BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian pemasaran
pendidikan
MenurutModul(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196210011991021-YOYON_BAHTIAR_IRIANTO/Modul-5-Pemasaran_Pendidikan.pdf
28 maret pukul 12.51),
pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Pemasaran adalah usaha untuk menyediakan dan
menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada
tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan promosi dan komunikasi yang
tepat. Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Dalam
bahasan tentang pengertian pemasaran telah dikemukakan bahwa inti penerapan
pemasaran tidak hanya berorientasi pada peningkatan laba perusahaan/lembaga
semata-mata, akan tetapi bagaimana menciptakan kepuasan bagi para pengguna
produk iru, sebagai bentuk tanggung jawab kepada stakeholder atas mutu dari
setiap produk yang dihasilkannya. Penerapan pemasaran tersebut terlebih dahulu
harus memperbaiki fondasifondasi (image
building), diantaranya: perhatian pada kualitas yang ditawarkan (quality
offered in core service), serta jeli melihat segmentasi dan penentuan sasaran (
careful market segmentation and targeting).
Konsep
pemasaran tidak hanya berorientasi asal barang habis tanpa memperhatikan
sesudah itu, tetapi juga berorientasi jangka panjang yang lebih menekankan pada
kepuasan pengguna, dimana pemasaran itu sendiri adalah suatu usaha bagaimana
memuaskan , memenuhi needs and wants dari konsumen, needs itu merupakan
kebutuhan akan hal yang dirasakan kurang oleh konsumen yang harus segera
dipenuhi, sedangkan wants adalah keinginan suatu kebutuhan yang sudah
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti daya beli, pendidikan, agama,
keyakinan, famili dan sebagainya.
Demikian
halnya dengan pemasaran pendidikan, beberapa ahli memberikan pengertian yang
mengemukakan bahwa pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial, baik
oleh individu atau kelompok, untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan
diinginkan melalui penciptaan (creation) penawaran, pertukaran produk yang
bernilai dengan pihak lain. Dengan kata lain bahwa etika pemasaran dalam dunia
pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak
secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan sifatnya lebih kompleks, yang
dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab,
hasil pendidikannya mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga
megara, generasi penerus ilmuwan di kemudian hari.
B. Pasar, pendidikan dan
sekolah
Persaingan
dalam dunia pendidikan menjadi tidak dapat terelakkan lagi, banyak lembaga
pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya sehingga dalam beberapa tahun
ini banyak terjadi merger dari beberapa lembaga pendidikan. Kemampuan
administrator untuk memahami pemasaran pendidikan menjadi prasyarat dalam
mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan lembaganya. Ada komponen kunci yang dapat dijadikan bahan
analisis untuk memahami konsep pemasaran pendidikan, yaitu konsep pasar. Pasar
merupakan tempat bertransaksi berbagai komoditas yang dihasilkan produsen
dengan yang dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan konsumen. Pemasaran ialah
proses transaksional untuk meningkatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon
konsumen sehingga calon konsumen menjadi terangsang untuk memiliki produk yang
ditawarkan dengan mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati. Pendidikan adalam proses perubahan pola
pikir, apresiasi dan pembiasaan manusia agar menjadi manusia. Sekolah
merupakan salah satu kelembagaan satuan pendidikan. Walaupun kebanyakan orang
sering mengidentikan sekolah dengan pendidikan, pendidikan merupakan wahana
perubahan peradaban manusia; Manakala membicarakan sistem pendidikan tidak
cukup hanya membahas sistem persekolahan, sehingga untuk membicarakan pemasaran
pendidikan pun sesungguhnya tidak cukup
dengan hanya membahas terbatas pada pemasaran persekolahan. Karena paradigma
pendidikan yang begitu universal tidak hanya dipandang secara terbatas pada
system persekolahan. Pendidikan
merupakan produk jasa yang dihasikan dari lembaga pendidikan yang bersifat non profit,
sehingga hasil dari proses pendidikan kasad mata.Untuk mengenal lebih dalam
dari pemasaran pendidikan maka kita harus mengenal terlebih dahulu pengertian
dan karakteristik jasa dan konsep pemasaran sehingga penerapan konsep pemasaran
pendidikan ada pada posisi yang tepat sesuai dengan nilai dan sifat dari
pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan yang dapat laku dipasarkan
ialah pendidikan yang: Ada Produk
sebagai Komoditas; Produknya memiliki standar, spesifikasi dan kemasan; Punya
pangsa/sasaran yang jelas; Punya jaringan dan media; dan Tenaga Pemasar.
C. Fungsi pemasaran
pendidikan
Menurut
Muhaimin, dkk (2010: 101), fungsi pemasaran di lembaga pendidikan adalah untuk
membentuk citra baik terhadap lembaga dan menarik minat sejumlah calon siswa.
Drucker (1990) memberikan langkah-langkah untuk memenangkan persaingan dengan
menggunakan pemasaran, yaitu tujuan harus didefinisikan secara jelas, yang
mencakup hasil, proses dan juga strategi,
buat rencana pemasaran dan usaha-usaha pemasaran untuk masing-masing
kelompok sasaran, lakukan komunikasi baik ke dalam maupun keluar serta
lakukanlah pelatihan, daftarkanlah
kebutuhan logistik yang dibutuhkan.
1.
Perencanaan
Menurut
Muhaimin, dkk (2010: 102), ada beberapa hal yang harus diperhayikan dalam
pembuatan rencana pemasaran di sekolah atau madrasah, yaitu diantaranya:
a. Menentukan
visi, misi, tujuan umum, tujuan khusus sekolah atau madrasah.
b. Menganalisis
ancaman dan peluang eksternal. Kotler dan Andreasen (1987) menjabarkan ada
empat lingkungan eksternal, yaitu lingkungan pablik, lingkungan kompetitif,
lingkungan makro, dan lingkungan pasar.
c. Sekolah
atau madrasah harus mengetahui kondisi pasar terlebih dahulu supaya sekolah
atau madrasah dapat mengembangkan pendidikannya.
d. Sekolah
harus bisa memilih calon siswanya. Ada beberapa kategori dalam pemilihannya,
yaitu berdasarkan intelektual, berdasarkan bakat khusus, berdasarkan kelompok
atau golongan, berdasarkankeinginan sosial, berdasarkan semua anak.
e. Sekolah
atau madrasah harus mampu membandingkan antara besarnya peluang dan ancaman
dalam lingkungan eksternal yang akan dihadapi.
2.
Pelaksanaan
Dalam
pelaksanaan pemasaran sekolah atau madrasah harus memperhatikan beberapa
variabel, baik yang dapat dikontrol maupun yang tidak dapat dikontrol variabel
yang tidak dapat dikontrol meliputi budaya, kondisi ekonomi dan kecenderungan
sosial. Sedangkan variabel yang dapat dikontrol antara lain meliputi kurikulum
atau pelayanan lembaga pendidikan yang cocok dengan lembaga, lokasi pelayanan,
komunikasi dengan siswa, alumni,
donatur, dan lainnya, serta besarnya uang sekolah yang memungkinkan sekolah
atau madrasah untuk melayani siswa dengan baik dan efisien.
3.
Pengendalian
Kotler
dan Andreason memberikan empat sistem untuk informasi pemasaran organisasi,
yaitu:
a. Internal record system
yang meliputi keseluruhan informasi yang berkaitan dengan jumlah siswa
pendaftar, biaya pemasaran, calon siswa potensial, segmen pasar, dan lainnya.
b. Marketing intelligence
system yang meliputi serangkaian sumber dan
prosedur yang menyediakan informasi tentang perkembangan yang terjadi di
masyarakat yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat intelegen pemasaran
dengan memperbaiki kualitasnya.
c. Marketing research
system yang terdiri dari desain sitematis
pengumpulan, analisis, dan pelaporan data, penemuan masalah spesifik.
d. Analytical marketing
system yang terdiri dari dua perangkat
pemasaran dan permasalahan pemasaran.
Informasi
yang telah didapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kontrol dan
evaluasi. Ada tiga jenis kontrol pemasran yang dapat digunakan oleh sekolah
atau madrasah, yaitu:
a. Rencana
kontrol tahunan yang meliputi monitoring pada kinerja pemasaran yang
berlangsung untuk meyakinkan bahwa volume penjualan tahunan dan keuntugan yang
ditargetkan tercapai.
b. Kontrol
profitabilitas yang terdiri dari determinasi profitabilitas yang aktual dari
pemasran yang telah dilakukan.
c. Audit
pemasaran yang bertujuan untuk menganalisis tujuan pemasaran, strategi, dan
sistem yang diadaptasi secara optimum dan lingkungan tujuan pemasaran yang
telah diramalkan.
D.
Strategi
pemasaran pada lembaga pendidikan
Menurut Mudjahir
Effendy (2010:4), manajemen pemasaran pada lembaga pendidikan ditanah air sudah
diakui dan kembangkan. Motik (dalam
Tilaar,2002) ada enam tingkatan dalam evolusi pemasaran yang dihubungkan dengan
penerimaan siswa/mahasiswa, yakni:
1. Pemasaran
tidak diperlukan
Adanya asumsi yang berlaku terhadap
lembaga pendidikan yang menyatakan, lembaga pendidikan nmerupakan badan sosial
sehingga tidak memerlukan pemasaran. Padahal sekarang ini pendidikan diperlukan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sehingga pendidikan
memerlukan adanya suatu unit teknis untuk mengelola pemasaran itu.
2. Pemasaran
adalah promosi
Lembaga pendidikan menyadari, tidak
dapat menarik siswa/mahasiswa yang diinginkan. Lembaga pendidikan ini
berasumsi, masyarakat tidak mengenal lembaga pendidikannya, karena itu lembaga
harus membuat unit teknis atau bagian informasi tentang pelayanan masyarakat
salah satunya adalah menangani publikasi
san informasi penerimaan siswa/mahasiswa. Untuk publikasi dan informasi lembaga
pendidikan dibutuhkan media seperti: brosur, poster, surat kabar, televisi, dan
radio, website atau media tatap muka langsung dan media lainnya.
3. Pemasaran
adalah segmentasi dari riset pemasaran
Sekarang ini lembaga dituntut menjaring
calon siswa/mahasiswa lebih banyak. Karena itu lembaga tersebut menyadari perlu
manajemen yang baik dari bagian penerimaan siswa/mahasiswa untuk mempromosikan
atau memasarkan lembaga pendidikan kepada masyarakat, melalui informasi yang
dikelola dengan baik dan dengan waktu yang tepat. Untuk itu diperlukan bagian
informasi yang bisa mempromosikan lembaga pendidikan tersebut, agar seseorang
atau orang tua siswa/mahasiswa bisa memutuskan mana lembaga pendidikan yang
sesuai dan baik untuk putra putri mereka. Kemudian staf informasi/staf humas
harus bisa mengembangkan suatu penelitian mengenai hal itu melalui kerjasama
dengan direktur atau pimpinan lembaga tersebut. dapat juga menghubungi
konsultan untuk menganalisis dan memeberikan gambaran mengenai implikasi dari
riset tersebut.
4. Pemasaran
adalah menetapkan posisi
Bertambah banyaknya lembaga pendidikan
yang melakukan promosi, akan terjadi persaingan yang sengit. Lembaga pendidikan
akan mencari basis baru agar ungguk dalam persaingan menjaring siswa/mahasiswa
barunya. Lembaga pendidikan mulai melakukan penelitian dan mempelajari sejarah
berdiriny, melihat peluang dan kemuadian memposisikan diri diantara berbagai
;embaga pendidikan lainnya. Memposisikan diri dalam hal ini berarti membuat
suatu lembaga pendidikan berbeda dengan persaingannya menyebabkan lembaga
tersebut punya keistimewaan tersendiri, sehingga banyak siswa/mahasiswa memilih
lembaga pendidikan tersebut. strategi memposisikan diri kepada calon
siswa/mahasisiwa untuk mengetahui perbedaan antara lembaga pendidikan tersebut
dan bagaimana lembaga pendidikan tersebut dapat memenuhi kebutuhan calon
siswa/mahasiswa.
5. Pemasaran
adalah perencanaan strategi
Masalah menurunnya minat calon
siswa/mahasiswa dibeberapa lembaga pendidikan tidak hanya karena persaingan
yang cukup kuat antar sesama lembaga pendidikan, tetapi juga berpengaruh
perubahan yang besar dalam perekonomian, demografi, keinginan agar cepat dapat
kerja, kesesuaian anatara pendidikan dan keterampilan dengan pasar kebutuhan
tenaga kerja dan bidang-bidang lain diluar kontrol pimpinan lembaga pendidikan.
Karena itu lembaga pendidikan mulai menyadari bagaimana perubahan eksternal
telah mengubah citra lembaga, posisi, program, dan berbagai hal lainnya yang
mencakup kemampuan menari siswa/mahasiswa dan pelayanannya. Lembaga pendidikan
harus memperluas kemampuan perencanaan dengan mengidentifikasi kecenderungan
pokok, kemudian menyesuaikan diri dengan kecenderungan tersebut. Berikutnya,
lembaga pendidikan tersebut mengubah program, prosedur, dan kegiatan lainnya
untuk dapat menyesuaikan dengan kecenderungan tersebut.
6. Pemasaran
adalah manajemen penerimaan siswa/mahasiswa
Ada asumsi pada lembaga pendidikan
bagian promosi dan hubungan masyarakat (public relations) merupakan program
bagian yang kecil dibandingkan dengan kegiatan penerimaan siswa/mahasiswa.
Padahal kegiatan promosi dan public relations merupakan program kegiatan yang
cukup besar mempengaruhi minat siswa/mahasiswa untuk bergabung menjadi peserta
didik dilembaga pendidikan tersebut. ini merupakan kegiatan yang amat penting.
E.
Pengertian
dan karakteristik jasa pendidikan
Menurut Buchari Alma
(2008:153), jasa merupakan aktivitas
atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh satu pihak lainnya dan tidak
mengakibatkan perpindahan kepemilikan.
Merujuk
pengertian tersebut, ada empat ciri utama dalam setiap jasa, yaitu:
1. Tidak
berwujud, sehingga konsumen tidak dapat melihat, mencium, meraba, mendengar dan
merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk mengurangi ketidakpastian,
maka konsumen mencari informasi tentang jasa tersebut;
2. Tidak
terpisahkan (inseparability),
dimana jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya yaitu perusahaan jasa;
3. Bervariasi
(variability),
dimana jasa sering kali berubah-ubah tergantung siapa , kapan dan dimana
menyajikannya;
4. Mudah
musnah (perishability),
jasa tidak dapat di jual pada masa yang akan datang.
Di
samping itu, ada juga yang mengemukakan bahwa jasa mengandung delapan
karakteristik, yaitu:
1. Jasa
tidak dapat disimpan dan dikonsumsi pada saat dihasilkan;
2. Jasa
tergantung pada waktu
3. Jasa
bergantung pada tempat
4. Konsumen
merupakan bagian integral dari proses produksi jasa;
5. Setiap
orang atau apapun yang berhubungan dengan konsumen mempunyai andil dalam
memberikan peranan;
6. Perubahan
pada konsep kemanfaatan;
7. Karyawan
penghubung merupakan bagian dari proses produksi jasa;
8. Kualitas
jasa tidak dapat diperbaiki pada saat proses produksi karena produksi jasa
terjadi secara real
time.
Berdasarkan
ciri dan karakteristik tersebut, maka jasa pendidikan mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
1. Lebih
bersifat tidak berwujud dari pada berwujud ( more intangible than tangible);
2. Produksi
dan konsumsi bersamaan waktu (simultananeous production and consumption);
3. Kurang
memiliki standar dan keseragaman (less standardized and uniform).
Dalam dunia
pendidikan, bahan baku untuk menghasilkan jasa ialah orang, yang memiliki ciri
khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pepatah mengatakan bahwa tidak ada manusia
yang memiliki persamaan bahkan anak kembar sekalipun. Hal itulah yang menjadikan
dasar bahwa pelayanan jasa pendidikan antara satu dengan yang lainnya berbeda.
Dengan melihat karakteristik tersebut, maka jasa pendidikan diterima setelah
melakukan interaksi dengan penghubung yang sangat dipengaruhi oleh siapa, kapan
dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal itu menjelaskan bahwa keberhasilan
pendidikan akan sangat tergantung pada siapa, kapan dan dimana proses tersebut
terlaksana.
F.
Penerapan
pemasaran dalam pendidikan
Menurut
Tim Dosen Administrasi Pendidikan (2009:342), pemasaran pendidikan mempunyai
mengandung 7 (tujuh) elemen pokok yaitu:
1. Product, merupakan
hal yang paling mendasar yang akan menjadi pertimbangan preferensi pilihan bagi
masyarakat. Produk pendidikan merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan
kepada masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Produk itu sendiri terbagi atas lima tingkatan yaitu : core benefit merupakan manfaat
dasar yang sebenarnya dibeli oleh customer , dalam hal ini adalah pendidikan; basic product
atau versi dasar dari suatu produk dalam hal ini misalnya pengetahuan dan
keterampilan yang memiliki ciri khas; expected product yaitu sejumlah atribut
yang menyertai diantaranya adalah kurikulum, silabus, tenaga pendidik dan
sebagainya; augmented product
merupakan produk tambahan dengan tujuan agar berbeda dengan produk pesaing,
misalnya output dari lembaga tersebut mampu berbahasa inggris baik lisan maupun
tulisan, computer, bahasa arab dan sebagainya; potensial product
yaitu seluruh tambahan dan perubahan yang mungkin didapat produk tersebut
adalah pengakuaan lulusan lembaga tersebut dari dunia kerja.
2. Price,
merupakan elemen yang berjalan sejajar dengan mutu produk, dimana apabila mutu
produk baik, maka calon siswa/mahasiswa berani membayar lebih tinggi sepanjang
dirasa dalam batas kejangkauan pelanggan pendidikan. Salah satu strategi yang
sekarang dikembangkan oleh beberapa perguruan tingggi adalah skiming price
artinya adalah memasang harga yang setinggi-tingginya pada saat mulai
dipasarkan dengan jaminan bahwa produk yang ditawarkan memang berkualitas
tinggi sehingga tidak mengecewakan konsumennya. Akan tetapi ketika hendak
menetapkan harga sebaiknya lembaga pendidikan memperhatikan sasaran yang hendak
dicapai yaitu : sasaran yang berorientasi pada keuntungan yang bertujuan untuk
mencapai target pengembalian investasi, untuk memperoleh laba maksimum; sasaran yang berorientasi pada penjualan yang
bertujuan meningkatkan volume penjualan, mempertahankan/meningkatkan market share,
dan sasaran yang berorientasi status quo yang bertujuan untuk
menstabilkan harga dan menghadapi pesaing.
3. Place adalah
letak lokasi sekolah mempunyai peranan yang sangat penting, karena lingkungan
dimana jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai dan manfaat jasa yang
dipersepsikan cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
pilihan. Dalam hal ini penyedia jasa perlu mempertimbangkan faktor-faktor:
a. akses
yaitu kemudahan mencapai lokasi;
b. vasibilitas
yaitu lembaga tersebut dapat terlihat dengan jelas keberadaan fisiknya;
c. lalu
lintas dalam arti tingginya tingkat kemacetan akan mempengaruhi minat customer
terhadap jasa tersebut;
d. tempat
parkir yang luas;
e. ketersediaan
lahan untuk kemungkinan perluasan usaha;
f. persaingan
yaitu dengan memperhitungkan lokasi pesaing kita;
g. ketentuan
pemerintah tentang peruntukan lahan sesuai dengan standar pelayanan minimum
yang harus di anut oleh setiap lembaga pendidikan.
4. Promotion
merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu aktifitas pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan
pasar sasaran atas lembaga dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan
loyal pada produk yang ditawarkan oleh lembaga tersebut. aktivitas tentang
bagaimana memberitahu pelanggan tentang keberadaan produk/jasa. Aspek yang
harus dipertimbangkan adalah bentuk komunikasi, khususnya iklan (advertising),
penjualan personal (personal
selling), promosi penjualan (sales promotion)
dan publisitas (publicity).
Tujuan
promosi dalam konteks pemasaran adalah: membangun kepedulian dan ketertarikan
terhadap produk jasa dan lembaga penyedia jasa, membedakan jasa yang ditawarkan
dan lembaga dari pesaing, mengkomunikasikan dan menggambarkan kelebihan
dari jasa yang tersedia/lembaga penyedia jasa tersebut, membujuk customer untuk
membeli dan menggunakan jasa tersebut. Promosi ini lebih diarahkan pada
penyedia jasa pendidikan sehingga pengaruh image tersebut berperan penting
terhadap penjatuhan pilihan customer. promosi yang
berlebihan mempunyai hubungan korelatif yang negatif terhadap daya tarik
peminat.
5. Physical evidence,
merupakan sarana dan prasarana yang mendukung proses penyampaian jasa
pendidikan sehingga akan membantu tercapainya janji lembaga kepada
pelanggannya.
6. Process. Dengan
demikian proses penyampaian jasa pendidikan merupakan inti dari seluruh
pendidikan, kualitas dalam seluruh elemen yang menunjang proses pendidikan
menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan proses
pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi terhadap pengelolaan lembaga pendidikan dan citra yang terbantuk
akan membentuk sirkulasi dalam merekrut
pelanggan pendidikan.
7.
BAB
II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Pengertian
pemasaran pendidikan
Pemasaran
adalah suatu proses sosial dan manajerial yang melibatkan kegiatan-kegiatan
penting yang memungkinkan individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan
pertukaran. Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh
berbagai factor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial.
2.
Pasar,
pendidikan dan sekolah
Pendidikan yang dapat laku dipasarkan
ialah pendidikan yang: Ada Produk
sebagai Komoditas; Produknya memiliki standar, spesifikasi dan kemasan; Punya
pangsa/sasaran yang jelas; Punya jaringan dan media; dan Tenaga Pemasar.
3.
Fungsi
manajemen pemasaran
Fungsi pemasaran di lembaga pendidikan adalah
untuk membentuk citra baik terhadap lembaga dan menarik minat sejumlah calon
siswa
4.
Strategi
pemasaran pada lembaga pendidikan
Enam tingkatan dalam evolusi pemasaran
yang dihubungkan dengan penerimaan siswa/mahasiswa, yakni: pemasaran tidak
diperlukan, pemasaran merupakan promosi, pemasaran adalah segmentasi dari riset
pemasaran, pemasaran merupakanmenetapkan posisi, pemasaran adalah perencanaan
strategi, pemasaran adalah manajemen penerimaan siswa/mahasiswa.
5.
Pengertian
dan karakteristik jasa pendidikan
Berdasarkan
ciri dan karakteristik tersebut, maka jasa pendidikan mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
a. Lebih
bersifat tidak berwujud dari pada berwujud ( more intangible than tangible);
b. Produksi
dan konsumsi bersamaan waktu (simultananeous production and consumption);
c. Kurang
memiliki standar dan keseragaman (less standardized and uniform).
6.
Penerapan
pemasaran dalam pendidikan
Pemasaran
pendidikan mengevaluasi:
a. Product,
yang diterjemahkan pada variabel strategi akademik yang berimplikasi pada
peningkatan mutu akademik dan sosio kultural yang berimplikasi pada peningkatan
nilai-nilai budaya, olahraga, seni, religi, moral
b. Price,
dimana elemen ini akan sejalan dengan mutu produk. Harga yang ditetapkan harus
disesuaikan dengan kualitas proses pendidikan yang ditawarkan
c. Place,
dalam menentukan lokasi sekolah yang harus diperhatikan adalah mudah dicapai
oleh kendaraan umum, lingkungan yang kondusif
d. Promotion,
bentuk komunikasi yang diterapkan akan sangat berpengaruh terhadap informasi
yang didapat oleh customer, akan tetapi promosi yang berlebihan akan
berkorelasi negatif terhadap daya tarik peminat
e. People,
ini menyangkut peranan pemimpin dan civitas akademika dalam meningkatkan citra
lembaga, dalam arti semakin berkualitas unsur pemimpin dan civitas akademika
dalam melakukan pelayanan pendidikan maka akan meningkatkan jumlah customer
f. Physical
evidence, merupakan bentuk fisik dari penyediaan penyampaian jasa tersebut,
diaman bangunan, sarana dan prasarana, desain interior serta fasilitas penting
lainnya sangat mempengaruhi terhadap peningkatan customer pendidikan
g. Proses,
elemen terakhir ini merupakan hal yang paling menentukan output lembaga
tersebut, diaman kualitas penyampaian jasa pendidikan ini akan meningkatkan
dalam peminat pendidikan, citra, serta kepuasan dari pelanggan pendidikan.
B.
SARAN
Dengan adanya makalah ini
diharapkan pembaca mengetahui marketing pendidikan. Tujuan marketing pendidikan
adalah sebagai pengelola pendidikan dan bahan informasi bagi masyarakat dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan. Maka diharapkan bagi lembaga pendidikan
agar bisa mengelola dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Buchari, Alma. 2008.
Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Muhaimin, Sutiah, dan
Sugeng Listyo Parabowo. 2010. Manajemen Pendidikan “Aplikasinya dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah”. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Muhadjir, Effendy.
2010. Manajemen Humas Di Lembaga Pendidikan. Malang:UMM Press.
Tim dosen Administrasi
Pendidikan. 2010. Manajemen Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
No comments:
Post a Comment