A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide” yang berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).
Sedangkan ”counseling” menurut Shertzer dan Stone dalam Fundamentals of Guidance (1981) (Yusuf, 2009). Konseling adalah proses interaksi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya sehingga pada akhirnya konseli mampu membuat keputusan dan/atau menentukan tujuan dan memilih nilai untuk perilakunya di masa depan.
Definisi tersebut dipertegas dalam Panduan Pengembangan Diri (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) yang menyebutkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam proses berkembang yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut individu memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling karena mereka masih kurang memiliki pemahaman dan wawasan tentang diri dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Bimbingan dan konseling dalam satuan jalur pendidikan formal penting, mengingat bahwa perkembangan peserta didik pada masing-masing jenjang pendidikan akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya, misalnya perkembangan di PAUD/TK/RA akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya, dimana perkembangan di SD/MI-SMP/MTs-SMA/MA/SMK, dan PT sangat ditentukan oleh bagaimana keberhasilan anak melampaui masa sekolahnya di PAUD/TK/RA.dan seterusnya.
B. Pembahasan
1. Bimbingan Konseling di PAUD/TK
BK adalah suatu lembaga disekolah yang bertugas membimbing dan melayani konseling memecahkan permasalahan seperti mengatasi siswa-siswa yang mempunyai masalah, BK juga membantu tercapainya segala aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan siswa. Baik aspek akademik, bakat dan minat, emosional, sosial dengan teman, penyesuaian diri di lingkungan yang baru, menemukan jati diri dan sebagainya, tentunya akan lebih baik jika proses pelaksanaanya diarahkan sejak dini agar tercapai segala aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan siswa yang maksimal.Dari semua itu disinilah perlunya guru Bimbingan dan Konseling (BK) di PAUD/TK dalam membantu mengidentifikasi permasalahan peserta didik dan membantu tercapainya segala aspek perkembangan peserta didik di PAUD/TK
Lembaga ini bertanggung jawab terhadap perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan mental spiritual.Agar apa yang dibebankan kepada guru PAUD/TK dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan maka diperlukan bimbingan dan konseling (BK) dilembaga tersebut.
Program BK ini sebenarnya sama pentingnya dengan program BK di sekolah menengah.sama sama memiliki tujuan yang sama yaitu, membantu peserta didik agar bisa berkembang sesuai bakat , minat serta kemampuannya secara optimal serta dapat mencegah terjadinya masalah yang mingkin akan muncul pada peserta didik.
a 2.) Urgensinya Bimbingan Konseling di PAUD?TK
Perlu ditegaskan disini bahwa bimbingan dan konseling di lembaga PAUD/TK tidak hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai perilaku bermasalah, melainkan juga harus diberikan kepada mereka yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian, konseling bukan hanya untuk mengatasi perilaku bermasalah pada anak didik, melainkan juga bertindakan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya anak secara maksimal. Tugas dari Lembga BK disini adalah mengatasi masalah dan juga mempersiapkan, mengantar , menjaga tumbuh kembang pada tahap sejak dini yaitu :
1.) Menjaga Originalitas kebribadian anak
Kepribadian anak masih luwes, mudah dibentuk, sangat fleksibel, dan belum mengalami peristiwa traumatik yang mengakar dalam hati sanubarinya atau alam bawah sadarnya. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa anak yang dijaga originalitas kepribadiannya akan tumbuh secara alamiah menuju tahap-tahap perkembangan kepribadian yang lebih baik.
2.) Membina hubungan yang baik antar Orang Tua dengan Guru di PAUD
Umumnya, orang tua atau orang dewasa yang mengasuh anak didik masih menjalani komunikasi intens dengan pihak sekolah jika anak yang diasuhnya masih berada di lingkungan lembaga PAUD. Dalam hal ini, secara tidak disengaja telah terjadi interaksi yang sangat intens antara anak didik.
3.) Persiapan mental peserta didik untuk memasuki tingkat dasar lanjut
Di PAUD/TK mereka diarahkan untuk mempunyai kepribadian yang matang untuk memasuki sekoilah dasar, mereka juga di tuntut untuk mrmpunyai kemampuan akademik,berupa membaca, menulis, berhitung denganbaik.adapun tujuan diberikannya bimbingan dan konseling bagi peserta didik.selain itu, bimbingan konseling juga membantu guru mengidentifikasi bakat,minat, dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
4.) Menjaga Stabilitas perkembangan Fisik-Motorik Peserta didik.
Bimbingan konseling menjaga stabilitas serta keseimbangan perkembangan fisik-motorik peserta didik agar mereka dapat tumbuh kembang sesuai dengan tumhuh perkembangannya secara normal dan seimbang
5.) Memelihara Stabilisasi Perkembangan Kognitif Peserta didik. Peran bimbingan dan konseling dalam perkembangan kognitif anak adalah memandu perkembangan kognitif anak agar tidak terjebak pada pola pikir mistik yang irasional.
6.) Memelihara Stabilitas perkembanhgan bahasa Peranan BK dalam perkembangan bahasa adalah mendikteksi keterlambatan berbicara anak.Normalnya anak-anak mempunyai keterampilan berbahasa dasar sebelum masuk sekolah.
7.) Menjaga Stabilitas perkembangan sosial emosional
Perkembangan sosil emosonal terdiri dari dua kata, yakni perkembangan sosial dan perkembangan emosional.perkembangan sosial berkaitan dengan peningkatan dalam hal interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat luas,Peran BK dalam perkembangan sosial emosional ini adalah mengantisipasi perilaku sosial anak sejak dini dan memberikan terapi psikis agar anak yang mengalami masalah dapat mengendalikan emosinya.
b 3.) Masalah-masalah peserta didik di PAUD/TK
Stabilisasi Perkembangan Kognitif Peserta didik Peserta didik dikatakan bermasalah jika mereka mengalami ketidak sesuaian antara harapan dengan kenyataan yang diinginkannya, tidak terpenuhinya kebutuhannya serta merasa ada sesuatu hal yang tidak mengenakan pada dirinya. Jenis-jenis maslah pada PAUD /TK
1.) Pola pikir anak (aspek kognitif). Perilaku bermasalah pada aspek kognitif,yaitu :
a.) Berpikir Irasional
b.) Pikiran negative
c.) Tidak mau belajar.
d.) Malas masuk sekolah.
e.) Sulit menghapal kata dan nama benda.
f.) Tidak memperhatikan pelajaran
g.) Terlambat berpikir
h.) Pelupa
i.) Rasa ingin tahunya rendah Suka menyalahkan orang lain dan menganggap dirinya paling benar.
2.) Masalah fisik motoric
a.) Tanganya kidal
b.) Berjalan pincangButa,tuli,dan bisu
c.) Terlalu gemuk
d.) Berambut keriting
3.) Sosio emosional
a) Pendiam, pemalu, minder
b) Egois
c) Menolak realitas ( suka membuat kegaduan)
d) Bersikap kaku
e) Sulit berteman, membenci guru tertentu
c 4.) Model –Model Pendekatan Bimbingan Konseling di tingkat PAUD/TK.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam layanan bimbingan. MenurutMuro & Kottman (1995). ada empat pendekatan yang dapat dirumuskan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan, yaitu pendekatan krisis, remedial, preventif dan perkembangan.
1.) Dalam pendekatan krisis layanan bimbingan dilakukan bilamana ditemukan adanya suatu masalah yang krisis yang harus segera ditanggulangi, dan guru atau pembimbing bertindak membantu anak yang menghadapi masalah tersebut untuk menyelesaikannya. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis tersebut. Contoh : seorang anak menangis ketika anak bermain di luar kelas karena tangannya berdarah dilempar batu oleh teman sebayanya. Guru atau pembimbing yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta anak untuk membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang telah melukainya.
2.) Dalam pendekatan remedial, guru atau pembimbing akan memfokuskan bantuannya kepada upaya penyembuhan atau perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang ditampakkan anak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin dapat terjadi. Berbagai strategi dapat digunakan untuk membantu anak, seperti mengajarkan kepada anak keterampilan belajar, keterampilan bersosial dan sejenisnya yang belum dimiliki anak sebelumnya.
3.) Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang mencoba mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada anak dan mencegah terjadinya masalah tersebut. Masalah-masalah pada anak taman kanak-kanak dapat berupa perkelahian, pencurian, merusak, menyerang dan sebagainya. Pendekatan preventif didasarkan pemikiran bahwa jika guru atau pembimbing dapat membantu anak untuk menyadari bahaya dari berbagai aktivitas itu.Pendekatan preventif ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada anak tentang akibat dari suatu tindakan tertentu.
4.) Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan proaktif, dibandingkan dengan ketiga pendekatan di atas. Dalam pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak/PAUD muncul dari karakteristik dan permasalahan perkembangan anak didik, baik permasalahan yang berkenaan dengan perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial, emosi, maupun bahasa.
2. Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar
a.) Urgensinya Bimbingan konseling di tingkat SD
Bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization). Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD jika dikaji secara mendalam, Setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelakangi perlunya bimbingan, yakni tinjauan secara umum (aspek pedagogis), sosiokultural, dan aspek psikologis.
1.) Latar Belakang Pedagogis.
a.) bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal bagi setiap anak didik. Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b.) Secara umum, perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
2.) Latar Belakang Sosio-Kultural.
a.) Perkembangan zaman (globalisasi) menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi, industri, informasi dan sebagainya. Akibatnya ialah berbagai permasalahan yang dihadapi oleh individu, misalnya, pengangguran, syarat-syarat pekerjaan, penyesuaian diri, jenis dan kesempatan pendidikan, perencanaan dan pemilihan pendidikan, masalah hubungan sosial, masalah keluarga, keuangan, masalah pribadi, dan sebagainya
3.) Latar Latar belakang psikologis
a.) Masalah perkembangan individu;
Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik daridalam yaitu pembawaan dan kematangan, dan faktor luar, yaitu pendidikan dan lingkungan.
b.) Masalah perbedaan individual.
Timbulnya perbedaan individu ini dapat kita kembalikan kepada faktor pembawaan dan lingkungan sebagai komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu.
c.) Masalah kebutuhan individu;
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.
d.) Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku
Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut “adjusted” atau penyesuaian yang baik
e.) Masalah belajar.
Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan dengan melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh perubahan tingkah laku untuk memperoleh pola pola respons yang baru yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.Beberapa masalah belajar, misalnya bagamana menciptakan kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil.
b.) Masalah-masalah bimbingan konseling di SD Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno,(1997) [3]menyusun serangkaian masalah murid di sekolah dasar. Masalah itu diklarifikasikan atas:
1) masalah perkembangan jasmani dan kesehatan.
2) masalah keluarga
3) masalah-masalah psikologis.
4) masalah-masalah social.
5) masalah kesulitan dalam belajar.
6) masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya.
c.) Model-Model Pendekatan BK pada SD
Myrick yang diperjelas kembali oleh Sunaryo Kartadinata (1992)[4]mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan, yaitu :
1.) Pendekatan krisis, dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu munculnya suatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis itu.
2.) Pendekatan Remedial, di dalam pendekatan remedial guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang nampak.
3.) Pendekatan Preventif, mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu.
4.) Pendekatan Perkembangan, pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan di dalam kehidupan.
3. Bimbingan Konseling di SMP
a.) Urgensinya BK di SMP
1.) Pendidikan menengah berkenaan dengan tujuan institusional ditetapkan bahwa pendidikan menengah bertujuan meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial.
2.) Kebutuhan siswa selama rentang umur 12-15 tahun
Kebutuhan utama pada masa ini adalah kebutuhan psikologis, seperti mendapat kasih sayang, menerima pengakuan terhadap dorongan untuk semakin mandiri, memperoleh prestasi di berbagai bidang yang dihargai oleh teman sebaya, merasa aman dengan perubahan dengan kelas mainnya. Tantangan pokok pada masa ini adalah menghadapi diri sendiri bila sudah mulai memasuki fase pueral (masa pubertas), yaitu mengalami segala gejala kematangan seksual yang biasanya sering disertai dengan aneka gejala sekunder seperti berkurangnya semangat untuk bekerja keras, kegelisahan (galau), kepekaan perasaan, kurang percaya diri, dan penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa.
b.) Masalah-masalah dihadapi BK di SMP
1.) Masalah yang dihadapi dalam belajar
a.) Faktor keluarga
b.) Faktor lingkungan
c.) Lingkungan pergaulan remaja
2.) Perkembangan fisik dan psikis remaja
a.) Perkembangan fisik, Pertumbuhan fisik adalah perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan gejala primer dalam pertumbuahn remaja. Berkaitan dengan perkembangan fisik anak remaja, yang terpenting adalah aspek seksualitas. Aspek seksualitas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1.) Perubahan Seks Primer. Yang dimaksud dengan perubahan seks primer adalah perubahan fisik yang berhubungan langsung dengan alat-alat (organ) reproduksi. Dalam perkembangannya remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis yaitu pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria mengalami pulosio (mimpi basah), keluar sperma. Sementara pada remaja putri terjadi pertumbuhan pesat pada ovarium (kandung telur) yang memproduksi sel telur (ovum) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadi siklus “menarche”(menstruasi pertama)
2.) Perkembangan Seks Sekunder, Perubahan seks sekunder adalah perubahan tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan alat reproduksi. Karakteristik seks sekunder pada remaja pria adalah perubahan bentuk tubuh yang lebih jantan seperti bertambah lebarnya bagian bahu. Suara lebih besar, tumbuh rambut pada daerah kelamin, kaki, ketiak, kumis dan jenggot. Karakteristik perubahan fisik seks sekunder remaja putri berupa bertambahnya jaringan ikat dibawah kulit yang berupa lemak terutama pada dada, pantat, paha dan lengan atas. hal ini akan membentuk tubuh remaja putri menjadi lebih wanita (feminim).
c.) Model-Model Pendekatan Bimbingan Konseling di SMP
1.) Pendekatan krisis, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang didasarkan adanya krisis yang dialami oleh konseli. Tujuannya untuk membantu peserta didik dalam mengatasi krisis atau masalah yang dihadapi / dialami oleh konseli.
2.) Pendekatan remedial yaitu membantu mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki peserta didik dan berupaya pemberian remidi terhadap kelemahan-kelemahan tersebut, Tujuannya untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam bidang tertentu agar terhindar dari krisis
3.) Pendekatan preventif, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada pencegahan terjadinya masalah-masalah yang mungkin dialami oleh konseli. Tujuannya mengantisipasi/mencegah masalah-masalah umum yang mungkin dialami peserta didik dan mencoba mencegah masalah tersebut agar jangan sampai terjadi
4.) Pendekatan perkembangan, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada identifikasi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman yang diperlukan konseli agar berhasil dalam kehidupan akademik, pribadi – social dan karirnya. Tujuannya adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan/ potensi yang dimiliki dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang diperlukan dalam kehidupanya.
4. Bimbingan Konseling di SMA
a.) Urgensinya.Tujuan pendidikan menengah atas acap kali dibiaskan oleh pandangan umum demi mutu keberhasilan akademis seperti persentasekelulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dipungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik (sekolah menengah umum / SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik (sekolah menengah kejuruan / SMK) agar sanggup memasuki dunia kerja. Akibatnya, proses pendidikan di jenjang sekolah menengah akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan nilai-nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa ( cura personalis) terabaikan. Ini di buktikan dengan kenyataan banyak adanya tindakan di kalangan pelajar ddengan adanaya tawuran antar pelajar, dan tindakan yang tergolong kriminal lain. Dengan demikian tugas konselor lembaga bimbingan konseling peran yang sebenarnya dan paling potensial menggarap, pemeliharaan kepribadian dan pengasahan nilai-nilai kehidupansiswa tsb.
b.) Masalah-masalah BK di SMA
Pada masa SLTA, antara 15 tahun sampai dengan 21 tahun merupakan adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Mereka banyak mengalami konflik karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah bisa bermacam-macam. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
1.) Permasalahan dalam belajar
a.) Kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
b.) Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
c.) Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
d.) Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
e.) Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
2.) Permaslahan phisik dan phiskis
a) Permasalahan yang sedang dihadapinya, sesuai perkembangan usianya sebagai remaja yang sedang berada dalam masa pancaroba yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
b) Mereka banyak mengalami konflik karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan psikhis meliputi Perkembangan Intelegensia, Perkembangan Emosi (Emosionalitas),Perkembangan Moral, sosial dan kepribadian.
c.) Model-Model Pendekatan BK di SMA
1.) Pendekatan krisis, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang didasarkan adanya krisis yang dialami oleh konseli. Tujuannya untuk membantu peserta didik dalam mengatasi krisis atau masalah yang dihadapi / dialami oleh konseli
2.) Pendekatan remedial yaitu membantu mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki peserta didik dan berupaya pemberian remidi terhadap kelemahan-kelemahan tersebut, Tujuannya untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam bidang tertentu agar terhindar dari krisis.
3.) Pendekatan preventif, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada pencegahan terjadinya masalah-masalah yang mungkin dialami oleh konseli. Tujuannya mengantisipasi/mencegah masalah-masalah umum yang mungkin dialami peserta didik dan mencoba mencegah masalah tersebut agar jangan sampai terjadi.
4.) Pendekatan perkembangan, yaitu pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menekankan pada identifikasi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman yang diperlukan konseli agar berhasil dalam kehidupan akademik, pribadi – social dan karirnya. Tujuannya adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan/ potensi yang dimiliki dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang diperlukan dalam kehidupanya
C. Kesimpulan
Perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama adalah aspek lingkungan, khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh sosial-kultural ini, maka individu memerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan khusus. Bantuan dan pendekatan yang diperlukan adalah layanan bimbingan dan konseling.
Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dan para pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik. Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya layanan bimbingan dan konseling.
Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural), pendidikan, dan siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Daftar Pustaka
Erman Amti, Prayitno. 1997. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdikbud.
Kartadinata, Sunaryo. l992. Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Perkembangan Murid Sekolah Dasar dan Implikasinya bagi Layanan Bimbingan, IKIP Bandung, Laporan Penelitian
Muro, James J & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling In The Elementary and Middle School : A Practical Approaches. USA : Wm. C Brown Communication, Inc.
Nurihsan, Juntika. 2005. Manajemen Bimbingan Konseling di SD Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasaraan Indonesia.
Winkel, W. S,.2007 Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, Jakarta: PTGramedia Widiasarana.
Winkel, W. S,.2007 Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, Jakarta: PTGramedia Widiasarana.
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment