BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan upaya
memperlakukan manusia untuk mencapai suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi
apabila mempertimbangkan kapasitas dan potensi – potensi yang ada pada manusia.
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa – apa. Ibarat
seseorang yang bepergian tak tentu arah maka hasilnya pun tak lebih dari
pengalaman selama perjalanan.
Islam sangat mementingkan
pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu – individu
yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang
bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi – institusi pendidikan saat ini
memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi tersebut masih belum
memproduksi individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang
mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan
institusi pendidikan. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai
sebuah investasi. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak
didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak
akan menjadikan mereka sebagai individu yang beradab.
Agama Islam memiliki tujuan yang
lebih komprehensif dan integrative disbanding dengan sistem pendidikan sekular
yang semata – mata menghasilkan para anak didik yang memiliki paradigma yang
pragmatis.
Dalam makalah ini kami berusaha
menggali dan mendeskripsikan tujuan pendidikan dalam Islam secara induktif
dengan melihat dalil naqli yang sudah ada dalam al–Qur`an, sehingga diharapkan
tujuan pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita
kekinian. Dalam makalah ini kami akan menguraikan tafsir tentang ayat – ayat
yang berhubungan dengan tujuan pendidikan, yaitu pada QS. Al – Baqarah [2]: 201
dan QS. Ali `Imran [3]: 110.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
bunyi ayat dan terjemahan dari QS. Al – Baqarah [2]: 201 dan QS. Ali `Imran
[3]: 110 ?
2.
Bagaimana
tafsir mufrodat dari ayat dalam QS. Al – Baqarah [2]: 201 dan QS. Ali `Imran
[3]: 110 ?
3.
Bagaimana
penafsiran para mufassir mengenai kedua ayat tersebut ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
bunyi ayat dan terjemahan dari QS. Al – Baqarah [2]: 201 dan QS. Ali `Imran
[3]: 110
2.
Mengetahui
tafsir mufrodat dari ayat dalam QS. Al – Baqarah [2]: 201 dan QS. Ali `Imran
[3]: 110
3.
Mengetahui
penafsiran para mufassir mengenai kedua ayat tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ayat dan Terjemahan
Ø Q.S. Al – Baqarah/2 : 201 ( Memperoleh kebaikan dunia akhirat )
وَمِنْهُمْ مَنْ
يَقُوْلُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّار ( البقرة / 2 : 201 )
Terjemahan ayat :
Dan diantara
mereka ada yang berdo`a, “ Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”[1]
Ø Q.S. Ali `Imron/3 : 110 ( Menjadi umat terbaik dan bermanfaat bagi
manusia )
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ
بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِوَتُؤْمِنُوْنَ بِاللَّهِ قلي وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ج
مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَسِقُوْنَ (ءال عمران/3 : 110 )
Terjemahan ayat
:
Kamu (umat islam) adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang – orang yang fasiq.[2]
B.
Tafsir Mufrodat
Ø Q.S. Al – Baqarah/2 : 201
Arti
|
Mufrodat
|
Arti
|
Mufrodat
|
Dunia
|
الدُّنْيَا
|
Dan diantara
mereka
|
مِنْهُمْ وَ
|
Kebaikan
|
حَسَنَةً
|
Orang
|
مَنْ
|
Akhirat
|
الْأَخِرَةِ
|
Berkata
|
يَقُوْلُ
|
Dan lindungilah kami
|
وَقِنَا
|
Tuhan kami
|
رَبَّنَا
|
Siksa
|
عَذَابَ
|
Berilah kami
|
ءَاتِنَا
|
Api neraka
|
النَّارِ
|
Di
|
فِيْ
|
Ø Q.S. Ali `Imron/3 : 110
Arti
|
Mufrodat
|
Arti
|
Mufrodat
|
Sekiranya
|
وَلَوْ
|
Kalian
|
كُنْتُمْ
|
Beriman
|
آمَنَ
|
Terbaik
|
خَيْرَ
|
Ahli Kitab
|
أهْلُ الْكِتَابِ
|
Umat
|
أُمَّةٍ
|
Benar – benar ada
|
لَكَانَ
|
Yang
dilahirkan
|
أُخْرِجَتْ
|
Lebih baik
|
خَيْرًا
|
Bagi manusia
|
لِلنَّاسِ
|
Bagi mereka
|
لَهُمْ
|
Kamu menyuruh
|
تَأْمُرُوْنَ
|
Diantara
mereka
|
مِنْهُمُ
|
Ma`ruf
|
بِالْمَعْرُوْفِ
|
Orang yang
beriman
|
الْمُؤْمِنُوْنَ
|
Dan kamu mencegah
|
وَتَنْهَوْنَ
|
Dan
kebanyakan dari mereka
|
وَأَكْثَرُهُمُ
|
Dari kemunkaran
|
عَنِ
الْمُنْكَرِ
|
Orang – orang
yang fasiq
|
الْفَاسِقُوْنَ
|
Dan kamu beriman
|
وَتُؤْمِنُوْنَ
|
|
|
Kepada Allah
|
بِاللّهِ
|
C.
Penafsiran Ayat
·
QS.
Al – Baqoroh : 201
QS. Al – Baqoroh ini berkaitan
dengan sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Sa`id bin Jubair, dari
Ibnu `Abbas bahwasanya ada suatu kaum dari masyarakat Badui yang
datang ke tempat wuquf, lalu mereka berdo`a /
meminta segala sesuatu yang merupakan
urusan duniawi saja dan tidak menyebutkan urusan akhirat sama sekali.
Setelah mereka pergi, kemudian datanglah orang – orang mu`min dan mereka mengucapkan : " رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار " dan ternyata Allah lebih memuji orang – orang yang
memohon kebaikan dunia dan akhirat kepada – Nya, dibandingkan orang yang hanya
memohon kebaikan dalam urusan duniawi semata. Lalu Allah berfirman : وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّار" " doa ini meliputi berbagai kebaikan di
dunia dan menjauhkan segala bentuk kejahatan. Kebaikan di dunia mencakup segala
permintaan yang bersifat duniawi, berupa kesehatan, rizki yang melimpah, istri
yang cantik dan sholihah, ilmu yang bermanfaat, amal sholih, dan sebagainya
yang tercakup dalam ungkapan para mufassir, dan diantara berbagai pendapat para mufassir itu tidak ada pertentangan, karena semuanya termasuk
dalam kategori kebaikan duniawi.
Sedangkan mengenai kebaikan akhirat, maka yang tertinggi adalah masuk surga
dan segala cakupannya berupa rasa aman dari ketakutan yang sangat dahsyat,
kemudahan hisab dan berbagai kebaikan urusan akhirat yang lainnya.
Sedangkan keselamatan dari api neraka, dapat diartikan sebagai perlindungan
dari hal – hal yang menyebabkan kita masuk ke dalam neraka, misalnya :
perlindungan dari berbagai larangan dan dosa, terhindar dari berbagai hal yang
syubhat bahkan haram, dan lain – lain.
Al – Qasim Abu Abdur Rahman mengatakan, “ Barangsiapa yang dianugerahi
hati yang suka bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir, dan diri yang sabar,
berarti ia telah diberikan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta
dilindungi dari adzab neraka, oleh karena itu, sunnah Rasulullah menganjurkan
doa tersebut”[3]
Dalam kitab tafsir yang lain
dijelaskan bahwa maksud ayat (dan diantara mereka ada pula yang berdo`a, “
Ya Tuhan kami! Berilah kami (di dunia
kebaikan), artinya nikmat, (di akhirat kebaikan) yakni surga, (dan peliharalah
kami dari siksa neraka.”) yakni dengan
tidak memasukinya. Ini merupakan lukisan tentang keadaan orang – orang musyrik
dan keadaan orang – orang beriman, yang tujuannya ialah supaya kita mencari dua
macam kebaikan dunia dan akhirat, sebagaimana telah dijanjikan akan beroleh
pahala dari sisi Allah swt.[4]
Dalam kitab al - Maraghy dijelaskan
bahwasanya yang dimaksud dengan kebaikan di dunia yaitu kesehatan, wanita /
istri yang sholihah, anak – anak yang berbakti, ilmu serta pengetahuan.
Sedangkan kebaikan di akhirat yang dimaksud adalah surga atau ru`yatillah
ta`ala pada hari kiamat .[5]
Kata منهم dalam ayat ini berarti orang yang mencari
kebaikan di dunia dan di akhirat secara keseluruhan, para mufassir berselisih
pendapat mengenai arti/maksud dari “kebaikan” tersebut, apakah kebaikan
tersebut diartikan sebagai kesehatan, kecukupan, istri yang
sholihah, anak yang berbakti, harta yang baik, ilmu pengetahuan, ataupun
ibadah dan ketaatan. Yang jelas, " حَسَنَةٌ " diartikan sebagai kehidupan yang baik, jika kita melihat
pada kehidupan seseorang yang baik, maka kehidupannya pun akan bahagia di
dunia. Maka barangsiapa yang berdoa kepada Allah
dengan doa yang ijmal / umum, maka memintalah pada kebahagiaan di dunia dan
akhirat serta kehidupan yang baik dalam keduanya dengan membaca ayat ini : "
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّار " [6]
Al – Qurthuby juga berkata bahwa Ibnu Juraih berkata: telah disampaikan
kepadaku bahwasanya ada perintah agar orang – orang muslim lebih memperbanyak
do`a pada tempat waqof ayat ini " رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار "[7]
Dalam kitab tafsir Ibn Abi Zamanin dijelaskan bahwa lafadz هُمْ adalah merujuk pada orang – orang yang beriman. Mengenai
yang dimaksud dengan kebaikan di dunia menurut Hasan adalah ketaatan pada Allah,
dan kebaikan di akhirat yang dimaksud adalah pahala. Sedangkan sebagian ulama`
berpendapat bahwa kebaikan di dunia adalah segala sesuatu yang merupakan
kesenangan hidup di dunia, salah satu yang termasuk dari kesenangan tersebut
yaitu istri yang sholihah.[8]
Sufyan Tsauri dalam kitabnya
menjelaskan bahwa kebaikan di dunia yang dimaksud adalah rizqi yang baik dan amal
yang bermanfaat di dunia, sedang kebaikan di akhirat yang dimaksud adalah
surga.[9]
Rasulullah SAW. menjelaskan bahwasanya jika kita menginginkan dunia,
akhirat serta keduanya maka wajib atas
kita untuk berilmu. Hal itu telah termaktub dalam hadits Rasulullah SAW.
sebagai berikut :
مَنْ أَرَادَ الدُّ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ
الْأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“ barangsiapa yang menghendaki ( kebahagiaan
hidup ) dunia maka wajib baginya untuk berilmu, barangsiapa yang menghendaki (
kebahagiaan hidup ) akhirat maka wajib baginya untuk berilmu dan barangsiapa
yang menghendaki ( kebahagiaan hidup ) dalam keduanya maka wajib pula baginya
untuk berilmu.”
Dari berbagai penafsiran para mufassir mengenai ayat tersebut, kami
menyimpulkan bahwa kebaikan ( حَسَنَةٌ ) dalam bentuk apapun tanpa didasari ilmu,
niscaya tidak akan terwujud. Baik berupa
kebaikan duniawi yang berupa kesejahteraan, kesehatan, ketentraman hidup,
kemakmuran, dan lain sebagainya. Apalagi kebaikan di akhirat tidak akan
tercapai tanpa adanya pengetahuan yang memadai. Karena segala bentuk keinginan
dan cita – cita tidak akan terwujud tanpa adanya usaha dan pengetahuan untuk
mencapai keinginan dan cita – cita itu sendiri.
Dari kesimpulan di atas muncul permasalahan, mengapa ada orang jadzab itu
mayoritas sejarahnya justru disebabkan karena dalamnya ilmu yang dimiliki oleh orang tersebut ?
lantas dimanakah letak tujuan ilmu yang menjanjikan kebaikan di dunia,
kesejahteraan, ketentraman hidup, kemakmuran dan lain sebagainya itu, karena
secara kasat mata orang yang jadzab itu dipandang rendah oleh masyarakat yang
latar belakangnya adalah masyarakat awam ? Jawabannya tidak lain dan tidak
bukan adalah bahwasanya tingkat kebaikan di dunia itu relatif, artinya anggapan
orang yang satu dengan orang yang lain terhadap masalah kebaikan di dunia itu
berbeda – beda, seperti halnya para mufassir yang menafsirkan arti kebaikan di
dunia itu dengan berbagai macam penafsiran yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Orang yang awam mungkin memandang orang jadzab sebagai suatu kehinaan
karena mereka mengartikan kebaikan di dunia sebatas pada hal – hal yang
bersifat materiil semata, sedangkan orang jadzab –yang mana mereka telah
memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah sebab keilmuannya- memandang bahwa
kebaikan di dunia itu lebih dari hal – hal itu semua. Mungkin saja orang jadzab
sudah mencapai kenikmatannya tersendiri dengan apa yang dilakukan mereka
tersebut. Yang jelas, hanya mereka sendiri yang bisa merasakannya, karena
tingkat derajat kedekatan mereka dengan Allah berbeda dengan derajat orang
awam. Jadi, walaupun orang – orang
memandang mereka dengan pandangan hina, tetapi mereka sudah merasa bahagia
dengan hidupnya yang seperti itu.
Selain itu, kami juga dapat menarik kesimpulan bahwasanya tujuan dari
pelaksanaan pendidikan itu sendiri adalah agar terserapnya ilmu pengetahuan
dalam diri kita, yang mana ilmu pengetahuan
itulah yang nantinya akan mengantarkan kita pada kebaikan di dunia dan pada akhirnya juga akan membimbing kita untuk
menuju kebaikan / kebahagiaan hakiki di akhirat nanti.
·
QS.
Ali `Imron : 110
Dalam QS. Ali `Imron ayat 110, Allah
memberitahukan mengenai umat Muhammad saw, bahwa mereka adalah sebaik – baik
umat seraya berfirman," " كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ “ kamu
adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia”
Imam al – Bukhari meriwayatkan dari
Abu Hurairah ra. mengenai ayat ini. Ia berkata: “ kalian adalah sebaik – baik
manusia untuk manusia lain. Kalian datang membawa mereka dengan
belenggu yang yang melilit di leher mereka sehingga mereka masuk islam.”
Demikian juga yang dikatakan oleh
Ibnu `Abbas, Mujahid, `Athiyyah al `Aufi, `Ikrimah, `Atha` dan Rabi` bin Anas.
Karena itu Allah berfirman,
"
تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِوَتُؤْمِنُوْنَ
بِاللَّهِ"
“ Menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar, serta
beriman kepada Allah”
Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, ia
berkata, ada seorang berdiri menghadap Nabi saw, ketika itu beliau berada di
mimbar,lalu orang itu berkata, “ Ya Rasulullah, siapakah manusia terbaik itu ?
Beliau bersabda: ‘ sebaik –baik manusia adalah yang paling hafal al – Qur`an,
paling bertaqwa kepada Allah, paling giat menyuruh berbuat yang ma`ruf dan
paling gencar mencegah kemunkarandan paling rajin bersilaturahmi diantara
mereka’ ” (HR. Ahmad)
Yang benar bahwa ayat ini bersifat
umum mencakup seluruh umat pada setiap generasi berdasarkan tingkatannya. Dan
sebaik – baik generasi mereka adalah sahabat Rasulullah saw, kemudian setelah
mereka, lalu generasi berikutnya.
Dalam musnad Imam Ahmad, Jaami` at
– Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, dan Mustadrak al Hakim, diriwayatkan dari Hakim bin Muawiyah
bin Haidah, dari ayahnya, ia berkata, Rasulullah saw bersabda :
(أَنْتُمْ تُوَفُّوْنَ
سَبْعِيْنَ أُمَّةً، أَنْتُمْ خَيْرُهَا، وَأَنْتُمْ أكْرَمُهَا عَلَى اللّهِ
عَزَّوَجَلَّ )
“ Kalian sebanding dengan 70 umat
dan kalian adalah sebaik – baik dan semulia – mulia umat bagi Allah swt.”
Hadits tersebut masyhur, dan dinyatakan hasan oleh at – Tirmidzi.
Umat ini menjadi sang juara dalam
menuju kepada kebaikan tiada lain karena nabinya, Muhammad
saw. sebab beliau adalah makhluk paling terhormat dan Rasul yang paling mulia
di hadapan Allah swt. Beliau diutus Allah dengan syari`at yang sempurna nan agung
yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi atau rasul sebelumnya. Maka
pengamalan sedikit dari manhaj dan jalannya menempati posisi yang tidak dicapai
oleh pengamalan banyak dari manhaj dan jalan umat lainnya.[10]
Dalam kitab tafsir Al – Muniir,
Allah mengabarkan mengenai umat Islam bahwasanya mereka adalah sebaik – baiknya
umat, selagi mereka mau memerintah dalam kebaikan dan mencegah dari kemunkaran
serta beriman kepada Allah swt dengan iman yang sebenar - benarnya dan
sempurna. Dalam hal ini, amar ma`ruf nahi munkar lebih didahulukan daripada
iman kepada Allah karena keduanya menunjukkan keutamaan kaum muslimin daripada
kaum yang lain. Jadi, kebaikan dan keutamaan akan senantiasa menaungi umat
muslim selagi mereka beriman kepada Allah dengan haqqul iman dan selalu
mengajak pada kema`rufan serta mencegah dari kemunkaran.[11]
Dalam tafsir al – Mishbah jilid II
dijelaskan bahwa ayat ini mengemukakan kewajiban berdakwah pada hakikatnya
lahir dari kedudukan umat ini sebagai sebaik – baik umat, umat terbaik itu
adalah umat Muhammad saw. Pada tafsir ini tidak membatasi pengertian umat /
ummah hanya pada kelompok manusia tetapi seluruh makhluk di alam. Juga
mengartikan kata ini digunakan untuk menunjukkan semua kelompok yang dihimpun
sesuatu seperti agama yang sama, waktu yang sama, dan sebagainya.[12]
Departemen Agama RI dalam penafsirannya
mengenai ayat ini menjelaskan bahwasanya ayat ini mengandung suatu dorongan
kepada kaum mukminin supaya tetap
memelihara sifat – sifat utamanya seperti yang disebutkan dalam ayat itu dan
supaya mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi. Umat yang paling baik di
dunia adalah
umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah
kemunkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah swt. Semua sifat itu telah
dimiliki oleh kaum muslimin pada zaman nabi dan telah menjadi darah daging dalam
diri mereka karena itu mereka menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang singkat
mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab tunduk dan patuh di bawah
naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji – panji keadilan, padahal
mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah belah selalu berada dalam suasana
kacau dan saling berperang antara sesama mereka. Ini adalah berkat keteguhan
iman dan kepatuhan mereka menjalankan ajaran agama dan
berkat ketabahan dan keuletan. Mereka menegakkan amar ma`ruf dan nahi munkar.
Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad dan berjuang
untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Jadi, ada dua syarat sebaik – baik
umat di dunia, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini, pertama iman yang kuat
dan kedua menegakkan amar ma`ruf nahi munkar. Maka
setiap umat yang memiliki kedua sifat ini, pasti umat itu jaya dan mulia. Apabila kedua sifat ini diabaikan dan
tidak diperdulikan lagi, maka tidak dapat disesalkan bila umat itu jatuh ke
lembah kemlaratan.[13]
Selanjutnya, Allah menerangkan bahwa
Ahli Kitab itu jika beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka. Tetapi sedikit
sekali diantara mereka yang beriman seperti Abdullah bin Salam dan kawan –
kawannya, dan kebanyakan mereka adalah orang – orang yang fasiq, tidak mau
beriman. [14]
Dari penafsiran para mufassir
tersebut, kami menyimpulkan bahwasanya tujuan pelaksanaan pendidikan sesuai
yang tersirat dalam ayat ini yaitu mencetak generasi peserta didik agar menjadi
sebaik – baiknya umat, yang bermanfaat bagi umat yang lain. Diantara
kemanfaatan tersebut bisa dilakukan dengan cara amar ma`ruf , nahi munkar antar
sesama. Dalam ayat ini juga terdapat kunci dari kejayaan pada masa Nabi
Muhammad saw, yaitu keteguhan keimanan
kapada Allah serta sifat amar ma`ruf nahi munkar tersebut.
Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka tujuan pendidikan yaitu
menyiapkan generasi agar benar – benar
menjadi sebaik – baik umat seperti yang diharapkan seluruh umat pada umunya.
BAB III
KESIMPULAN
Islam sangat mementingkan pendidikan.
Individu
– individu peserta didik yang beradab
akan terbentuk jika kita dapat mewujudkan sistem pendidikan yang baik dan berkualitas dan pada akhirnya akan memunculkan kehidupan sosial yang
bermoral.
Al – Qur`an dan Al – Hadits pun
telah menjelaskan beberapa dalil berkenaan dengan kewajiban pelaksanaan pendidikan, tujuan dari
pendidikan itu sendiri, bagaimana metode pendidikan yang benar serta berbagai
hal yang berkaitan dengan pendidikan.
Sesuai dengan tujuan pendidikan yang kita bahas dalam makalah ini dan
korelasinya dengan salah satu ayat dalam al – Qur`an maka kami menyimpulkan
bahwa tujuan pendidikan yang tersirat dalam QS. Al – Baqarah : 201 pada
hakikatnya adalah untuk mencapai kebaikan di dunia serta tidak meninggalkan
kebaikan di akhirat kelak. Sedangkan dalam
QS. Ali `Imran : 110 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu untuk
menyiapkan peserta didik agar mampu menjadi sebaik – baik umat yang mampu dalam
mengerjakan amar ma`ruf nahi munkar, sehingga dengan begitu para peserta didik akan
bermanfaat bagi seluruh umat pada umumnya dan kehidupan sosial yang bermoral
pun akan tercapai.
DAFTAR
PUSTAKA
Al – Qur`an dan terjemahannya
Kitab Tafsir al – Jalalain
Kitab Tafsir Ibnu Katsir
Kitab Tafsir al – Maraghy
Kitab Tafsir al – Manaar
Kitab Tafsir Ibn Abi Zamanin
Kitab Tafsir Ibnu Juraij
Kitab Tafsir Sufyan ats - Tsauri
Kitab Tafsir al – Muniir
www.rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/989-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-110.html
[1] Al
– Qur`anul Karim dan Terjemahnya
[2] Al
– Qur`anul Karim dan Terjemahnya
[3] Kitab tafsir Ibnu Katsir juz 2, hlm. 396 -
397
[4] Kitab
tafsir Jalalain, hlm. 32
[5]
Kitab tafsir al - Maraghy
[6]
Kitab tafsir al - Manaar
[7]
Kitab tafsir Ibnu Juraij, hlm. 46
[8] Kitab tafsir ibn Abi Zamanin, hlm. 212
[9] Kitab tafsir Sufyan ats – Tsauri, hlm. 65
[10] Kitab tafsir Ibnu Katsir juz 4, hlm. 110 -
111
[11] Kitab tafsir al – Muniir, hlm. 363
[12] http://kewajibanberdakwah.blogspot.com/2015/05/surat-ali-imran-104-dan-110-aldan-surat.html
23 Maret 2016.pukul12.00
No comments:
Post a Comment