpilih atau terbaik. Tasawuf itu sendiri ada juga yang mengatakan berasal dari kata shafa atau shafwu yang artinya bersih atau suci. Adapun pengertian tasawuf ada beragam pendapat yang disampaikan oleh para tokoh sufi. Bahkan imam as-Suhrowardi, tokoh sufi mengatakan : “ada lebih dari seribu pendapat yang disampaikan oleh toko sufi dalam mendefinisikan tasawuf”.

Perbedan dalam memaknai taswuf ini lebih disebabkan karena parah tokoh sufi dalam memberikan makna, disesuikan dengan pengalaman spiritualnya masing-masing.



1. TASAWUF  AL-JUNAIDI AL-BAGHDADI

     Nama lengkapnya adalah abu Al-Qasim al-Junayd bin Muhammad bin al-junaid al-Khazzaz al-Qawariri al-nahawandi al-baghdadi, dia lahir dan wafat (297 H/910 M) dikota baghdad. Dalam bidang tasawuf selain berguru pada pamanya Sari Al-Saqathi, dia juga berguru kepada Al Harits bin Asaad  Al-Muhasibi (165-123 H/ 781-856 M), dan yang lainya. Menurutnya: “Tasawuf adalah membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlaq yang fitri, menekan sifat basyariya (kemanusiaan), menjahui hawa nafsu, memberikan tempat bagi sifat-sifat kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadiannya, memberikan nasihat kepada umat , benar-benar menepati janji kepada Allah SWT, dan mengikuti syariat Rasulullah SAW”.



Al-Junaidi disepakati sebagai ulama yag brdiri  di persimpangan jalan. Semua kalangan menerima mazhab yang dibangunya.

Menurut sejarawan sebagian ulama, ada empat faktor yang mengantarkan madhzab al-junaidi menjadi standard dalam tasauf Ahlusunnah Waljama’ah sehingga al-junaidi menjadi satu-satunya figur yang berhak menyandang gelar ” syaikh al-tha’ifah al-shufiyyah wa sayyiduha’’.

Keempat factor tersebut adalah :

1. Konsistensi Al-Kitab dan Sunnah

    Penguasanya terhadap bidang studi ilmu al-quran, hadis dan fikih membawa pengaruh positif terhadaf  junaidi untuk mebangun mazhabnya diatas fondasi alquran dan sunnah. Diantara perkataan junaidi yang terkenal dan dijadikan kaedah oleh kalangan shufi adalah kalimatnya yang berbunyi: “Ilmu kami ini (tasawuf) dibangun dengan fundasi alkitabdn sunnah. Barang siapa yang belum hafal al-quran, belum menulis hadis dan belajar ilmu agama secara mendalam, maka ia tidak bisa dijadikan panutan dalam tasawuf”.



2. Konsistensi tehadap syari’ah

    Junaidi juga membangun tasawufnya diatas fondasi konsistensi terhadap syari’ah. Menurut junaidi seseorang yang melenceng dari sunnah rasul, maka pintu kebaikan akan tertup baginya.



3.Kebersihan dalam akidah

   Al-Junaidi juga membangun mazhabnya diatas fondasi akidah yang besih yakni akidah Ahlussunnsh Wal-jamaah. Dalam hal ini junaidi mengatakan : “ pertama kali yang dibutuhkan oleh sseorang yang mendalami agama adalah mengenal pencipta kepada makhluk, mengenalkaan kepada yang baru bagaiman di menciptakanya, bagaimana pemulaan dirinya dan bagaimana pul setelah kematianya, sehingga dia dapat membedakan antara sifat sang khalik dari sifat makhluknya, mengesakanya dan mengakui akan kewajiban menaatinya.

4. Ajaran tasawuf yang moderat.

   Al-Junaid membangun mazhabnya diatas fondasi ajaran moderat, yang meruphkan cirri khas ajaran Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Dalam hadis dikatakan bahwa “sebaik-baik perkara adalah yang moderat”.



Jadi pada intinya, tasawuf adalah usaha untuk menyucikan jiwa sesuci mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga kehadiran Alloh SWT. senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan. Menurut ajaran tasawuf, apabila seorang muslimin meningkatkan kualitas pendekatan dirinya kepada Allah SWT, lebih dahulu ia harus memahami syariat sebaik-baiknya. Dalam hal ini, harus mempelajari fiqh dalam segala bidangnya secara baik yang meliputi bidang ibadah, muamalah, pernikahan, warisan dan sebagainya ssesuai dengan yang telah dirumuskan dalam mazhab-mazhab fiqh,yaitu mazhab hanafi, mliki, syafi’i, dan hanbali.



Imam Malik bin anas (w. 179 H./795 M.) pendiri madzab Maliki, mengatakan: “Barang siapa yang menjalani kehidupan tasawuf tanpa dilandasi oleh pengalaman fiqih, maka ia akan menjadi zindiq (menyimpang dari agama yang benar), barang siapa yang melaksanakan fiqh tanpa dilengkapi pengalaman tasawuf, ia telah fasiq (banyak dosa), dan barang siapa yang melakukan keduanya secara seimbang, maka ia telah meraih hakikat kebenaran”.



Selain junaidi kemi juga mengutip defenisi tasawuf  menurut imam zakariya al-Anshori : “ Tasauf mengajarkan cara untuk menyucikan diri , meningkatkan akhlaq dan membangun kehidupan jasmani maupun rohani untuk mencapai kehidupan abadi ”.[1] Sesungguhnya islam secara utuh adalah mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Serta mengimaninya. Dan ajaran-ajaranya melalui  para sahabat dan diteruskan oleh para tabi’in, selanjutnya para ulama-ulama generasi berikutnya sampai pada masa kita.[2]






2. TASAWUF  AL-GHAZALI



Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali al Thusi. Dia lahirkan di kota Thus, pada tahun 450 H/ 1058 M. Dalam ajaran  tasaufnya, al-ghazali memilih tasawuf sunni yag berdasarkan Alquran dan As-Shunnah Nabi ditambah dengan doktrin Ahl-As-Sunnah  wa Al-Jama’ah. Dan tasawuf Al-Ghazali bercorak  psiko-moral yang mengutamakan pendidikan moral.

Selain belajar tasawuf kepada syaikh Yusuf al-Nassaj(487 H/1094 M), beliau juga belajar tasawuf kepada Syaikh Abu Ali al-Fadhal bin muhammad bin Ali al Farmadzi(477 H/108 M), dan beberapa guru beliau yang lain. Ada tiga karangan Al-Ghazali yang menggambarkan corak intelektual dan sosok kepribadian Al-Ghazali, yaitu:

1. Al-Munqidz min Al-Dhalal (penyelamat dari kesesatan)

2. Tahafut Al-Falasifah (runtuhnya para filosof)

3. Ihya’ Ulum Al-Din (menghdupkan ilmu-ilmu agama)



Menurut Al-Ghaszali jalan menuju tasawuf dapat dicapai dengan cara mematahkan hambatan-hambatan jiwa dan membersihkan diri dari moral yang tercela sehingga kalbu lepas dari segala sesuatu selain allah dan selalu mengingatnya. Dan ia berpendapat bahwa sosok yang terbaik, jalan mereka adalah yang paling benar, dan moral mereka adalah yang paling bersih sebab, gerak,dan diam mereka, baik lahir maupun batin, diambil dari chaya kenabian.



Dlalam tasawufnya Al-Ghazali  menilai negatif terhadap syathahat. Ia menganggap syahahat mempunyi dua kelemahan yaitu:

 1. Syahahat mengatakan bahwa allah dapat disaksikan.

 2. Syahahat merupakan hasil pemikiran yang kacau dan hasil  imajinasi sendiri.



Al-Ghozali juga menolak paham hulul dan ittihad. Untuk mengantisipasi itu ia mengeluarkan paham baru tentng ma’rifat, yaitu pendekatan diri kepada allah tanpa diikuti penyatuan dengan-Nya. Jalan menuju ma’rifat adalah perpaduan ilmu dan amal, sedangkan buahnya adalah moral. Menurut Al-Ghazali ma’rifat adalah mengetahui rahasia allah dan mengetaui peraturan-peraturan-Nya tentang segala yang ada.

Dan begitu juga dalam memahami  As-Sa’adah (kebahagian) dalam kitab Kimiya’ As-Sa’adah, Al-Ghazali juga menjelaskan bahwa kebahagian itu sesuai denagn watak, sedangkan watak sesuai degan ciptaanya. Nikmatnya mata terletak ketika melihat gambar yang bagus dan indah. Nikmatnya telinga ketika bisa mendengar suara yang bagus dan merdu. Demmikian juga dengan seluruh anggota tubuh , mempunyai kenikmatan tersendiri. Kenikmatan kalbu sebagai alat ntuk memperoleh ma’rifat terletak ketika melihat allah. Melihatn-Nya merupakan kenikmatnan yang paling agung dan tiada taranya.

Ada dua hal pokok tentang inti tasawuf yang disepakati semua pihak, yaitu:

  1. Kesucian jiwa untuk menghadapi allah SWT yang maha suci.
  2. Upaya pendekatan diri kepada Allah SWT.









  • DASAR-DASAR TASAWUF


1. DASAR AL-QUR’AN

Dalam hal inilah, tasawuf pada awal pembentukanya adalah manifestasi akhlak atau keagamaan. Moral keagamaan ini banyak di singgung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sumber- sumber utama ajaran tasawuf tidak terlepas dari ajaran-ajaran islam, sebab tasawuf dtinjau dari al-qur’an a al-sunnah.

Al-Qur’an merupakan kitab allah yang didalamnya terkandung muatan-muatan ajaran islam, baik akidah, syari’ah, maupun mu’amalah.

Abu Nashr As-Siraj Ath Thus,dalam kitabnya al-luma’menjelaskan bahwa Al-qur’an dan Al-Sunah itulah, para sufi pertama-tama mendasarkan pendapat-pendapat mereka tentang moral dan tingkah laku, kerinduan dan kecintaan pada ilahi, dan makrifat, suluk (jalan), dan juga latihan- latihan rohaniah mereka.[3]



2.DASAR HADIS

Selain tasawuf didasarkan pada al-qur’an ternyata tasawuf juga didasarkan pada hadis. Dari sekian banyak hadis yang digunakan disini kami hanya mengutip beberapa hadis saja  yaitunya:



barang siapa mengenal dirinya sendiri, maka akan mengenal tuhanya”

“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, maka aku menjadikan makhluk agar mereka mengenalku”



Hadis di atas memberi petunjuk bahwa manusia dan tuhan dapat bersatu. Diri manusia dapat melebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah fana’ yaitu fana’nya makhluk yang mencintai kepada Tuhan sebagai yang dicintainya. [4]



  • CIRI-CIRI UMUM TASWUF



Karena sulitnya memberikan defenisi yang lengkap tentang  tasawuf, Abu Alwa’ Al-Ghanimi At-Taftazani (peneliti tasawuf), menurutnya secara umum tasawuf mempunyai lima cirri umum, yaitu:

1. penigkatan moral

2. pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak

      3. peningkatan intuitif langsung

       4. timbulnya rasa kebahagian dalam diri seorang sufi karena tercapai  makamat (maqam-maqam atau beberapa tingakatan)

   5. penggunaan simbol-simbol pengunkapan yang biasanya mengandung pengertian harfiah dan sirat. Disini kami hanya mengambil satu ciri tasawuf saja yaitu yang dikemukakan oleh Abu Alwa’ Al-Ghanimi At-Taftazani, dan masih banyak lagi menurut parah ahli yang lain, seperti William James, R.M Bucki, dan Bertrand Russell.



  • PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA



Tasawuf merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kajian islam di ndonesia. Sejak masuknya islam di Indonesia, unsur tasawuf telah mewarnai kehidupan keagmaan masyarakat sampai saat ini. Hal ni terbukti dengan semakin maraknya kajian islam di bidang ini.

Hampir semua daerah yang pertama memeluk islam bersedia menukar kepercayaan asalnya dari Dinamisme, Animime, Budhaisme, dan Hinduisme karena tertarik dengan ajaran tasawuf.

Menurut Azyumardi Azra, tasawuf yang pertama kali menyebar dan dominan di Nusantara adalah yang bercorak filsafi. Dominasi tasawuf filsafi terlihat jelas pada kasus syekh Siti Jenar  yang dihukum mati oleh wali songo karens dipandang menganut paham tasawuf yang sesat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf di Indonesia  antara lain:

           

1. HAMZAH FANSURI ( W, 1016H/1607 M )

          Hamzah Fansuri adalah penyebar tasawuf di Aceh, namanya tercatat sebagai seorang kaliber besar dalam perkembangan islam di Nusantara. Dipercaya bahwa  Sekh Hamza Fansuri hidu antara pertengahan abad ke-16 hingga awal abad ke-17. Ajaran tasawuf Hamza Fansuri  diantaranya:

            a). Allah adalah Dzat yang mutlakdan qadim

b). Hakikat wujud dan penciptaan

c). Manusia

d). Kelepasan









2. NURUDIN AR-RANIRI (W. 1068/1658)

     Menurut catatan Azyumardi Azra,  Ar-Raniri  merupakan tokoh pembaruan di Aceh. Pembaruan utamanya adalah memberantas aliran wujudiyyah yang dianggap sebagai aliran sesat. Ajaran tasawufnya :

a). Tentang Tasawuf

b). Tentang Alam

c). Tentang manusia

d). Tentang Wudiyyah

e). Tentang hubungan syariatdan hakikat



         3. SYEKH ABDUR RAUF AS-SINKLI (1024-1105 H)

Syekh Abdur Rauf As-Sinkli  adalah seorang ulama dan mufti besar kerajaan aceh pada abad ke-17 (1606-1637 M). Menurut hasyimi pendidikanya dimulai dari ayahnya disimpang kanan [sinkli], kepada ayahnya dia belajar ilmu agama, sejarah, bahasa arab, mantiq, filsafat, satra arab/melayu, dan bahassa Persia. Kemudian pendidikanya dilanjutkan kesamudra pasai dan belajar di Diyah Tinggi pad syekh Samsyuddin As-Sumatrani. Diantara karya-karya As-Sinkli diantaranya adalah:

1. Mir’at Ath-Thullab (fiqih syafi’i bidang muamalat)

2. Hidayat Al-baligha (fiqih tentang sumpah, kesaksian,peradilan, pembuktian, dan lain-lain.

3. ‘Umdat Al-Muhtajin (Tasawuf)

4. Syams Al-Ma’rifah (Tasawuf tentang ma’rifat)

5. Daqa’iq Al-Huruf (Tasawuf)

6. Turjuman Al-Mustafidh (Tafsir)

Ajaran tasawufnya Abdur Rauf As-sinkli

1. Kesesatan ajaran tasawuf wujudiyyah.

    Sebelum As-Sinkili membawa ajaran tasawufnya, diaceh telah berkembang ajaran tasawuf filsafi, yaitu taswuf wujudiyyah yang kemudian dikenal dengan nama Wahdat Al-Wujud. Ajaran tasawuf wujudiyyah ini dianggap Ar-Raniri sebagai ajaran sesat dan pengantnya dianggap murtad.

2. Rekonsiliasi antara tasawuf dan syariat.

    Ajaran taswufnya sama dengan Samsuddin  dan Nuruddin, yaitu menganut paham satu-satunya wujud hakiki, yakni allah, sedangkan alam ciptaanya bikanlah merupahkan wujud hakiki.

3. Dzikir

    Dzikir bagi As-Sinkili merupakan suatu usaha untuk melepaskn diri dari sifat llai dan lupa.

4. Martabat perwujudan tuhan

    Bagi As-Sikili cara untuk mengesakan tuhan adalah dengan Dzikir la ilaha illallah sampai tercipta fana’.

4. ABD.SHAMAD AL-PALIMBANI (W 1203 H/ 1788 M)

  Ahd  Shama Al-Paimbani adalah seorang ulama sufi kelahiran Palembang pada permulaan abad ke-18. Abd Ash Shamad lama belajr dimekah dan madinah dari ulama-ulama sufi diantaranya yaitu Syekh Muhammad As-Samman. Dan ajaran tasawufnya adalah:

1. Tentang nafsu

2. Tentang martabat tujuh

3.Tentang Syariat

4. Tentang makrifat

5. SYEKH YUSUF AL-MAKASARI (1037-1111/1627-1699)

           Sekh Yusuf Al-Makasari adalah seorang tokoh sufi yang berasal                 dari sulawesi. Dia lahir pada tanggal 8 syawal 1036 H, atau bersamaan dengan 3 juli 1629 M.

Adapun ajara taswuf  Syekh Yusuf  Al- Makasri adalah:

1.Syaria dn Hakikat

2. Transendesi Tuhan

3. Insan Kamil dan Proses Penyucian Jiwa.

6. NAWAWI AL- BANTANI (1813-1897 M).

      Abu ‘Abd Al-Mu’thi Muhammad bin ‘Umr bin An-Nawawi Al- Jawi dilahirkan pada tahun  1230  H/ 1813 M  didesa Tanara , sekarang masuk wilayah Tirtayasa , kabupaten serang  provinsi jawa barat Indonesia. Sejak  tahun  An-Nawawi belajar dibawah  bimbingan  para ulama terkenal, seprti Syekh Khatib Sambas, Syekh ‘Abd Al- Ghani Bima dan masih banyak yang lainya. Pemikiran Nawawi tentang tasawuf :

     1. Tarekat

     2. Ghibah

     3. Sifat Manusia

    7. HAMKA (1908-1981 M.)

         Hamka [ Haj Abdul Malik Karim Amrullah ] beliau lahir ditanah sirah, sungai batang ditepi Danau Maninjau, tepatnya pada tanggal 13 Muharam 1362 H, bertetapan dengan 16 februari 1908 M. Ayahnya termasuk keturunan Abdul Arief , gelar tuanku pauh priaman atau tuanku nant tuo, salah seorang pahlawan paderi. Tuanku  nan Tuo adalah seorang ulama penting dalam  kebangkitan kembali pembaharuan di Minangkabau, dan sebagai guru utama Jalal Ad-Din. Adapun karya-karya yang pernah ditulis hamkadiantaranya adalah: Tasawuf Modren1939],Filsafah Hidup[1939], Lembaga Hidup[1940],Lembaga Budi[1940], Dibawah lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van  Der Wijk, Dan lain sebagainya.

Adapun pemikiran Hamka  tentang Tasawuf lebih banyak tercurah pada soal-soal iman, akhlak dan aspek-aspek social. Ada dua buku yang dpat dibaca untuk menelusuru pemikiran-pemikaran Hamka. Pertama,Tasawuf Modern, kedua, Taswuf Positif. Berikut pemikiran-pemikiran Hamka tentang tasawuf berdasarkan kedua buk diatas.

1. HAKIKAT TASAWUF

    Yang dimaksud dengan kaum tasawuf atau kaum sufi disini adalah kaum yang telah menyusun perkumpulan untuk menyisihkan diri dari orang banyak, dengan maksud membersihkan hati, laksana kilat kaca terhadap tuhan. Tasawuf adalah salah satu filsafat islam yang bertujuan zuhud dari dunia yang fana, tasawuf bukanlah agama, melainkan ikhtiar yang setengahnya di izinkan oleh agam dan setengahnya pula dengan tidak sadar telah tergelincir dari agama. Menurut hamka tasawuf pada hakikatnya adalah usaha yang bertujuan untuk memperbaik budi dan memperbaiki batin.

  2. FUNGSI TASAWUF

     Menurut Hamka pada intinya tasawuf  senatisa menekankan pada masalah pembinaan moral secara efektif.

  3.TASAWUF MODERN

Tasawuf modern atau Tasawuf Positif berdasarkan pad aprinsip tauhid, bukan pencarian pengalaman” mukasyafah”. Secara Diametral, konsep dasar sufisme “Tasawuf Modern-nya” berlawanan arah dengan konsep  sufisme “Tasawuf Tradisional” yang dikenal selama ini.

   4. QANA’AH

Menurut hamka maksud qana’ah itu untuk benar-benar percaya dengan adanya kekuasaan yang melebihi kekuasaan kita, sabar menerim ketentuan illahi jika ketentuan itu tidak menyenangkan diri, dan bersukur jika dipinjaminya nikmat.

5.TAWAKAL

Tawakal adalah menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar, kepada tuhan semesta alam.[5]



















BAB III


PENUTUP


 


A. KESIMPULAN




Dari semua defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada intinya, tasawuf adalah usaha untuk menyucikan jiwa sesuci mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semua tokoh tasawuf sepakat dengan dua hal yaitu mengenai inti dari ilmu tasawuf itu sendiri:

  1. Kesucian jiwa untuk menghadapi allah SWT yang maha suci.
  2. Upaya pendekatan diri kepada Allah SWT.

Dari tokoh-tokoh tasawuf diatas  kelompok kami menyimpulkan bahwa tasawuf adalah menyucikan hati dari segala sesuatu selain allah, dan pada  hakikatnya tasawuf didasarkan pada Al-Quran dan Hadits.





 DAFTAR PUSTAKA




Aman Aly Muhib, Aswaja, Ajaran, Faham & Akidah, pasuruan, PP.  Besuk Kejayaan, 2010.

Saifuddin Chalim Asep, Membumikan Aswaja,  Surabaya,  Khalista, 2012

Solihin M, & Anwar Rosihon, Ilmu Taswuf, Bandung, cv pustaka setia, 2008





       [1] Aman Aly Muhib, ASWAJA, Ajaran, Faham & Akidah, Hal, 16-18
       [2] Saifuddin Chalim Asep, Membumikan Aswaja, Hal,136 -142

         [3] Solihin, M. & Anwar, Rosihon, Ilmu Tasawuf, Hal,16-32
[4] Munir Amin Samsul, Ilmu Tasawuf, Hal,233-239
[5] Solihin M. & Anwar Rosihon, Ilmu Tasawuf, hal 241-278

No comments:

Post a Comment

RANGKUMAN MATERI TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH LENGKAP

A.    Konsep Karya Ilmiah Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari ...