Sunday, 6 November 2016

AGAMA & PSIKOLOGI SEBAGAI LANDASAN DALAM MELAKSANAKAN BIMIBINGAN KONSELING


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI         …………………………………………………………………………. I
BAB I ( PENDAHULUAN )      ………………………………………………………….. 1
A.    Latar Belakang            ……………………………………………………… 1
B.     Rumusan Masalah       ……………………………………………………… 1
C.     Tujuan Penulisan         ……………………………………………………... 2
BAB  II ( PEMBAHASAN ) ……………………………………………………………... 3
A.    Pengertian Agama dan Psikologi        ……………………………………... 3
B.     Hubungan Psikologi dan Agama        ……………………………………... 4
C.     Peranan Agama dalam Proses BK      ……………………………………... 4
D.    Peranan Psikologi dalam Proses BK   ……………………………………... 6
BAB III ( KESIMPULAN )  ……………………………………………………………... 9
DAFTAR PUSTAKA      …………………………………………………………………. II




 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Di dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan agama islam pastilah terdapat berbagai macam problem baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini sangatlah memerlukan perhatian khusus dari guru agama, karena guru agama dianggap sebagai kunci sentral dalam membendung dan memfilter pengaruh negatif dari luar, karena kita mengetahui suatu hal yang paling urgen dampaknya. Dalam hal ini adalah kenakalan remaja.
Oleh karena itu, pelaksanaan Bimbingan dan Konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam membimbing klien atau pelaku kenakalan remaja. Layanan Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari pendidikan. Sebagai sebuah layanan yang professional bimbingan dan konseling tidak bias dilakukan sembarangan, diperlukan landasan yang kokoh yang berdasar pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Sebagaimana yang kita ketahui bimbingan konseling memiliki berbagai landasan. Landasam religius atau agama, psikologi, budaya, filosofis, pedagogis, historis dan landasan legalistik. Setiap landasan memiliki peran yang sama pentingnya dalam proses Bimbingan dan Konseling.
Dalam makalah  ini,  kelompok kami akan membahas dan mengupas peranan agama dan psikologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

B.     Rumusan Masalah

Ø  Apa yang dimaksud landasan agama dan landasan psikologis?
Ø  Apa hubungan antara psikologi  dan agama ?
Ø  Apa peranan  landasan agama dalam  pelaksanaan Bimbingan dan Konseling?
Ø  Apa peranan landasan psikologi dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling?



C.     Tujuan Penulisan

Ø  Untuk mengetahui apa yang dimaksud landasan agama dan  landasan psikologis
Ø  Untuk mengetahui hubungan antara psikologi dan agama
Ø  Untuk mengetahui apa saja peranan landasan agama dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Ø  Untuk mengetahui apa saja peranan landasan psikologi dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Agama dan Psikologi
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip  kepercayaan kepada Tuhan atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan  ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa latin religio yang berarti “mengikat kembali” atau dapat berarti kewajiban. Menurut James Martineau dalam Encyclopedia of Philosophy, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Illahi yang mengatur alam semesta danmempunyai hubungan moral dengan umat manusia.
Agama bagi seseorang adalah ungkapan dari sikap akhirnya pada alam semesta, makna dan tujuan singkat dari seluruh kesadarannya pada segala sesuatu (Edward Caird). Agama adalah pengalaman dunia dalam seseorang tentang ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan, jadi, agama pertama-tama harus dipandang sebagai pengalaman dunia dalam individu yang mensugestif esensi pengalaman semacam kesufian karena kata Tuhan berarti sesuatu yang dirasakan sebagai super natural, super sensible atau kekuatan di atas manusia, hal ini lebih bersifat personal atau pribadi yang merupakan proses psikologis seseorang.[1]
Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi dari hewan tingkat tinggi dan manusia.
Dari itulah orang kemudian membuat definisi: Ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.[2]

B.     Hubungan psikologi dan agama
Psikologi dan agama merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya, mengingat sejak turunnya agama kepada Rasul diajarkan kepada manusia dengan dasar-dasar yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi psikologi pula.
Contoh bahwa psikologi dan agama mempunyai hubungan erat dalam memberikan bimbingan manusia adalah terhadap manusia yang berdosa yang melanggar norma dapat mengakibatkan perasaan nestapa dalam dirinya meskipun hubungan lahirnya tidak diberikan terhadapnya. Dalam hal demikian itulah pendidik agama sangat diperlukan untuk memberikan jalan sublimatif dan katarsis (pembersihan jiwa) orang yang menderita dosa.
Mengingat eratnya hubungan antara keduanya, akhirnya lahirlah psikologi agama, yang objek pembahasannya antara lain: bagaimanakah perkembangan kepercayaan kepada Tuhan masa kanak-kanak sampai dewasa dan kapan terjadi kemantapan hidup keagamaan seseorang, bagaimana perbedaan tingkah laku orang yang beragama dan yang tidak beragama.[3]

C.    Peranan Agama dalam Proses Bimbingan dan Konseling
Agama dalam kehidupan individu merupakan kebutuhan fitri dari semua manusia.Allah telah menciptakan manusia dan telah meniup akan ruh-Nya sehingga iman kepada Allah merupakan sumber ketentraman,keamanan dan kebahagiaan manusia,sebaliknya dalam paradigma ini,maka ketiadaan iman kepada Allah menjadi sumber kegalauan,kegelisahan dan kesengsaraan bagi manusia.Seperti yang dikatakan Hasan Al Banna seorang pembaharu dakwah dan pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin di mesir adalah merupakan alat yang pas untuk terapi psikologi, karena agama dapat membantu menajamkan hati nurani menghidupkan perasaan dan mengingat hati,agama juga berfungsi sebagai polisi yang mengawasi serta menjaga yang tak pernah tidur.
Agama secara konsisten  selalu mendorong jiwa kepada kebaikan,dan secara konsisten pula menolak kekejian.Wiliam James dalam Ahmad  Mubarok, mengatakan bahwa kepercayaan kepada tuhan sangat besar pengaruhnya dalam mengobati kegelisahan,karena iman dapat membuat hidup menjadi lebih bermakna, dan membantu bagaimana cara menikmati kehidupan ini secara benar.
Sikap merendahkan dan mengabaikan agama ini semakin subur, karena tiga sebab utama. Pertama, Bekurangnya para pendakwa. Pendakwa yang ada masih kurang vocal dan banyak diantaranya yang penampilan serta tingkah lakunya kurang terpuji. Kedua, berkembangya keyakinan bahwa dengan ilmu pengetahuan dan  pikiran kehidupan manusia dapat dikontrol, Ketiga, berkembangnya sikap yang terlalu mengagungkan hak-hak pribadi. Sesuatu yang diberi label “milik pribadi” sama sekali tidak boleh diganggu gugat. Dalam hal ini ajaran agama dianggap mencampuri urusan pribadi individu.
Dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling unsur-unsur agama tidak boleh diabaikan dan justru harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mencapai kesuksesan dan juga upaya konselor dalam membahagiakan klien. Dengan demikian, peranan agama dalam bimbingan dan konseling adalah,sebagai berikut :
1.      Agama berperan sebagai penenang jiwa ketika individu dihadapkan pada suatu masalah maka akan terjadi konflik pada hatinya.
2.      Agama berperan sebagai motivator untuk memiliki sikap dan tingkah laku sesuai dengan tuntutan agama.
Jadi dalam bimbingan dan konseling, agama berperan sebagai layanan kepada individu agar dapat memiliki sifat dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran atau nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama.[4]
Berikut landasan agama diperlukannya bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu :
1.      Manusia sebagai makhluk Tuhan
2.      Sikap keberagamaan
3.      Peranan agama, memiliki fungsi:
a.       Memelihara fitrah
b.      Memelihara jiwa
c.       Memelihara akal
d.      Memelihara keturunan
Saat ini sedang berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai – nilai spiritual. Kondisi ini telah mendorong kecenderungan berkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskan agama.[5]
D.    Peranan Psikologi dalam Proses Bimbingan dan Konseling
Sebagaimana telah dipahami bahwa psikologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia, kajian psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling hendaknya aspek psikologi perlu diikut sertakan, karena peranan psikologi dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Pada hakekatnya individu diciptakan dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani, keseimbangan kehidupan kedua unsur ini dapat menjadikan individu dewasa yang sehat dan sejahtera lahir dan batin.
Dengan demikian gambaran hidup manusia ideal yang akan dicapai dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,berdasarkan uraian di atas maka dapat diiterprestasikan bahwa peranan aspek psikologi dalam bimbingan dan konseling yang bertujuan membantu klien dalam memecahkan masalah yaitu:[6]
1.      Peran psikologi sebagai metode dalam mengidentifikasi masalah yang sudah dihadapi klien.
2.      Peran psikologi sebagai diagnosis masalah agar dapat  di cari solusi masalah yang tepat yang sesuai dengan karakter masalah.
3.      Peran psikologi sebagai motivator kepada klien untuk tumbuh dan berkembang.
4.      Peran psikologi sebagai pengevaluasi atas solusi masalah yang di hadapi klien.
Untuk keperluan dalam  proses bimbingan dan konseling hendaknya konselor menguasai kajian dalam bidang psikologis yaitu tentang:[7]
1.      Motiv dan motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang mengerakan seseorang bertingkah laku.
2.       Pembawaan Dasar dan Lingkungan
yaitu setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik tertentu, apa yang di bawa sejak lahir itu lah yang di sebut dengan penbawaan,masing-masing individu mempunyai penbawaan dan lingkungan yang tidak sama, pembawaan pada dasrnya bersifat potensial yang perlu di kembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan di mana individu itu berada.
3.      Perkembangan individu
Perkembagan individu tidak terjadi sekali saja akan tetapi bertahap dan berkesinambungan,menurut Havighurts devinisi tugas perkembagan tersusun menurut suatu pola tertentu dan secara keseluruhan saling terkait.dalam melasanakan tugas pelayanan koselor menghadapi individu yang sedang berkembang.
Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya :[8]
a.       Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan cultural dalam perkembangan individu
b.      Teori dari Freud tentang dorongan seksual
c.       Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial
d.      Teori dari Piaged tentang perkembangan kognitif
e.       Teori dari Kohlderg tentang perkembangan moral
f.       Teori dari Zunker tentang perkembangan karir
g.      Teori dari Bohler tentang perkembangan sosial
h.      Teori dari Havighurst tentang tugas – tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa
4.      Belajar, balikan dan  penguatan
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dan psikologi,peristiwa belajar dari bentuk-bentuk belajar yang di tandai oleh perubahan tingkah laku yang amat sederhana sebagai hasil latihan singkat sampai dengan proses mental tingat tinggi. Untuk memahami tentang hal – hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bias dijadikan rujukan, diantaranya adalah :
a.       Teri belajar Behaviorisme
b.      Teori belajar Kognitif atau teori pemrosesan informasi
c.       Teori belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar konstruktifisme.

5.      Kepribadian
ciri seseorang adalah  kepribadianya dalam khasanah psikologi rumusan yang satu tentang kepribadian masih sulit di capai. Sementara itu, Abin Syamsudin (2003)  mengemukakan tentang aspek – aspek kepribadian yang mencakup :[9]
a.       Karakter ; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
b.      Temperamen ; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan – rangsangan yang datang dari lingkungan.
c.       Sikap ; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negative atau ambivalen.
d.      Stabilitas emosi ; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggun,sedih atau putus asa.
e.       Responsibilitas ( tanggung jawab) ; kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, tidak lepas tangan atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.  
f.       Sosiabilitas ; yaitu disposisi  pribadi yangberkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.











BAB III
KESIMPULAN

Dari beberapa uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa agama merupakan pengalaman dunia dalam seseorang tentang ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan. Sedang psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam  gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Mengingat eratnya hubungan antara keduanya, akhirnya lahirlah psikologi agama.
Dalam bimbingan dan konseling, agama berperan sebagai layanan kepada individu agar dapat memiliki sifat dan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran atau nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama.
 Aspek  psikologi perlu diikut sertakan pula, karena peranan psikologi dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan, meliputi motiv dan motivasi, pembawaan dasar dan lingkungan, perkembangan individu, belajar dan kepribadian.
Layanan Bimbingan dan Konseling dalam konteks Indonesia, di samping berlandaskan pada agama dan psikologi kiranya perlu memperhatikan pula landasan – landasan yang lain, seperti landasan sosial budaya, landasan filosofis, landasan pedagogis, landasan historis dan landasan legalistik. Kesemuanya memiliki peran yang sama pentingnya dalam layanan Bimbingan dan Konseling.


[2] Drs.H. Abu Ahmadi & Drs. Widodo Supriyono, psikologi belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm. 1-3
[3] Drs.H. Abu Ahmadi & Drs. Widodo Supriyono, psikologi belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm.11 - 12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Widoso Supriyono.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta,2013.
Makmun,Abin Syamsudin.Psikologi Pendidikan.Bandung:Rosda Karya Remaja,2003.


           
           



No comments:

Post a Comment

RANGKUMAN MATERI TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH LENGKAP

A.    Konsep Karya Ilmiah Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari ...