KATA PENGANTAR
Segala puji bagi AIIah SWT yang
telah menolong hambanya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan . tanpa pertolongannya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyusun dengan baik .
Makalah ini di susun agar pembaca
dapat mengetahui tentang SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWWUF SALAFI (AHLAQI),
FALSAFI, IRFANIyang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber . Maklah ini disusun oleh penulis dengan berbagai rintangan . Baik
itu yang datang dari penulis maupun yang
datang dari luar .Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
ALLAH akhirnya makalah ini dapat terselesaikan , Makalah ini memuat tentang perkembangan filsafat dan sengaja di pilih
karena menarik perhatian penulis untuk
di cermati.
Penulis juga berterima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah banyak
membantu serta teman teman di sekitar penulis yang telah memberikan dukungan
agar dapat menyelesaikan makalh ini .
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca walau pun makalah ini memiliki kelebihan
dan kekurangan .penulis mohon untuk saran dan kritiknya . terima kasih
Mojokerto,
April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu tasawuf yang merupakan salah
satu cabang ilmu yang sangat kontroversi
di kalangan para ahli sufi ,di karenakan
di dalamnya mengandung berbagai permasalahan yang menyangkut dengan aqidah dan
keimanan seseorang .
Dalam sejarah perkembangan , para
ahli membagi tasawuf menjadi dua , yaitu tasawuf yang mengarah pada teori-teori
perilaku dan tasawuf yang mengarah pada
teori- teori yang rumit dan memerlukan pemahaman mendalam.
Pada perkembangannya, tasawuf yang
berorientasi ke arah pertama sering di sebut sebagai tasawuf ahlaqi.Ada yang menyebutnya sebagai
tasawuf yang banyak di kembangan oleh
kaum salaf .
Adapun tasawuf yang berorientasi ke
arah ke dua di sebut sebagai tasawuf falsafi.yang banyak di kembangkan para sufi yang berlatar
sebagai filosof di samping sebagai sufi
.
Perkembangan tasawuf dan islam telah mengalami beberapa fase .
pertama , yaitu fase asketis (zuhud) yang tumbuh pada akad akad pertama dan
kedua Hijriyah sikap eksetis ini di pandang sebagai pengantar tumbuhnya tasawwuf
. Tasawuf mempunyai perkembangan tersendiri dalam sejarahnya tasawuf berasal dari gerakan zuhud yang selanjutnya berkembangan
menjadi taswuf . meskipun tidak persis
dan pasti , corak tasawuf dapat di lihat
dengan batasan-batasan waktu dalam rentan sejarah .
Pada
mulanya , tasawuf merupakan perkembangan
dari pemahaman tentang makna institusi –institusi islam . Sejak zaman sahabat
dan tabi’in kecenderungan pandangan
pandangan orang terhadap ajaran islam secara lebih analitis mulai muncul
,ajaran islam mereka dapat di pandang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tasawuf Salafi (akhlaqi/Sunni)
1. Pengertian Tasawuf Sunni
Abu
al-Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani dalam bukunya “Madkhal ila al-Tasawuf al-Islam
menjelaskan aliran Tasawuf Sunni adalah aliran sufi yang berpendapat moderat
dan ajaran tasawufnya selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah atau dengan
kata lain Tasawuf aliran ini akan selalu berpatokan syari’at. Aliran ini tumbuh
dan berkembang pada abad kelima Hijriah. Aliran Tasawuf Sunni ini mendapat
sambutan seiring dengan berkembangaya teori Ahlulssunnnah wal Jamaah yang
dilancarkan oleh Abu al-Hasan al-Asya’ri atas aliran-aliran lainnya yang dengan
kritiknya yang luas terhadap keekstriman Tasawuf Abu Yazid al-Basthami
sufial-Halley dan para sufi lainnya.
Tasawuf
Sunni mengadakan pembaharuan dengan mengembalikan Tasawuf ke landasan Al-Qur’an
dan as-Sunnah dan mengaitkan keadaan tingkatan rohaniah kepada kedua landasan
tersebut.Tokoh yang paling berpengaruh dalam aliran ini adalah al-Quraisy,
al-Harawi, dan al-Ghazali.Dengan demikian pada abad kelima Hijriah, Tasawuf
Sunni berada dalam posisi yang sangat menentukan dan memungkinkan tersebar luas
dikalangan masyarakat Islam sampai sekarang[1].
Taswasuf
Sunni ialah aliran Tasawuf yang berusaha memadukan aspek hakikat dan syari’at
yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentarasian pendekatan
diri kepada Allah, dengan berusaha sungguh-sungguh berpegang teguh terhadap
ajaran Al-Qur’an dan as-Sunnah dan Shirah para sahabat[2].
Tasawuf akhlaqi yaitu Tasawuf yang sangat menekankan nilai-nilai etis (moral)[3].
Tasawuf
Sunni banyak berkembang di dunia Islam, terutama di negara-negara yang dominan
bermazhab Syafi’i.Tasawuf ini sering digandrungi orang karena paham atau
ajran-ajarannya tidak terlalu rumit.
Latar
belakang munculnya ajaran ini tidak terlepas dari percekcokan masalah aqidah
yang melanda para ulama Fiqh dan Tasawuf lebih-lebih pada abad kelima Hijriah
aliran Syi’ah al-Islamiyah yang berusaha mengembalikan lepemimpinan kepemimpina
pada keturunan Ali bin Abi Thalib. Dimana Syi’ah lebih banyak mempegaruhi para
Sufi dengan doktrin bahwa iman yang ghaib akan pindah ke tangan Sufi yang layak
menyandang gelar waiyullah, di pihak
lain para Sufi benyak dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan
corak pemikiran Tasawuf falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan
kehidupan para sahabat dan tabi’in. Dengan ketegangan inilah muncul sang
pemanadu syari’at dan hakikat yaitu Imam Ghazali[4].
2. Ciri-ciri dan Karakteristik ajaran Tasawuf Sunni
a. Melandaskan
diri pada Al-Qur’an dan as-Sunnah.
b. Tidak
menggunakan terminologi-terminologi filsafat sebagaimana terdapat pada
ungkapan-ugkapan Syathahat.
c. Lebih
bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan Tuhan dan manusia.
d. Kesinambungan
antara hakikat dan syari’at.
e. Lebih
terkonsentrasi pada pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengibatan jiwa dengan
cara riyadhah (latihan-latihan) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.
Tasawuf
akhlaqi mempuyai tahap sitem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:
a. Tahkalli :
Merupakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang
Sufi. Takhalli adalh usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela.
Salah satu dari akhlak yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain
adalh kecintaan yang berlebihan kepada yrysa duniawi.
b. Tahalli :
adalah upaya mengasihi dan mejnghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan
sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahlli dilakukan kaum Sufi setelah
mengosongkan jiwa dari aklak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama
baik yang berisfat eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang disebut aspek
luar adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti sholat, puasa,
haji, dll. Dan adapun yang berisfat dalam adalah seperti keimanan, ketaatan,
dan kecintaan terhdap Tuhan. Sikap mental dan perbuatan yang baik sangat
penting diisikan ke dalm jiwa manusia akan dibiasakan dalam perbuatan dalam
rangka pembentukan manusia paripurna, antara lain sebagai berikut :
1) Taubat
: yaitu rasa penyesalan sungguh-sungguh dalam hati yang disertai permohonan
ampun serta berusaha meninggalkan perbuautan yang menimbulkan dosa.
2) Cemas
dan Harap (Khauf dan Raja’) : yaitu perasaan yang timbuk karena banyak berbuat
salah dan seringkali lalai kepada Allah.
3) Zuhud
: yaitu meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri dari pengaruh
materi.
4) Al-Faqr
: Yaitu sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dnegan apa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang
lain.
5) Ridha
: yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang
datang dari Allah.
6) Muraqabah
: yaitu seseorang menyadari bahwa dirinya tidak pernah lepas dari pengawasan
Allah sehingga selalu membawanya pada sikap mawas diri atau self correction.
7) Tajalli
: kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh
jiwa dan organ-organ tubuh – yang telah terisi dengan butir-butir mutiara
akhlak dan sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur – tidak
berkurang, maka rasa ke-Tuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang
dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa kecintaan yang mendalam dnegan
sendirinya akan menumbuhkan rasa rindi kepada-Nya.[5]
3. Tokoh-Tokoh Tasawuf Sunni
Munculnya aliran-aliran Tasawuf iini
tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berperan di dalamya. Begitu juga sama
halnya dengan Tasawuf Sunni. Diantara Sufi yang berpengaruh dari aliran-aliran
Tasawuf Sunni antara lain :
a. Hasan
al-Basrhi
Hasan al-Bashri adalah seorang Sufi
angkata tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’ dan zahid.Nama lengkapnya
adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan.Lahir di Madinah pada tahun 21H
tetapi dibesarkan di Wadi’ al-Qura.Setahun sesudah perang Shiffin dia pindah ke
Bashrah dan menetap disana sampai meninggal tahun 110 H.
Dasar pendiriannya yang paling utama
adalah zuhud terhadap kehidupan duniawi sehigga ia menolak segala kesenangan
dan kenikmatan duniawi. Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah al-khoif dan
raja’.Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan
sering melakukan perintah-Nya.Serta menyadari kekurangan kesempurnaannya. Oleh
karena itu , prinsip ajaran ini adalh mengandung sikap kesiapan untuk melakukan
mawas diri atau muhasabah agar selalu memikirkan kehidupan yang akan datang
yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.
b. Rabiah
al-Adawiyah
Nama lengkapnya adalah Rabiah
al-Adawiyah binti Ismail al-Adawiyah al-Bashoriyah juga digelari Ummu
al-Khair.Ia lahir di Basharah tahun 95 H, disebut rabi’ah karena ia puteri
keempat dari anak-anak Ismail. Diceritakan, bahwa sejak masa kanak-kanaknya dia
telah hafal Al-Qur’an dan sangat kuat beribadah serta hidup sederhana.
Cinta murni kepada Allah adalah puncak
ajarannya dalam Tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan
kalimat-kalimat puitis.
Cinta kepada Allah adalah satu-satunya
cinta yang menurutnya paling hakiki sehingga ia tidak membagi cintanya untuk
yang lailn. Seperti kata-katanya : Cintakku kepada Allah telah menutup hatiku
untuk mencintai selain Dia”. Bahkan sewaktu ia ditanyai tentang cintanya kepada
Rasulullah SAW, ia pun menjawab : ”Sebenarnya aku sangat mencintai Rasulullah,
namun kecintaanku pada al-Khaliq telah melupakanku unutk mencintai siapa saja
selain Dia”. Pernyataan ini dipertegas lagi olehnya melalui syair berikut ini
:”Doaku tenggelam dalam merenung kasih jiwa, sirna segalanya selain Dia. Karena
Kekasih, sirna rasa benci dan murka”.
c. Dzu
al-Nun al-Misri
Nama lengkapnya adalah Abu al-Faidi
Tsauban bin Ibrahim Dzu al-Nun al-Mishri Akhimini Qibthi. Ia dilahirkan di
Akhkmin daerah Mesir. Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang silsilah
keturunan dan riwayat pendidikannya
karena masih banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini. Amun demikian
telah disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang Sufi yang tersohor dan
terkemuka diantara Sufi-Sufi lainnya pada abad kelima Hijriah.
d. Abu
Hamid al-Ghazali
Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu
Hamid Muhammmad ibn Muhammad ibn Ahmad. Karena kdudukan tigginya dalam Islam
dia diberi gelar Hujjatul Islam.Ayahnya,
menurut sebagian penulis biografi,
bekerja sebagai pemintal wol. Dari itulah, tokoh Sufi yang satu ini terkenal
dengan al-Ghazali (yang memintal wol), menurut periwayatan al-Subki, dia serta
saudaranya menerima pendidikan mistisnya dirumah seorang Sufi sahabat ayahnya,
setelah ayahnya meniggal dunia.
Di bidang Tasawuf, karya al-Ghazali
cukkup banyak, yang paling penting adalah
Ihya’ ‘Ulum al-Din. Dalam
karyanya tersebut, dia menguiraikan secara terinci pendapatnya tentang Tasawuf,
serata menghubungkannya dengan Fiqh maupun moral agama. Juga karya lainnya, al-Munqidz min al-Dhalal, dimana ia
menguraikan secara menarik kehidupan rohaniahnya, Minhaj al-‘Abdin, Kimia’ al-Sa’adah, Misykat al-Anwar dan
sebagainya.
B. Tasawuf Falsafi
1. Pengertian Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah Tasawuf yang ajaran-ajarannya
memadukan antara visi mistik dengan visi rasional. Berbeda dengan Tasawuf
Sunni, seperti Tasawufal-Qusyairi dan al-Ghazali Tasawuf Filosofis menggunakan terminologi filosofis
dan pengungkapkannya.
Pemaduan antara unsur
Tasawuf dan filsafat dalam ajaran Tasawuf filosofis telah membuat ajaran
Tasawuf aliran ini bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat diluar Islam
seperti Yunani, Persia, India, dan agama Nasrani.Meskipun demikian
orisinalitasnya sebagai Tasawuf tetap terpelihara. Ciri umum dari aliran
filosofis antara lain banyak ungkapan dan istilah yang digunakan
samar-samar terkadang hanya dipahami
oleh kalangan tertentu, terutama yang memahami dan mendalami ajaran Tasawuf
jenis ini, sehingga Tasawuf filosofis tidak dapat dipandang sebagai filsafat,
karena ajaran dan metode didasarkan pada rasa (dzanq), begitu juga sebaliknya tidak dapat dikategorikan kepada
Tasawuf dalam pengertian murni, karena ajarannya sering diiungkapkan dalam
bahasa filsafat.
Para Sufi pendiri
aliran Tasawuf Filosofis ini :
a.
Memahami
ilmu agama dengan mendalami seperti Fiqh, Hadis, Tafsir, dan Ilmu Kalam.
b.
Mereka
juga dikenal dengan baik filsafat Yunani dan berbagai aliran filsafat lainnya,
mereka juga mengkaji pemikiran para filosof Islam seperti al-Farabi, Ibnu Sina
dan lain-lain.
c.
Selain
itu mereka juga dipengaruhi oleh aliran bathiniah sekte Islamiyah dan risalah
Ikhwan al-Shafa. Karena itu mereka sering mendapat kritikan terutama dari
kalangan para fuqaha karena pendapat mereka tentang kesatuan wujud, kesatuan
agama dan akibat yang ditimbulkan uang menurut para fuqaha bertentangan dengan
akidah Islam.
Ibnu Khladun dalam
al-Muqaddimah menyimpulkan bahwa ada empat objek utama yang menjadi perhatian
para Sufi filosofis, yaitu :
a.
Latihan
rohaniah dengan ras, intuisi, serta introspeksi diri.
b.
Iluminasi
atau hakikat yang terungkap dari alam ghaib, misalnya sifat-sifat Rabbani,
arsy, kursi, malaikat, wahyu, kenabian, ruh, hakikat realitas segala wujud yang
ghaib maupun yang tampak dari susunan kosmos tertentu tentang penciptaan dan ciptaannya.
c.
Peristiwa-peristiwa
dalam alam yang berpengaruh terhadap berbagai kekeramatan dan keluarbiasaan.
d.
Shatahiyat,
ungkapan yang samar-samar yng telah melahirkan reaksi masyarakat berupa
peningkatan dan penyatuan.
Tasawuf falsafi mempunya beberapa karakteristik
antara lain :
a.
Tasawuf
ini didasarkan pada latihan rohaniyah untuk peningkatan moral, sedangkan ilmu
iluminasi sebagai metode untuk mengetahui berbagia hakikat realitas, yang
menurut penganutnya dapat dicapai dengan fana.
b. Mereka juga sering
menyamarkan ungkapan-ungkapan tentang hakikat realitas ajaran mereka dengan
berbagai simbol, sehingga ajaran mereka tidak dapat dipahami begitu saja oleh
prang lain, dan sukar ditafsirkan, seperti ungkapan Abu Yazid al-Busthami, dan
al-Hallaj[6].
Di dalam Tasawuf
falsafi metode pedekatannya sangat berbeda dengan tasawuf Sunni.Kalau Tasawuf
Sunni lebih mennjol dari segi praktis, sehingga dalam konsep-konsep Tasawuf
falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendekatan-pendekatan filosofis
yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi
orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil[7].
Pemikiran Filsafat
merasuki dan mpengaruhi pemikiran Islam secara umum, dan Tasawuf secara khusus,
pada abad VI dan VII H. Pada abad tersebut muncul mazhab wahdatul wujud dalam
bentuknya yang peripurna di tanngan Sufi-Filosof Andalusia, Muhyiddin Ibnu
Arabi (wafat 628). Mazhab wahdatul wujud tersebar dari Barat ke Timur oleh Ibnu Arabi
sendiri dan Ibnu Sab’in[8]
2.Karakteristik tasawuf falsafi
a. Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta
intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
b.
Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat
rabbani,‘arasy, kursi, malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas segala yang
wujud, yang gaib maupun yang nampak, dan susunan yang kosmos, terutama tentang
penciptanya serta penciptaannya.
c.
Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang brepengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
d.
Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar
(syatahiyyat) yang dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa
mengingkarinya, menyetujui atau menginterpretasikannya[9]
3. Tokoh-tokoh tasawuf falsafi
1.
Al-hallaj
Al-hallaj
menggunakan paham hulul.Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf
falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk.Kata
hulul berimplikasi kepada bersemayamnya sifat-sifat ke-Tuhanan kedalam diri
manusia atau masuk suatu zat kedalam zat yang lainnya.Hulul adalah doktrin yang
sangat menyimpang.Hulul ini telah disalah artikan oleh manusia yang telah
mengaku bersatu dengan Tuhan.Sehingga dikatakan bahwa seorang budak tetaplah
seorang budak dan seorang raja tetaplah seorang raja.Tidak ada hubungan yang
satu dengan yang lainnya sehingga yang terjadi adalah hanyalah Allah yang
mengetahui Allah dan hanya Allah yang dapat melihat Allah dan hanya Allah yang
menyembah Allah.
2.
Abu yazid al-bustami.
Ia mengembangkan faham
ittihad, yang menurutnya manusia adalah pancaran Nur Ilahi, oleh karena itu
manusia hilang kesadaranya (sebagai manusia) maka pada dasarnya ia telah
menemukan asal mula yang sebenarnya yaitu nur ilahi atau dengan kata lain ia
menyatu dengan Tuhan. Sebagaimana Pengertian ittihad yang disebutkan dalam sufi
terminologi adalah penggabungan antara dua hal yang menjadi satu. Kata ini
berasal dari kata wahd atauwahdah yang berarti satu atau
tunggal.Jadi ittihad artinya bersatunya manusia dengan Tuhan.
3.
Ibn Arabi
Ibn Arabi menggunakan bentuk
pola akal yang bertingkat-tingkat, seperti; akal pertama, kedua, ketiga dan
sampai akal kesepuluh. Dimana ia mencoba mengambarkan bahwa proses terjadinya
sesuatu ini berasal dari yang satu, kalau Bahasanya plotinus ialah the one.
Beliau mengajarkan faham Wahdatul-wujuddan Wahdatul-adyan.Wahdatul-adyan
adalah kesamaan agama, al-Arabi memandang bahwa sumber agama adalah
satu.Karakteristik dari tasawuf ini adalah lebih mengedepankan akal dari pada
al-qur’an dan as-sunnah.
4.
Al-jilli
Konsep al-jilli adalah insan kamil yaitu
nukhsoh atau copy Tuhan, Tuhan memiliki sifat pandai, berkehendak, mendengar,
dan sebagainya. Manusiapun memiliki sifat tersebut, dari konsep ini ia berusaha
memberikan pemahaman kepada kita bahwa manusia adalah insan kamil dengan segala
kesempurnaannya, sebab pada dirinya terdapat sifat dan nama illahi. Sama dengan
al-Arabi karekteristik ajarannya lebih mengedepankan akal.
5.
Ibn Sabi’in
Ibn Sabi’in terkenal dengan fahamnya yaitu
kesatuan mutlak yang menempatkan ketuhanan pada tempat pertama, sebab wujud
Allah menurutnya adalah asal segala yang ada.Sementara wujud materi yang tampak
justru dia rujukkan pada wujud mutlak.
6. Ibnu-Massarah:
Ia menganut faham emanasi yaitu
tingkatan-tingkatan wujud yang memancar dari tuhan ,dalam fahamnya adalah
materi pertama yang bersifat rohaniah, kemudian akal universal, diikuti dengan
jiwa yang bersifat murakkab.[10]
C. Tasawuf Syi’i
1.Pengertian Tasawuf Syi’i
Tasawuf
Syi’i adalah tasawuf yang beranggapan bahwa manusia akan manunggal dengan
tuhannya karena ada kesamaan esensi antara keduanya. Hal ini sebagaimana
tasawuf falsafi di mana al-Hallaj (adalah salah satu tokoh dari tasawuf
filsafat) memformulasikan teorinya dalam doktrin‘Hulul’, yakni perpaduan insan
dengan Tuhan secara rohaniyah atau makhluk dengan al-khalik.Oleh karenanya
tasawuf syi’i disebut-sebut mempunyai kesaman dengan tasawuf falsafi.
Pada tasawuf Syi’i yang dengan penghormatan
berlebihannya kepada Ali Bin Abi Thalib dan sebagai imam pertama kaum Syi’ah,
Ali menggabungkan dua jenis otoritas di atas dalam satu pribadi, dan menurut
Syi’isme, aturan tepat segala sesuatu menuntut bahwa imam harus mengatur dan
memerintah secara spiritual dan temporal. Akan tetapi, sementara dalam Syi’isme
aspek esoteris Islam diproyeksikan ke masyakarat umum, sehingga perbedaan
antara eksoteris dan esoteris menjadi samar. Dalam pemahaman sufi pada umumnya
hierarki vertikal dan horizontal tidak perlu bercampur. Hal inilah yang
membedakannya dengan tasawuf Syi’i yang menggabungkan dua unsur esoteris dan
unsur eksoteris.
Selain
itu tasawuf Syi’i atau yang di sebut juga tasawuf Syi’ah, ajarannya adalah
pemulyaan kepada imam secara berlebihan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang
menuhankan imam. Hal ini merupakan perbedaan yang cukup kontras dengan tasawuf
lainnya umpamanya sunni, bahkan pada masanya Syi’i dan Sunni adalah aliran atau
tasawuf yang saling bertolak belakang dalam kecintaan kepada Ali Bin Abi Thalib
dan karena keruhaniannya yang unggul. Di mana Syi’i karena kecintaannya yang
berlebihan pada Ali Bin Abi Thalib, sehingga membatalkan kekhalifaan khalifah
sebelum Ali Bin Abi Thalib, bahkan mengkafirkan mereka.
2.Karakteristik Tasawuf Syi’i
Jika
berbicara tentang tasawuf syi’i, maka akan diikuti oleh tasawuf sunni. Dimana
dua macam tasawuf yang dibedakan berdasarkan “kedekatan” atau “jarak” ini
memiliki perbedaan.Paham tasawuf syi’i beranggapan, bahwa manusia dapat meninggal
dengan tuhannya karena ada kesamaan esensi antara keduanya.Menurut ibnu Khaldun
yang dikutip oleh Taftazani melihat kedekatan antara tasawuf falsafi dan
tasawuf syi’i.Syi’i memilki pandangan hulul atau ketuhanan iman-iman
mereka.Menurutnya dua kelompok itu mempunyai dua kesamaan.
Sementara
itu azzmardi azra tidak membedakan antar keduanya dalam persoalan
tasawuf,karena tidak dikenal dalam terminologi islam mengenai tasawuf syi’i.
Karakteristik dari ajaran tasawuf ini adalah:
a.Ajarannya
lebih didasarkan atas ketajaman pemahaman dalam menganalisis kedekatan manusia
dengan tuhan,
b.Lebih
mengedepankan konsepsi keimanan
3. Tokoh-Tokoh Tasawuf Syi’i
a. Ibnu khaldun, Ibnu
kaldun mengambil konsep persoalan quthb yang merupakan puncak iman dan ibdal
yang merupakan perwakilan .
b. Azyumardi azra, Ia tidak
membedakan antara tasawuf syi’i dan sunni .Ia lebih kepada konsep
mahabbah,ma,rifah,hulul,wahdatul wujud kesemuanya itu konsep dari tasawuf
falsafi yang cenderung lebih spekulatif.
c. Ath-thabathaba’I, Ia menjelaskan
bahwa ilmu ma’rifat ,mula-mula timbul dalam dunia sunnah kemudian dikalangan
kaum syi’ah.[11]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan
pembahasan makalah tersebut dapat disimpulkan: Tasawuf
sunni ialah aliran tasaawuf yang berusaha memadukan asapek hakekat dan
syari’at, yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan
pendekatan diri kepada allah, dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh
terhadap ajaran al-Qur’an, Sunnah dan Shirah para sahabat.Ciri-ciri dan karakteristik ajaran Tasawuf
Sunni: Melandaskan diri pada Al-quran dan As-Sunnah; Tidak menggunakan
terminologi – terminology filsafat sebagaimanaterdapat pada ungkapan – ungkapan
Syathahat; Lebih bersifat mengajarkan dualism dalam hunganan antara Tuhan dan
manusia; Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at; dan lebih terkonsentrasi
pada pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengobatan jiwa dengan cara riyadhah
(latihan – latihan) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.
Tasawuf filosofii adalah tasawuf
yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistik dengan visi rasional;
Iluminasi atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat
rabbani,‘arasy, kursi, malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas segala
yang wujud, yang gaib maupun yang nampak, dan susunan yang kosmos;
peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang brepengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan; penciptaan ungkapan-ungkapan yang
pengertiannya sepintas samar-samar.
Tasawuf
Syi’i adalah tasawuf yang beranggapan bahwa manusia akan manunggal dengan
tuhannya karena ada kesamaan esensi antara keduanya. Karakteristik: ajarannya
lebih didasarkan atas ketajaman pemahaman dalam menganalisis kedekatan manusia
dengan tuhan, dan lebih mengedepankan konsepsi keimanan. Tokoh-Tokoh Tasawuf Syi’i: Ibnu
khaldun, Azyumardi azra; Ath-thabathaba’I.
DAFTAR PUSTAKA
M
sholihin ,Roshihon Anwar,Ilmu Tasawuf
,Pustaka Setia, Bandung
Fattah
Sayyid Ahmad .Abdul ,Tasawuf Ahlaqi,
jakarta :KHALAFI ,2005
Abdul
Halim ,Tasawuf di Dunia Islam ,Pustaka Setia Bandung
Tesa Aminraka, “Sejarah perkembangan tasawuf”,http://amienrakatesa.blogspot.com
[1]Damanhuri, Akhlak Tasawuf, Banda Aceh: PENA, 2010
[2]Tesa. Amienraka,“Sejarah perkembangan
tasawuf”, http://amienrakatesa.blogspot.com/2012/05/sejarah-perkembangan-tasawuf.html (diakses pada Rabu,
17 April 2013, 22:01)
[5]As. Zufr-Zie
Ncek,”Makalah Ilmu Tasawuf, perkembangan tasawuf akhlaqi,falsafi dan
syi’i”,http://aszufri92.wordpress.com/2012/08/07/makalah-ilmu-tasawuf-perkembangan-tasawuf-akhlaqi-falsafi-dan-syii/(diakses
pada 18 April, 01:25).
[6]Damanhuri,Op. Cit.hal. 128-130.
[8]Fattah
Sayyid Ahmad. Abdul, Tasawuf antara
Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah, Jakarta: KHALIFA, 2005.
[11]M. Sholihin,anwar roshihan, ilmu
tasawuf, bandung pustaka setia.
No comments:
Post a Comment