DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….
I
BAB I ( PENDAHULUAN ) …………………………………………………………..
1
A.
Latar
Belakang ………………………………………………………
1
B.
Rumusan
Masalah ……………………………………………………… 1
C.
Tujuan
Penulisan ……………………………………………………... 2
BAB II ( PEMBAHASAN ) ……………………………………………………………... 3
A.
Pengertian
Agama dan Psikologi ……………………………………...
3
B.
Hubungan
Psikologi dan Agama ……………………………………...
4
C.
Peranan
Agama dalam Proses BK ……………………………………...
4
D.
Peranan
Psikologi dalam Proses BK ……………………………………...
6
BAB III ( KESIMPULAN ) ……………………………………………………………...
9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….
II
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di dalam dunia pendidikan khususnya
pendidikan agama islam pastilah terdapat berbagai macam problem baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini sangatlah memerlukan perhatian
khusus dari guru agama, karena guru agama dianggap sebagai kunci sentral dalam
membendung dan memfilter pengaruh negatif dari luar, karena kita mengetahui
suatu hal yang paling urgen dampaknya. Dalam hal ini adalah kenakalan remaja.
Oleh karena itu, pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam membimbing
klien atau pelaku kenakalan remaja. Layanan Bimbingan dan Konseling merupakan bagian
integral dari pendidikan. Sebagai sebuah layanan yang professional bimbingan
dan konseling tidak bias dilakukan sembarangan, diperlukan landasan yang kokoh
yang berdasar pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Sebagaimana yang kita ketahui bimbingan konseling memiliki berbagai landasan.
Landasam religius atau agama, psikologi, budaya, filosofis, pedagogis, historis
dan landasan legalistik. Setiap landasan memiliki peran yang sama pentingnya
dalam proses Bimbingan dan Konseling.
Dalam makalah ini, kelompok kami akan membahas dan mengupas
peranan agama dan psikologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
B.
Rumusan
Masalah
Ø Apa yang dimaksud landasan agama dan landasan psikologis?
Ø Apa hubungan antara psikologi
dan agama ?
Ø Apa peranan landasan agama
dalam pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling?
Ø Apa peranan landasan psikologi dalam pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling?
C.
Tujuan
Penulisan
Ø Untuk mengetahui apa yang dimaksud landasan agama dan landasan psikologis
Ø Untuk mengetahui hubungan antara psikologi dan agama
Ø Untuk mengetahui apa saja peranan landasan agama dalam pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling
Ø Untuk mengetahui apa saja peranan landasan psikologi dalam
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama dan Psikologi
Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata “agama”
berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain
untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa latin
religio yang berarti “mengikat kembali” atau dapat berarti kewajiban. Menurut
James Martineau dalam Encyclopedia of Philosophy, agama adalah kepercayaan
kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Illahi yang
mengatur alam semesta danmempunyai hubungan moral dengan umat manusia.
Agama bagi seseorang adalah ungkapan
dari sikap akhirnya pada alam semesta, makna dan tujuan singkat dari seluruh
kesadarannya pada segala sesuatu (Edward Caird). Agama adalah pengalaman dunia
dalam seseorang tentang ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan, jadi,
agama pertama-tama harus dipandang sebagai pengalaman dunia dalam individu yang
mensugestif esensi pengalaman semacam kesufian karena kata Tuhan berarti
sesuatu yang dirasakan sebagai super natural, super sensible atau kekuatan di
atas manusia, hal ini lebih bersifat personal atau pribadi yang merupakan
proses psikologis seseorang.[1]
Psikologi berasal dari perkataan
Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya.
Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi
penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi dari hewan
tingkat tinggi dan manusia.
Dari itulah orang kemudian membuat
definisi: Ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.[2]
B.
Hubungan psikologi dan agama
Psikologi dan agama merupakan dua
hal yang sangat erat hubungannya, mengingat sejak turunnya agama kepada Rasul
diajarkan kepada manusia dengan dasar-dasar yang disesuaikan dengan kondisi dan
situasi psikologi pula.
Contoh bahwa psikologi dan agama
mempunyai hubungan erat dalam memberikan bimbingan manusia adalah terhadap
manusia yang berdosa yang melanggar norma dapat mengakibatkan perasaan nestapa
dalam dirinya meskipun hubungan lahirnya tidak diberikan terhadapnya. Dalam hal
demikian itulah pendidik agama sangat diperlukan untuk memberikan jalan
sublimatif dan katarsis (pembersihan jiwa) orang yang menderita dosa.
Mengingat eratnya hubungan antara
keduanya, akhirnya lahirlah psikologi agama, yang objek pembahasannya antara
lain: bagaimanakah perkembangan kepercayaan kepada Tuhan masa kanak-kanak
sampai dewasa dan kapan terjadi kemantapan hidup keagamaan seseorang, bagaimana
perbedaan tingkah laku orang yang beragama dan yang tidak beragama.[3]
C.
Peranan Agama dalam Proses Bimbingan dan Konseling
Agama dalam kehidupan individu
merupakan kebutuhan fitri dari semua manusia.Allah telah menciptakan manusia dan
telah meniup akan ruh-Nya sehingga iman kepada Allah merupakan sumber
ketentraman,keamanan dan kebahagiaan manusia,sebaliknya dalam paradigma
ini,maka ketiadaan iman kepada Allah menjadi sumber kegalauan,kegelisahan dan
kesengsaraan bagi manusia.Seperti yang dikatakan Hasan Al Banna seorang
pembaharu dakwah dan pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin di mesir adalah
merupakan alat yang pas untuk terapi psikologi, karena agama dapat membantu
menajamkan hati nurani menghidupkan perasaan dan mengingat hati,agama juga
berfungsi sebagai polisi yang mengawasi serta menjaga yang tak pernah tidur.
Agama secara konsisten selalu mendorong jiwa kepada kebaikan,dan
secara konsisten pula menolak kekejian.Wiliam James dalam Ahmad Mubarok, mengatakan bahwa kepercayaan kepada
tuhan sangat besar pengaruhnya dalam mengobati kegelisahan,karena iman dapat
membuat hidup menjadi lebih bermakna, dan membantu bagaimana cara menikmati
kehidupan ini secara benar.
Sikap merendahkan dan mengabaikan
agama ini semakin subur, karena tiga sebab utama. Pertama, Bekurangnya para
pendakwa. Pendakwa yang ada masih kurang vocal dan banyak diantaranya yang
penampilan serta tingkah lakunya kurang terpuji. Kedua, berkembangya keyakinan
bahwa dengan ilmu pengetahuan dan pikiran kehidupan manusia dapat dikontrol, Ketiga,
berkembangnya sikap yang terlalu mengagungkan hak-hak pribadi. Sesuatu yang
diberi label “milik pribadi” sama sekali tidak boleh diganggu gugat. Dalam hal
ini ajaran agama dianggap mencampuri urusan pribadi individu.
Dalam pelayanan Bimbingan dan
Konseling unsur-unsur agama tidak boleh diabaikan dan justru harus dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk mencapai kesuksesan dan juga upaya konselor dalam
membahagiakan klien. Dengan demikian, peranan agama dalam bimbingan dan
konseling adalah,sebagai berikut :
1.
Agama
berperan sebagai penenang jiwa ketika individu dihadapkan pada suatu masalah
maka akan terjadi konflik pada hatinya.
2.
Agama
berperan sebagai motivator untuk memiliki sikap dan tingkah laku sesuai dengan
tuntutan agama.
Jadi dalam bimbingan dan konseling,
agama berperan sebagai layanan kepada individu agar dapat memiliki sifat dan
tingkah laku yang sesuai dengan ajaran atau nilai-nilai yang sesuai dengan
ajaran agama.[4]
Berikut landasan agama diperlukannya
bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu :
1.
Manusia
sebagai makhluk Tuhan
2.
Sikap
keberagamaan
3.
Peranan
agama, memiliki fungsi:
a.
Memelihara
fitrah
b.
Memelihara
jiwa
c.
Memelihara
akal
d.
Memelihara
keturunan
Saat ini sedang berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan
yang berlandaskan nilai – nilai spiritual. Kondisi ini telah mendorong
kecenderungan berkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskan agama.[5]
D.
Peranan Psikologi dalam Proses Bimbingan dan Konseling
Sebagaimana telah dipahami bahwa
psikologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia,
kajian psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Dalam kegiatan
bimbingan dan konseling hendaknya aspek psikologi perlu diikut sertakan, karena
peranan psikologi dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Pada hakekatnya individu
diciptakan dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani, keseimbangan kehidupan
kedua unsur ini dapat menjadikan individu dewasa yang sehat dan sejahtera lahir
dan batin.
Dengan demikian gambaran hidup
manusia ideal yang akan dicapai dalam pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal,berdasarkan uraian di atas maka dapat diiterprestasikan bahwa peranan
aspek psikologi dalam bimbingan dan konseling yang bertujuan membantu klien
dalam memecahkan masalah yaitu:[6]
1.
Peran
psikologi sebagai metode dalam mengidentifikasi masalah yang sudah dihadapi
klien.
2.
Peran
psikologi sebagai diagnosis masalah agar dapat
di cari solusi masalah yang tepat yang sesuai dengan karakter masalah.
3.
Peran
psikologi sebagai motivator kepada klien untuk tumbuh dan berkembang.
4.
Peran
psikologi sebagai pengevaluasi atas solusi masalah yang di hadapi klien.
Untuk keperluan dalam proses bimbingan dan konseling hendaknya
konselor menguasai kajian dalam bidang psikologis yaitu tentang:[7]
1.
Motiv
dan motivasi
Motif
dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang mengerakan seseorang bertingkah
laku.
2.
Pembawaan Dasar dan Lingkungan
yaitu
setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik
tertentu, apa yang di bawa sejak lahir itu lah yang di sebut dengan
penbawaan,masing-masing individu mempunyai penbawaan dan lingkungan yang tidak
sama, pembawaan pada dasrnya bersifat potensial yang perlu di kembangkan dan
untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan di mana
individu itu berada.
3.
Perkembangan
individu
Perkembagan
individu tidak terjadi sekali saja akan tetapi bertahap dan
berkesinambungan,menurut Havighurts devinisi tugas perkembagan tersusun menurut
suatu pola tertentu dan secara keseluruhan saling terkait.dalam melasanakan
tugas pelayanan koselor menghadapi individu yang sedang berkembang.
Beberapa
teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan,
diantaranya :[8]
a.
Teori
dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan cultural dalam
perkembangan individu
b.
Teori
dari Freud tentang dorongan seksual
c.
Teori
dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial
d.
Teori
dari Piaged tentang perkembangan kognitif
e.
Teori
dari Kohlderg tentang perkembangan moral
f.
Teori
dari Zunker tentang perkembangan karir
g.
Teori
dari Bohler tentang perkembangan sosial
h.
Teori
dari Havighurst tentang tugas – tugas perkembangan individu semenjak masa bayi
sampai dengan masa dewasa
4.
Belajar,
balikan dan penguatan
Belajar
merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dan psikologi,peristiwa belajar
dari bentuk-bentuk belajar yang di tandai oleh perubahan tingkah laku yang amat
sederhana sebagai hasil latihan singkat sampai dengan proses mental tingat
tinggi. Untuk memahami tentang hal – hal yang berkaitan dengan belajar terdapat
beberapa teori belajar yang bias dijadikan rujukan, diantaranya adalah :
a.
Teri
belajar Behaviorisme
b.
Teori
belajar Kognitif atau teori pemrosesan informasi
c.
Teori
belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar konstruktifisme.
5.
Kepribadian
ciri
seseorang adalah kepribadianya dalam
khasanah psikologi rumusan yang satu tentang kepribadian masih sulit di capai.
Sementara itu, Abin Syamsudin (2003) mengemukakan
tentang aspek – aspek kepribadian yang mencakup :[9]
a.
Karakter
; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya
dalam memegang pendirian atau pendapat.
b.
Temperamen
; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan – rangsangan yang datang dari lingkungan.
c.
Sikap
; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negative atau ambivalen.
d.
Stabilitas
emosi ; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggun,sedih atau putus asa.
e.
Responsibilitas
( tanggung jawab) ; kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan
yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, tidak lepas tangan
atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
f.
Sosiabilitas
; yaitu disposisi pribadi yangberkaitan
dengan hubungan interpersonal. Seperti sifat pribadi yang terbuka atau tertutup
dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
BAB III
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian di atas, dapat
kita simpulkan bahwa agama merupakan pengalaman dunia dalam seseorang tentang
ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan. Sedang psikologi artinya ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar
belakangnya. Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Mengingat eratnya
hubungan antara keduanya, akhirnya lahirlah psikologi agama.
Dalam bimbingan dan konseling, agama
berperan sebagai layanan kepada individu agar dapat memiliki sifat dan tingkah
laku yang sesuai dengan ajaran atau nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama.
Aspek psikologi perlu diikut sertakan pula, karena
peranan psikologi dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan, meliputi motiv dan
motivasi, pembawaan dasar dan lingkungan, perkembangan individu, belajar dan
kepribadian.
Layanan Bimbingan dan Konseling
dalam konteks Indonesia, di samping berlandaskan pada agama dan psikologi
kiranya perlu memperhatikan pula landasan – landasan yang lain, seperti
landasan sosial budaya, landasan filosofis, landasan pedagogis, landasan
historis dan landasan legalistik. Kesemuanya memiliki peran yang sama
pentingnya dalam layanan Bimbingan dan Konseling.
[2]
Drs.H. Abu Ahmadi & Drs. Widodo Supriyono, psikologi belajar,
Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm. 1-3
[3]
Drs.H. Abu Ahmadi & Drs. Widodo Supriyono, psikologi belajar,
Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm.11 - 12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Widoso Supriyono.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka
Cipta,2013.
Makmun,Abin Syamsudin.Psikologi Pendidikan.Bandung:Rosda
Karya Remaja,2003.
No comments:
Post a Comment