Friday, 4 November 2016

Makalah Tokoh Islam Dan Pemikirannya KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy'ari


BAB I

PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG MASALAH

K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868. Beliau tumbuh besar di kota tersebut. Ayahnya bernama Kyai Haji Abu Bakar, seorang ulama besar dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kesultanan.
Muhammad Darwis atau sekarang yang lebih dikenal K.H. Ahmad Dahlan adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara. Beliau dididik oleh ayahnya sendiri sebagai seorang putra kyai. Pendidikan dasarnya dimulai dari belajar membaca, belajar menulis, mengaji Al-Qur’an dan kitab-kitab agama.
Menjelang dewasa Ia belajar kepada beberapa ulama besar pada waktu itu. Tak heran jika dalam usia relatif muda, ia telah menguasai berbagai disiplin ilmu keislaman. Setelah beberapa waktu belajar dengan beberapa gurunya, Ia berangkat ke Makkah pada tahun 1883 M, dalam usianya yang relatif mudah (15 tahun) untuk menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu agama.
Karena merasa tidak puas dengan kunjungan pertama di Makkah, Ia berencana untuk menunaikan ibadah haji yang kedua dan  menimba ilmu agama pada tahun 1902, dalam usia35 tahun. Pada saat itu pula, Dahlan mulai berkenalan dengan ide-ide pembaharuan yang dilakukan melalui penganalisaan kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, seperti Ibn Taimiyah, Ibn Qoyyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abd al-Wahab, Jamal al Din al Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan lain sebagainya.
Muhammad Darwis merupakan pendiri organiasi Muhammadiyah. Muhammadiyah didirikan pada tahun 1912 M. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam
KH Mohammad Hasyim Asy'ari, atau Biasa disebut KH Hasyim Ashari beliau dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1871 atau menurut Penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
KH Hasyim Asy'ari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama yaitu sebuah organisasi massa Islam Yang terbesarnya di Indonesia. KH Hasyim Asyari merupakan putra bangsa dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Ashari merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras Yang berada di sebelah Selatan Jombang.
Pada tahun 1926 Nahdlatul Ulama atau yang populer disebut NU  pun berdiri atas inisiatif ulama-ulama pada waktu itu. Salah satu pendiri organisasi ini adalah K.H Hasyim Asy’ari. Organisasi ini berusaha mengembalikan dan mengikuti salah satu madzhab yang telah ada (Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali). Asy’ari mengemukakan dua tujuan diberikannya pendidikan islam bagi manusia, yaitu : (Syamsul Arifin, 2010:12).
1.         Menjadi insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT
2.         Menjadi insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
K.H. Hasyim Asy’ari adalah seorang ahli dalam bidang Hadits, terutama Shahih Bukhori dan Shahih Muslim. Selain sebagai intelektual yang mempunyai spesialisasi, beliau adalah tokoh yang pertama kali menciptakan sistem pendidikan terutama di Pesantren dengan menggunakan metode kelas.
K.H. Hasyim Asy’ari juga pernah menimba ilmu agama di kota Makkah. Pada masa anak-anak bakat kepemimpinan dan kecerdasan sudah nampak pada dirinya. Ia pernah membantu ayahnya untuk mengajar beberapa santri-santri yang lebih besar darinya.
Dari kedua tokoh tersebut memberikan gambaran kepada kita, bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting dan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Dengan pendidikan manusia akan mampu melihat sesuatu yang belum pernah mereka lihat, dan akan mampu membedakan hal-hal yang baik dan buruk.
Secara garis besar pendidikan Islam merupakan suatu proses beralihnya manusia dari manusia yang tidak berpendidikan menjadi manusia yang berpendidikan. Pendidikan dapat merubah dari suatu keadaan tertentu menuju keadaan yang lain, dari kita tidak mengetahui sesuatu menjadi kita mengetahui sesuatu.
 Seperti halnya saat kita masih bayi, masih dalam dekapan seorang ibu kita tidak bisa melakukan apapun kecuali hanya bisa menangis, mengompol, dan lain-lain. Namun saat kita tumbuh dewasa dengan pendidikan dari orang tua kita, kita bisa belajar untuk menghargai sesuatu.
Pendidikan Islam saat ini belum mampu menanamkan nilai-nilai Islam dikalangana masyarakat. Sebagai contoh adalah pada zaman sekarang banyak para pelajar ataupun mahasiswa yang statusnya masih dididik, melakukan hal-hal yang melanggar dan merusak moral, misalnya maraknya narkoba, tawuran, perkelahian.
Hitam dan putihnya perjalanan hidup seseorang ditentukan dari salah satunya adalah faktor pendidikan. Dimana ketika manusia mengetahui tugas dankewajibannya melalui sarana pendidikan, maka dengan sendirinya dan sadar diri manusia akan menjalankan sesuatu yang diperintahkan dan menjahui sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.
Kondisi pendidikan yang demikian, khususnya pendidikan islam, maka  harus segera diatasi dengan cara menumbuhkembangkan pendidikan islam itu sendiri. Dalam mengatasi permasalahan itu tidak harus menemukan ide baru, akan tetapi bisa juga menghadirkan kembali tokoh-tokoh atau intelektual muslim yang bergelut dalam pendidikan islam dan memiliki kejayaan pada masa itu.
Dengan mempelajari atau mengetahui pemikiran kedua tokoh yang begitu cemerlang pada saat itu, kemungkinan besar akan memberikan dampak yang besar pula jika diterapkan pda zaman sekarang, tentu dengan adanya penyelarasan zaman.
 Kedua tokoh inilah yang pada perkembangan selanjutnya mampu merekonstruksi konsep pendidikan islam yang disesuaikan dengan realitas dan kebutuhan zaman.
Berdasarkan uraian di atas, sehingga penulis tertarik untuk mengetahui sejarah dan pemikiran  kedua tokoh tersebut tentang Pendidikan Islam, sehingga penelitian ini berjudul “KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DENGAN K.H. HASYIM ASY’ARI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM”.

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1.         Bagaimana pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang Pendidikan Islam?
2.         Bagaimana pemikiran K.H. Hasyim Asyari tentang Pendidikan Islam?
3.         Adakah perbedaan dan persamaan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan Dengan K.H. Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan Islam?

C.     TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1.         Untuk mengetahui pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang Pendidikan Islam.
2.         Untuk mengetahui pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan Islam.
3.         Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dengan K.H. Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan Islam.


BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang Pendidikan Islam

1.      Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan
Seperti yang kita ketahui bahwa penulisan riwayat hidup K.H. Ahmad Dahlan telah banyak dilakukan oleh para sarjana. K.H. Ahmad Dahlan lahir di Kauman Yogyakarta pada tahun 2008 .Nama kecilnya adalah Muhammad Darwisy dan merupakan anak keempat dari K.H. Abu Bakar (seorang ulama dan khatib terkemuka di Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta) dan ibunya merupakan putrid dari H. Ibrahim yang menjabat sebagai penghlu kesultanan juga.Ia merupakan anak keempat dari tujuh ornag bersudara yang keseluruhan saudaranya perempuan kecuali adik bungsunya.
Dalam silsilah ia termasuk keturunan yang keduabelas dari maulana malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di tanah Jawa. Ia dikenal jujur dan sederhana dan inilah yang membuatnya disukai orang. Untuk mempelajari ilmu-ilmu agama ia berpindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Ia mempunya sikap kritis terhadap pola pendidikan tradisional, tetapi tidak punya kekuatan untuk mengubahnya. Dalam keadaan seperti ini Ia beruntung memproleh kesempatan melanjutkan pendidikannya ke Mekah pada tahun 1890.
Di sinilah Ia berinteraksi dengan pemikir-pemikir pembaharu dalam dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, al-Afgani, Rasyid RIdha, dan Ibnu Taimiyah. Pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar padanya. Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini sehingga kelak kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama, yaitu melalui Muhammadiyah, yang bertujuan untuk memperbaharui pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di sebagian dunia Islma saat itu yang masih bersifat ortodoks. Melalui kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, telah membuka wawasan beliau tentang universalitas Islam.Ide-ide tentang reenterpretasi Islam dengan gagasan kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah mendapat perhatian khususnya saat itu.Ia juga merupakan murid Syaikh Ahmad Khatib (1899-1916), tokoh kelahiran Indonsea yang saat itu menempati po[1]sisi yang unggul dalam penguasaannya atas ilmu-ilmu agama di Mekkah.
Keteguhan hatinya untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tan[2]ah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut. Namun, pada saat Muhammadiyah teratur dan kuat, K.H. Ahmad Dahlan berpulang ke rahmatullah pada tanggal 23 Februari 1923 dalam usia 55 tahun. Dan sekarang kita dapat menyaksikan Muhammadiyah menjadi semakin maju dan berkembang di seluruh nusantara dengan berbagai amal usahanya tidak terlepas dari usaha beliau yang sangat luar biasa.





2.      Pemikiran Pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan
Buya merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Karena itu buya merentaskan beberapa pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain:
  1. Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau musti lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan.Namun naskah pidato terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika.Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu: (1) pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci; (2) akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia; (3) ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt.
Pribadi K.H. Ahmad Dahlan  adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat dalam tafsir  Al-Manaar sehingga meskipun tidak punya latar belakang  pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.Dia dapat dikatakan sebagai suatu model dari bangkitnya sebuah generasi yang merupakan titik pusat dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi golongan Islam yang berupa ke[3]tertinggalan dalam sistem pendidikan dan kejumudan paham agama Islam.
Cita-cita pendidikan yang digagas Beliau adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai ulama-intelek atau intelek-ulama, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, K.H. Ahmad Dahlan  melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Dalam rangka menjamin kelangsungan sekolahan yang ia dirikan maka atas saran murid-muridnya Beliau akhirnya mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912. Metode pembelajaran yang dikembangkan K.H. Ahmad Dahlan  bercorak kontekstual melalui proses penyadaran.
Mengadopsi Substansi dan Metodologi Pendidikan Modern Belanda dalam Madrasah-madrasah Pendidikan Agama yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga pendidikan Belanda.Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan kemudian dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan metode pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional.Metode yang ditawarkan adalah sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari sini tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan ber[4]beda dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini.




 Sebagai contoh, K.H. Ahmad Dahlan mula-mula mendirikan SR di Kauman dan daerah lainnya di sekitar Yogyakarta, lalu sekolah menengah yang diberi nama al-Qism al-Arqa yang kelak menjadi bibit madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai catatan, tujuan umum lembaga pendidikan di atas baru disadari sesudah 24 tahun Muhammadiyah berdiri, tapi Amir Hamzah menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyah menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah:
  1. Baik budi, alim dalam agama
  2. Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum)
  3. Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya
Mungkin ada benarnya jika dikaitkan dengan latar belakang timbulnya pemikiran pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan yang antara lain disebabkan oleh rasa tidak puas terhadap system pendidikan yang ada dan hanya mengembangkan salah satu bidang pengetahuan dari kedua pengetahuan yang ingin dirangkul oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya. Ijtihad pemikiran pendidikan yang dicetuskan K.H. Ahmad Dahlan melalui gagasan dan praktek pendidikan Islamnya merupakan cikal bakal dan dijadkan estafet dalam pembaharuan system pendidikan Muhammadiyah, sebagai contoh pondok Muhammadiyah. Ada empat pokok model pembaharuan pendidikan di Pondok Muhammadiyah antara lain:
No.
Sistem Pendidikan Lama
Pondok Muhammadiyah
1. 2. 3. 4.
System belajar mengajar Weton dan Sorogan. Bahan pelajaran semata-mata agama, kitab-kitab karangan ulama pembaharuan tidak dipergunakan. Belum a[5]da RP yang teratur dan integral. Hubungan guru dan murid lebih bersifat otoriter dan kurang demokratis.
Sistem klasikal dengan cara-cara Barat. Bahan pelajaran tetap, ditambah ilmu pengetahuan umum. Kitab-kitab agama dipergunakan secara luas, baik klasik maupun kontemporer. Sudah diatur dengan RP. Diusahakan suasana hubungan guru dan murid lebih akrab bebas dan demokratis.
                                                                                            



K.H. Ahmad Dahlan juga bekerja keras meningkatkan moral dan posisi kaum perempuan dalam kerangka Islam sebagai instrument yang efektif dan bermanfaat di dalam organisasinya karena perempuan merupakan unsur penting  berkat bantuan istri dan koleganya sehingga terbentuklah Aisyiah. Di tempat-tempat tertentu, dibukalah masjid-masjid khusus bagi kaum perempuan, seseuatu yang  jarang ditemukan di Negara-negara Islam lain bahkan hingga saat ini. K.H. Ahmad Dahlan juga membentuk gerakan pramuka Muhammadiyah yang diberi nama Hizbul Watan.






. Dari uraian tersebut di atas, ada beberapa catatan yang direntaskan oleh buya, antara lain:
  1. Membawa pembaruan dalam bentuk kelembagaan pendidikan, yang semula seistem pesantren menjadi system sekolah.
  2. Memasukkan pelajaran umum kepada sekolah-sekolah keagamaan atau madrasah.
  3. Mengadakan perubahan dalam metode pengajaran, dari yang semula menggunakan metode weton dansorogan menjadi lebih bervariasi.
  4. Mengajarkan sikap hidup terbuka dan toleran dalam pendidikan.
  5. Dengan Muhammadiyahnya buya berhasil mengembangkan lembaga pendidikan yang beragam dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi dan dari yang berbentuk sekolah agama hingga yang berbentuk sekolah umum.
  6. Berhasil memperkenalkan manajemen pendidikan modern ke dalam system pendidikan yang dirancangkannya.
  7. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan gerakan umat Islam yang lahir di Yogyakarta 18 Nopember 1912. Yang perkembangannya, terutama sejak paruh kedua tahun 1920-an menunjukkan grafik meningkat. Disaat gerakan umat Islam seangkatannya justru dilanda perpecahan dan perlahan menunjukkan grafik penurunan, yaitu Sarekat Islam (SI).Yang saat itu SI pecah karena infiltrasi komunis, sehingga muncul SI Merah yang jadi onderbow PKI (1920).

B. Pemikiran K.H. Hasyim Asyari tentang Pendidikan Islam


a.       BIOGRAFI
Nama lengkap K. H. Hasyim Asy’ari adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn ‘Abd Al-Wahid. Ia lahir di Gedang, sebuah desa di daerah Jombang, Jawa Timur, pada hari selasa kliwon 24 Dzu Al-Qa’idah 1287 H. bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871.
Asal-usul dan keturunan K.H M.Hasyim Asy’ari tidak dapat dipisahkan dari riwayat kerajaan Majapahit dan kerajaan Islam Demak. Silsilah keturunannya, sebagaimana diterangkan oleh K.H. A.Wahab Hasbullah menunjukkan bahawa leluhurnya yang tertinggi ialah neneknya yang kedua yiaitu Brawijaya VI. Ada yang mengatakan bahawa Brawijaya VI adalah Kartawijaya atau Damarwulan dari perkahwinannya dengan Puteri Champa lahirlah Lembu Peteng (Brawijaya VII).
Semasa hidupnya, ia mendapatkan pendidikan dari ayahnya sendiri, terutama pendidikan di bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an dan literatur agama lainnya. Setelah itu, ia menjelajah menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren, terutama di Jawa, yang meliputi Shone, Siwilan Buduran, Langitan Tuban, Demangan Bangkalan, dan Sidoarjo, ternyata K. H. Hasyim Asy’ari merasa terkesan untuk terus melanjutkan studinya. Ia berguru kepada K. H. Ya’kub yang merupaka kiai di pesantren tersebut.
Kiai Ya’kub lambat laun merasakan kebaikan dan ketulusan Hasyim Asy’ari dalam perilaku kesehariannya, sehingga kemudian ia menjodohkannya dengan putrinya, Khadijah. Tepat pada usia 21 tahun, tahun 1892, Hasyim Asy’ari melangsungkan pernikahan dengan putri K. H. Ya’kub tersebut.
Setelah nikah, K. H. Hasyim Asy’ari bersama istrinya segera melakukan ibadah haji. Sekembalinya dari tanah suci, mertua K. H. Hasyim Asy’ari menganjurkannya menuntut ilmu di Mekkah. Dimungkinkan, hal ini didorong oleh tradisi pada saat itu bahwa seorang ulama belumlah dikatakan cukup ilmunya jika belum mengaji di Mekkah selama bertahun-tahun. Di tempat itu, K. H. Hasyim Asy’ari mempelajari berbagai macam disiplin ilmu, diantaranya adalah ilmu fiqh Syafi’iyah dan ilmu Hadits, terutama literatur Shahih Bukhari dan Muslim.
Disaat K. H. Hasyim Asy’ari bersemangat belajar, tepatnya ketika telah menetap 7 bulan di Mekkah, istrinya meninggal dunia pada waktu melahirkan anaknya yang pertama sehingga bayinya pun tidak terselamatkan. Walaupun demikian, hal ini tidak mematahkan semangat belajarnya untuk menuntut ilmu.
K. H. Hasyim Asy’ari semasa tinggal di Mekkah berguru kepada Syekh Ahmad Amin Al-Athar, Sayyid Sultan ibn Hasyim, Sayyid Ahmad ibn Hasan Al-Athar, Syekh Sayyid Yamani, Sayyid Alawi ibn Ahmad As-Saqqaf, Sayyid Abbas Maliki, Sayid ‘Abd Allah Al-Zawawi. Syekh Shaleh Bafadhal, dan Syekh Sultan Hasyim Dagastani.
Ia tinggal di Mekkah selama 7 tahun. Dan pada tahun 1900 M. atau 1314 H. K. H. Hasyim Asy’ari pulang ke kampung halamannya. Di tempat itu ia membuka pengajian keagamaan yang dalam waktu yang relatif singkat menjadi terkenal di wilayah Jawa.
b.      KARYA-KARYANYA
Karya-karya Kiai Hasyim banyak yang merupakan jawaban atas berbagai problematika masyarakat. Misalnya, ketika umat Islam banyak yang belum faham persoalan tauhid atau aqidah, Kiai Hasyim lalu menyusun kitab tentang aqidah, diantaranya Al-Qalaid fi Bayani ma Yajib min al-Aqaid, Ar-Risalah al-Tauhidiyah, Risalah Ahli Sunnah Wa al-Jama’ah, Al-Risalah fi al-Tasawwuf, dan lain sebagainya.
Kiai Hasyim juga sering menjadi kolumnis di majalah-majalah, seperti Majalah Nahdhatul Ulama’, Panji Masyarakat, dan Swara Nahdhotoel Oelama’. Biasanya tulisan Kiai Hasyim berisi jawaban-jawaban atas masalah-masalah fiqhiyyah yang ditanyakan banyak orang, seperti hukum memakai dasi, hukum mengajari tulisan kepada kaum wanita, hukum rokok, dll. Selain membahas tentang masail fiqhiyah, Kiai Hasyim juga mengeluarkan fatwa dan nasehat kepada kaum muslimin, seperti al-Mawaidz, doa-doa untuk kalangan Nahdhiyyin, keutamaan bercocok tanam, anjuran menegakkan keadilan, dan lain-lain.
Sebagai seorang intelektual, K. H. Hasyim Asy’ari telah menyumbangkan banyak hal yang berharga bagi pengembangan peradaban, diantaranya adalah sejumlah literatur yang berhasil ditulisnya. Karya-karya tulis K. H. Hasyim Asy’ari yang terkenal adalah sebagai berikut: (1) Adab Al-‘Alim wa Al-Muta’allimin, (2) Ziyadat Ta’liqat, (3) Al-Tanbihat Al-Wajibat Liman, (4) Al-Risalat Al-Jami’at, (5) An-Nur Al-Mubin fi Mahabbah Sayyid Al-Mursalin, (6) Hasyiyah ‘Ala Fath Al-Rahman bi Syarh Risalat Al-Wali Ruslan li Syekh Al-Isam Zakariya Al-Anshari, (7) Al-Durr Al-Muntatsirah fi Al-Masail Al-Tis’i Asyrat, (8) Al-Tibyan Al-Nahy’an Muqathi’ah Al-Ikhwan, (9) Al-Risalat Al-Tauhidiyah, (10) Al-QalaidfiBayan ma Yajib min Al-‘Aqaid.
Kitab ada Al-‘Alim wa Al-Muta’allimin merupakan kitab yang berisi tentang konsep pendidikan. Kitab ini selesai disusun hari Ahad pada tanggal 22 Jumadi Al-Tsani tahun 1343. K. H. Hasyim Asy’ari menulis kitab ini didasari oleh kesadaran akan perlunya literatur yang membahas tentang etika (adab) dalam mencari ilmu pengetahuan. Menuntut ilmu merupakan pekerjaan agama yang sangat luhur sehingga orang yang mencarinya harus memperlihatkan etika-etika yang luhur pula
c.       PEMIKIRAN K. H. HASYIM ASY’ARI
KH Hasyim Asy’ari menganjurkan kepada para kiai dan guru-guru agama agar memiliki perhatian serius kepada masalah ekonomi untuk kemaslahatan; “kenapa tidak kalian dirikan saja satu badan usaha, yang setiap wilayah ada satu badan usaha yang mandiri.” Demikian pernyataan KH Hasyim Asy’ari ketika mendeklarasikan berdirinya Nahdlah at-Tujjar.
Berangkat dari kesadaran itulah Nahdlah at-Tujjar didirikan, dengan satu badan usaha yang ketika itu disebut Syirkah al-Inan, yang kemudian hari ketika NU berdiri wadah ekonomi tersebut berganti nama dengan Syirkah al-Mu’awanah.
Ketika organisasi sosial keagamaan masyumi dijadikan partai politik pada 1945, Kiai Hasyim terpilih sebagai ketua umum. Setahun kemudian, 7 September 1947 (1367 H), K. H. Muhammad Hasyim Asy’ari, yang bergelar Hadrat Asy-Syaikh wafat. Berdasarkan keputusan Presiden No. 29/1964, ia diakui sebagai seorang pahlawan kemerdekaan nasional, suatu bukti bahwa ia bukan saja tokoh utama agama, tetapi juga sebagai tokoh nasional.
Pada tahun 1930 dalam muktamar NU ke-3 kiai Hasyim selaku Rais Akbar menyampaikan pokok-pokok pikiran mengenai organisasi NU. Pokok-pokok pikiran inilah yang kemudian dikenal sebagai Qanun Asasi Jamiah NU (undang-undang dasar jamiah NU).
d.      MENGENAI PENDIDIKAN :
Tepat pada tanggal 26 Rabi’ Al-Awwal 120 H. bertepatan 6 Februari 1906 M., Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng. Oleh karena kegigihannya dan keikhlasannya dalam menyosialisakan ilmu pengetahuan, dalam beberapa tahun kemudian pesantren relatif ramai dan terkenal
e.       NAHDATUL ULAMA :                                                                                                 
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy’ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
K. H. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai salah seorang pendiri NU (Nahdatul Ulama). Pada masa pendudukan Jepang, Hasyim Asy’ari pernah ditahan selama 6 bulan, karena dianggap menentang penjajahan Jepang di Indonesia. Karena tuduhan itu tidak terbukti, ia dibebaskan dari tahanan, atas jasa-jasanya dalam perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang, Hasyim Asy’ari dianugerahi gelar pahlawan kemerdekaan nasional oleh Presiden RI.

C.     Analisis Terhadap Perbedaan dan Persamaan K.H. Ahmad Dahlan dengan K.H. Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan Islam

NO
Aspek-Aspek Pendidikan
Pemikiran K.H. Ahmad dahlan
Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari
1
Definisi Pend. Islam
Pendidikan  Islam adalah upaya strategis untuk menyelamatkan uamt Islam dari pola berfikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis.
Pendidikan Islam adalah sarana mencapai kemanusiaannya, sehingga menyadari siapa sesunggunya penciptanya, untuk apa diciptakan, melakukan segala perintahnya dan menjahui segala larangannya, untuk berbuat baik di dunia dan menegakkan keadilan.
2
Tujuan Pend. Islam
·      Pembentukan kepribadian yang baik.
·      Membentuk manusia yang muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, dll.
·      Membekali siswa dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan
·      Menjadi insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
·      Menjadi insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
3
Dasar Pend. Islam
·      Al-Qur’an
·      As-Sunnah
·      Al-Qur’an
·      As-Sunnah
·      Qoul Ulam’ (ijma’/qiyas)
4
Sistem Pend. Islam
·      Madrasah yang menyerupai sekolah Belanda (Gubernemen) dengan menggabungkan antara muatan-muatan keagamaan dan nonkeagamaan.
·      Madrasah diniyah, yang lebih menekankan pada muatan-muatan keagamaan dan menambahkan muatan-muatan umum secara terbatas
·      Mengganti sistem sorogan dan bandongan dengan sistem tutorial.
·      Memperkenalkan sistem kelas, dengan membagi 7 kelas. Pada sifr awwal adalah kelas persiapan, dan di dalamnya diajarkan dasar-dasar bahasa arab. Dan sifr tsani adalah kelas lanjutan dan mendapatkan pelajaran tambahan.
·      Memperkenalkan sistem musyawarah
5
Materi Pend. Islam
·      Pendidikan Moral (akhlaq), yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
·      Pendidikan Individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
·      Pendidikan Kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.
·      Materi-materi yang bersifat diniyah, misalnya: Al-Qur’an, bahasa arab, ushul fiqh, hadits, dan lain-lain yang berhubungan dengan materi-materi diniyah.
·      Materi yang bersifat umum (materi non keagamaan), misalnya: membaca, menulis bahasa latin, bahasa Indonesia, ilmu bumi, ilmu sejarah, dan ilmu hitung.

BAB III

PENUTUP

.   A.  KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, dapatlah diketahui bahwa ketokohan kiai Hasyim Asy’ari dikalangan masyarakat dan organisasi Islam tradisional bukan saja sangat sentral tetapi juga menjadi tipe utama seorang pemimpin, sebagaimana diketahui dalam sejarah pendidikan tradisional, khususnya di Jawa. Peranan kiai Hasyim Asy’ari yang kemudian dikenal dengan sebutanHadrat Asy-Syaikh (guru besar di lingkungan pesantren).
Peranan kiai Hasyim Asy’ari sangat besar dalam pembentukan kader-kader ulama pemimpin pesantren, terutama yang berkembang di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dalam bidang organisasi keagamaan, ia pun aktif mengoganisir perjuangan politik melawan kolonial untuk menggerakkan masa, dalam upaya menentang dominasi politik Belanda.
Dan pada tanggal 7 September 1947 (1367 H), K. H. Hasyim Asy’ari, yang bergelar Hadrat Asy-Syaikh wafat. Berdasarkan keputusan Presiden No. 29/1964, ia diakui sebagai seorang pahlawan kemerdekaan nasional, suatu bukti bahwa ia bukan saja tokoh utama agama, tetapi juga sebagai tokoh nasional.
Gerakan Muhammadiyah dikenal luas sebagai gerakan yang sangat dipengaruhi oleh gagasan modern dan reformis pembaru Mesir Muhammad Aabduh (1849-1905), yaitu dimaksudkan untuk memurnikan Islam di Indonesia dari praktik-praktik khurafat tradisional yang tidak Islami. Dalam rangka memajukan program pembaruannya, Muhammadiyah menyerukan agar kaum Muslim kembali kepada Islam yang murni dan menafsirkan untur-unsur kebudayaan Barat dalam kerangka ajaran Islam.
Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, K.H. Ahmad Dahlan  melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Beliau tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu, masalah teknik pendidikan bisa berubah sesau dengan perkembangan ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan.
Setelah melihat sepak terjang K.H. Ahmad Dahlan dalam gagasan dan praktek pendidikan Islam melalui Muhammadiyahnya, kita tahu besar sekali jasa beliau dalam meletakkan pelajaran agama sebagai mata pelajaran di sekolah-sekolah pemerintah sampai saat ini dari pendidikan kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Gagasan K.H. Ahmad Dahlan selanjutnya dijadikan inspirasi bagi penetapan bidang studi umum dan agama Islam yang wajib diberikan di sekolah dasar dan diikuti oleh murid-murid yang beragama Islam.
Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan berangkat dari keinginan untuk mewujudkan manusia yang mewakili kepribadian yang integral dan pengetahuan yang seimbang.Sehingga dipandang pentingnya memberikan pengetahuan agama bagi mereka yang berada di sekolha-sekolah umum dan pengetahuan umum bagi mereka yang selama ini belum pernah mendapatkannya.
Tampak jelas dalam kurikulumnya bahwa kurikululum yang ditetapkan DikNas, pendidikan Muhammadiyah juga mengkompromikan pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Pada sekolah negeri pelajaran agama merupakan satu bidang studi. Sedang di pendidikan Muhammadiyah dibagi menjadi empat, yaitu akidah, al-QurĂ¢€™an, tarikh dan akhlaq
K.H. Ahmad Dahlan dapat dikatakan sebagai peletak dasar pemikiran Muhammadiyah yang tidak bersikap apriori terhadap Barat.Ia melihat kemajuan yag dibawa Barat dan ia bekeyakinan bahwa salah satu jalan untuk mengankat umat Islam adalah dengan mendidik mereka dalam lembaga pendidika yang mempunyai system yang tersendiri sebagai hasil pemikirinannya. Lembaga-lembaga pendidikan inilah yang kemudian menjadi sarana pelestarian hasil-hasil keputusan tarjih.







1 comment:

RANGKUMAN MATERI TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH LENGKAP

A.    Konsep Karya Ilmiah Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari ...