Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) memiliki karakteristik Apabila
manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan
pada tingkat sekolah, maka MBS akan
menyediakan layanan pendidikan
yang komprehensif dan tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat di mana
sekolah itu berada. Ciri-ciri MBS bisa dilihat dari
sudut sejauh mana sekolah tersebut
dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, pengelolaan
sumber daya manusia (SDM), proses belajar-mengajar
dan sumber
daya sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut:
Ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS
Organisasi Sekolah
|
Proses Belajar mengajar
|
Sumber Daya Manusia
|
Sumber Daya dan
Administrasi
|
Menyediakan manajemen/ organisasi/
kepemimpinan transformasional * dalam mencapai tujuan sekolah
|
Meningkatkan kualitas belajar siswa
|
Memberdayakan staf dan menempatkan personel
yang dapat melayani keperluan siswa
|
Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan
dan mengalokasikan sumber daya tsb. sesuai dengan kebutuhan
|
Menyusun rencana sekolah dan merumuskan
kebijakan untuk sekolahnya sendiri
|
Mengembangkan kurikulum yang cocok dan
tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat
|
Memiliki staf dengan
wawasan MBS
|
Mengelola
dana sekolah secara efektif dan efisien
|
Mengelola
kegiatan
operasional sekolah
|
Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif
|
Menyediakan kegiatan untuk pengembangan
profesi pada semua staf
|
Menyediakan dukungan administratif
|
Menjamin adanya komunikasi yang efektif
antara sekolah dan masyarakat
|
Menyediakan program pengembangan yang
diperlukan siswa
|
Menjamin kesejahteraan staf dan siswa
|
Mengelola
dan memelihara gedung dan sarana
|
Menggerakkan partisipasi masyarakat
|
Berperanserta dalam memotivasi siswa
|
Menyelenggarakan forum /diskusi untuk
membahas kemajuan kinerja sekolah
|
|
Menjamin terpeliharanya sekolah yang
bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah
|
Dikutip dari Focus on School: The Future Organization of Education Service for Student, Department of Education, Queensland, Australia*)
Melalui
Manajemen Berbasis sekolah (MBS) ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan melalui lembaga sekolah. Beberapa hal yang diharapkan melalui
penerapan MBS ini ialah:
- Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS. ”An essential point is that schools and teachers will need capacity building if school-based management is to work”. Demikian De grouwe menegaskan.
- Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama dalam media tersebut.
- Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.
- Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS.
Peningkatan mutu pendidikan dalam
pelaksanaannya perlu mendapat pengawasan yang intensif. Pelaksanaan peran dan
tugas pengawasan di sekolah sebenarnya dapat diposisikan dalam upaya penjaminan
mutu (quality assurance) yang diimbangi dengan peningkatan mutu (qualitity
enhancement). Penjaminan mutu berkaitan dengan inisiatif superstruktur
organisasi sekolah atau kepala sekolah dan pendekatannya bersifat top down, sementara
peningkatan mutu terkaitan dengan pemberdayaan anggota organisasi sekolah untuk
dapat berinisiatif dalam meningkatkan mutu pendidikan baik menyangkut
peningkatan kompetensi individu, maupun kapabilitas organisasi melalui
inisiatif sendiri sehingga pendekatannya bersifat bottom up
Dalam kaitan tersebut, maka pengawasan di sekolah perlu lebih menekankan pada mutu melalui tahapan quality assurance dengan pemantauan kesesuaian dengan standar-standar pendidikan (dalam konteks sistem nampak pada gambar 1) yang kemudian diikuti dengan quality enhancement, sehingga peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat menjadi gerakan bersama dengan trigger utamanya adalah pengawas melalui pelaksanaan supervisi manajerial dan supervisi akademik, untuk kemudian lebih memberi peran dominan pada kepala sekolah melakukan hal tersebut apabila dua tahapan tersebut telah berjalan melalui implementasi MBS.
No comments:
Post a Comment