Friday, 4 November 2016

Makalah Manajemen Peserta Didik : Pengelompokan Peserta Didik


Daftar Isi

 


KATA PENGANTAR


Dengan penuh keikhlasan hati, syukur dan puji kami haturkan alhamdulillahi Rabbil Alamin kepada sang maha pencipta, sumber ilmu pengetahuan, Allah SWT. Dengan kekuasaan rahmat dan nikmatnya yang merata, sehingga kami dapat merampungkan tugas mata kuliah Manajemen Peserta Didik, dan dapat di selesai kan walaupun dengan keadaan makalah yang menurut kami masih jauh sempurna seperti hal-nya makalah yang dikerjakan oleh teman.
Shalawat serta Salam semoga tetap terlimpahkan kehadirat junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang diutus dengan membawa syariat yang mudah nan penuh dengan rahmat, dan membawa keselamatan kehidupan dunia dan akhirat.
Selanjutnya dalam makalah ini kami akan mengulas tentang segala yang berkesinambungan dengan Pengelompokan Dan Tata Cara Menentukan Kedudukan Peserta Didik Dalam Kelompok,  yang insya Allah menarik untuk diulas. Makalah ini masih jauh dari sempurna, karenanya penulis berharap atas kritik dan saran kontruktif demi kesempurnaan makalah ini, dengan segala keterbatasan penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Mojokerto, 01 Juni 2016

Penyusun






 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang didirikan dengan tujuan agar setiap warga Negara yang masuk dalam usia sekolah mendapat fasilitas yang memadai untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam sekolah terdapat manajemen yang mengatur segala hal mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menunjang proses belajar mengajar. Dari manajemen tersebut terdapat suatu pengaturan mengenai peserta didik atau sering disebut dengan Manajemen Peserta Didik  (MPD). Dalam manajemen tersebut terbagi lagi menjadi beberapa bagian, salah satunya adalah Pengelompokan Dan Tata Cara Menentukan Kedudukan Peserta Didik Dalam Kelompok.
Pengelompokkan peserta didik dilakukan setelah peserta didik tersebut diterima dan melakukan daftar ulang. Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa hal mengenai pengelompokkan peserta didik, mulai dari alasan, pengertian, tujuan, fungsi, dasar, jenis, dan teknik pengelompokan.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian, fungsi dan tujuan pengelompokan peserta didik?
2.      Apa saja dasar-dasar pengelompokan peserta didik?
3.      Apa saja jenis-jenis pengelompokan peserta didik?
4.      Bagaimana cara penempatan peserta didik dalam kelompok?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian, fungsi dan tujuan dari pengelompokan peserta didik.
2.      Untuk mengetahui dasar pengelompokan peserta didik.
3.      Untuk mengetahui jenis pengelompokan peserta didik.
4.      Untuk mengetahui cara menempatkan peserta didik dalam kelompok.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengelompokan Peserta Didik

Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya.[1] Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan yang sama. Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim dengan istilah pengklasifikasian (clasification).

B.     Tujuan Pengelompokan Peserta Didik

Tim Dosen  AP (1989: 99) menyimpulkan “Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan”. Dengan demikian tujuan pengelompokan peserta didik adalah untuk mempermudahkan dalam mencapai tujuan pendidikan dan program yang telah ditentukan oleh lembaga pendidikan.[2] Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan pengelompokan peserta didik adalah untuk mempermudah mereka dalam berkembang. Oleh karena itu jika pengelompokan malah justru menghambat perkembangan peserta didik maka pengelompokan justru tidak dibutuhkan.

C.    Fungsi Pengelompokan Peserta Didik

Menurut William A Jeager dalam pengelompokkan peserta didik dapat didasarkan kepada:
Fungsi integrasi, yaitu pengelompokkan berdasakan kesamaan-kesamaan peserta didik. Pengelompokkan ini berdasarkan jenis kelamin, umur, dan sebagainnya.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.
Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta didik didasarakan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam induvidu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan sebagainnya. Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini  menghasilkan pembelajaran yang bersifat induvidual.

D.    Dasar Pengelompokan Peserta Didik

Para ahli dalam bidang pendidikan memiliki pemikiran yang berbeda mengenai dasar pengelompokan peserta didik. Ada yang mengelompokan peserta didik berdasarkan kesukaan peserta didik memilih teman, berdasarkan prestasi, berdasarkan bakat, berdasarkan minat, kecerdasan dan lain-lain. Berikut adalah penjelasan mengenai dasar pengelompokan peserta didik menurut beberapa ahli.

1.      Menurut Hendayat Soetopo

Menurut Soetopo (1982), dasar-dasar pengelompokkan peserta didik ada 5 macam yaitu:
a)      Pengelompokan Berdasarkan Kesukaan Memilih Teman (Friendship Grouping)
Yang dimaksud dengan friendship grouping adalah pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas kesukaan memilih teman. Masing-masing peserta didik diberi kesempatan untuk memilih anggota kelompoknya sendiri serta menetapkan orang-oramg yang dijadikan sebagai pemimpin kelompoknya.[3]
Ada kecenderungan, pengelompokan demikian menjadikan peserta didik yang pandai cenderung memilih temannya yang pandai sebagai anggota kelompoknya. Tidak jarang, mereka yang tidak pandai juga mendapatkan anggota kelompok yang tidak pandai. Padahal kualitas suatu kelompok ditentukan juga oleh bobot masing-masing anggotanya.
b)      Pengelompokan Berdasarkan Prestasi (Achievement Grouping)
Achievement grouping adalah suatu pengelompokan yang didasarkan atas prestasi peserta didik. Secara jelas, pengelompokan demikian telah diuraikan diatas.[4] Contohnya adalah satu kelas yang peserta didiknya memiliki prestasi yang hampir sejajar baik dalam bidang keilmuan maupun bidang yang lainnya.
c)       Pengelompokan Berdasarkan Bakat (Aptitude Grouping)
Aptitude grouping adalah suatu pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas kemampuan dan batas mereka.[5] Contohnya adalah ketika seorang peserta didik memiliki kemampuan dalam bidang yang sama, kemudian guru mengelompokan peserta didik tersebut mengelompokkannya ke dalam satu kelompok.
d)     Pengelompokan Berdasarkan Minat (Attention or Interest Grouping)
Attentioan or interest grouping adalah pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas perhatian mereka atau minat mereka.[6] Pengelompokan demikian dilakukan, oleh karena tidak semua peserta didik yang berbakat mengenai sesuatu yang sekaligus juga meminatinya. Tidak semua peserta didik yang mampu sesuatu juga menantinya. Contohnya adalah seorang peserta didik yang memiliki bakat dalam bidang olahraga sepak bola, tetapi ia tidak memiliki minat pada sepak bola. Jika dikelompokan dalam kelompok sepak bola mka akan menghambat perkembangan peserta didik tersebut.
e)      Pengelompokan Berdasarkan Kecerdasan (Intelegence Grouping)
Intelegence grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas hasil tes kecerdasan atau intelegensi.[7] Yang dimaksud dengan tes intelegensi adalah tes yang menunjukan nilai IQ seseorang.

2.      Menurut Prihatin

Selain Soetopo, terdapat satu tokoh yang memiliki pendapat mengenai dasar pengelompokan peserta didik, yaitu Prihatin. Prihatin menyebutkan dasar pengelompokan dalam tiga kelompok yaitu:
a)      Kelompok Normal
Mengembangkan pemahaman tentang prinsip dan praktik aplikasi, mengembangkan kemampuan praktik akademik yang berhubungan dengan pekerjaan.[8]
b)      Kelompok Sedang
Mengembangkan kemahiran berkomunikasi, kemahiran menggali potensi diri, dan aplikasi praktikal, mengembangkan kemahiran akademik sehubungan dengan perekembangan dunia kerja maupun melanjutkan program pendidikan professional.[9]
c)      Kelompok Tinggi
Mengembangkan pemahaman tentang prinsip, teori, dan aplikasi. Mengembangkan kemampuan akademik untuk memasuki pendidikan tinggi. Pengelompokan peserta didik ini perlu dijadikan bahan pertimbangan dan diperhatikan dalam menyusun kurikulum dan pengembangan pembelajaran.[10]

E.     Jenis Pengelompokan Peserta Didik

Ada banyak jenis pengelompokan peserta didik yang dikemukakan oleh para ahli. Ali Imron  mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik. Yang pertama, ia namai dengan ability grouping, sedangkan yang kedua ia namai dengan sub-grouping with in the class. [11]

1.      Ability Grouping

Yang dimaksud Ability Grouping adalah pengelompokan berdasarkan kemampuan dalam setting sekolah. Pengelompokan yang didasarkan atas kemampuan adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik yang pandai dikumpulkan dengan yang pandai, yang kurang pandai dikumpulkan dengan yang kurang pandai.
Menurut Rahayu (2011) Pengelompokkan berdasarkan kemampuan dalam setting sekolah meliputi:

a)    Pengelompokan dalam Kelas-kelas

Agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, peserta didik yang berjumlah besar perlu dibagi-bagi- menjadi kelompok-kelompok yang disebut kelas. Banyaknya kelas disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang baru diterima, sedangkan jumlah peserta didik untuk (besarnya kelas=class size),  untuk setiap tingkat dan jenis sekolah bisa berbeda.[12]
Sebagai pedoman dibawah ini:
1)      Untuk tingkat Sekolah Dasar besar kelas jangan sampai melebihi 50 orang siswa.
2)      Untuk tingkat Sekolah Menengah Umum besar kelas sekitar 40 orang  siswa.
3)      Untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan besar kelas lebih baik kurang dari 40 orang siswa.
Dalam menentukan berapa besar kelas ini, berlaku prinsip semakin kecil kelas semakin baik. Karena, dengan demikian guru akan bisa lebih memperhatikan peserta didiknya secara teliti.

b)      Pengelompokan Berdasarkan Bidang Studi

Pengelompokan berdasarkan bidang studi yang lazim disebut juga dengan istilah penjurusan, ialah pengelompokan siswa yang disesuaikan dengan minat dan bakatnya.[13] Pengukuran minat dan bakat ini didasarkan pada hasil prestasi belajar (angka-angka) yang dicapai dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang diikuti. Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam berbagai matapelajaran itulah seorang siswa diarahkan pada jurusan dimana ia memperoleh nilai-nilai  baik pada mata pelajaran untuk jurusan tersebut. Contohnya: kalau di Sekolah Menengah Atas seperti penjurusan IPA, IPS, bahasa dan lain sebagainya.

c)       Pengelompokkan Berdasarkan Spesialisasi

Pengelompokkan berdasarkan spesialisasi (pengkhususan) terdapat pada sekolah-sekolah Menengah Kejuruan. Pengelompokkan berdasarkan spesialisasi pada hakekatnya sama dengan penjurusan, namun penjurusannya lebih mengkhususkan pada bidang studi, misalnya penjurusan di Sekolah Menengah Kejuruan seperti jurusan kecantikan, tata boga, dan lain-lain.[14]

d)       Pengelompokkan dalam Sistem Kredit

Pengajaran sistem kredit ialah sistem pengajaran yang menggunakan ukuran satuan kredit untuk memberikan bobot bagi setiap mata pelajaran. [15]Bobot satu kredit, lengkapnya satu satuan kredit semester (1SKS). Di Perguruan Tinggi, pengajaran sistem kredit bisa dilaksanakan dengan dua cara, yaitu sistem kredit dengan sistem paket dan sistem kredit dengan sistem sistem pilihan. Dalam sistem kredit dengan sistem paket, untuk tiap semester telah ditentukan mata kuliah-mata kuliah apa saja yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik. Sehingga pengelompokkan ini tidak ada bedanya dengan pengajaran biasa (bukan sistem kredit). Sistem kredit dengan sistem pilihan pada semester I (permulaan mahasiswa baru mengikuti perkuliahan) dilakukan sistem paket. Seluruh mahasiswa harus mengikuti sejumlah mata kuliah yang disajikan pada semester I yang pada umumnya adalah mata kuliah dasar umum dan mata kuliah prasyarat. Sistem paket mungkin bisa diteruskan sampai semester II. Tapi juga bisa sejak semester II sudah dimulai dengan sistem pilihan. Setiap mahasiswa diberi kebebasan untuk memprogram dan memilih mata kuliah yang disajikan. Inilah yang disebut dengan sistem kredit dengan sistem pilihan. Dengan demikian pengelompokkan mahasiswa didasarkan pada peserta mata kuliah, atau disebut juga dengan pengelompokkan berdasarkan mata kuliah. Jika kelompok peserta  mata kuliah terlalu besar jumlahnya, bisa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Yang masing-masing berukuran 30 atau 40 mahasiswa.

e)      Pengelompokkan Berdasarkan Kemampuan

Pengelompokkan berdasarkan kemampuan (ability grouping) pernah dilakukan di Sekoalah Dasar Laboratorium Universitas Negeri Malang. Pada setiap awal tahun ajaran diadakan “pemeriksaan” terhadap tingkat kemampuan belajar. Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan tes-tes keberhasilan belajar (achievement tes). Berdasarkan hasil/ prestasi yang dicapai, siswa-siswa dalam kelas dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu: kelompok cepat, kelompok sedang, kelompok lambat. Materi pelajaran yang diberikan sesuai dengan kelompok-kelompok tersebut. Demikian seorang guru dalam mengajar harus menyiapkan materi untuk tiga kelompok dan melayani ketiga kelompok tersebut. Pengelompokkan ini disebut “achievement  grouping”.[16]
Pembagian siswa dalam kelompok di atas, untuk setiap mata pelajaran bisa berbeda. Contoh: Amir, untuk pelajaran matematika termasuk kelompok cepat. Untuk bahasa Indonesia bisa masuk kelompok sedang, dan mata pelajaran lain untuk matapelajaran lain. Namun, status kelompok ini sifatnya tidak permanen. Seorang yang termasuk kelompok sedang, suatu saat karena prestasinya naik bisa dipindahkan ke kelompok cepat begitu sebaliknya.

f)       Pengelompokkan Berdasarkan Minat

Pengelompokkan berdasarkan minat banyak dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler.[17] Oleh karena kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler cukup banyak jenisnya, maka kepada para siswa diberi kebebasan untuk memilih jenis kegiatan sesuai dengan minatnya. Jenis kegiatan yang diselenggarakan disesuaikan dengan jumlah kelompok peminatnya. Jenis kegiatan yang hanya diminati oleh sekelompok kecil siswa, lebih baik tidak diadakan dan peminatnya bisa dialihkan ke jenis kegiatan lain. Jika mungkin seluruh siswa harus mengikuti salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler. Sebaliknya seorang siswa jangan dibiarkan tidak mengikuti sama sekali atau terlalu banyak kegiatan ekstrakurikuler ini agar tidak mengganggu belajarnya.

2.      Sub-grouping with in the class

Yang dimaksud Sub-grouping with in the class adalah di mana peserta didik pada masing-masing kelas, dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil.[18] Pengelompokan ini juga memberi kesempatan pada masing-masing individu untuk masuk ke dalam lebih dari satu kelompok. Jika dalam Ability Grouping yang menentukan adalah setting sekolah biasanya dalam sekolah-sekolah tertentu ada kelas unggulan dan ada kelas regular. Namun dalam Sub-grouping with in the class ini peserta didik yang telah dikelompokan oleh sekolah berdasarkan kemampuannya tersebut, dikelompokkan lagi menjadi kelompok-kelompok kecil di dalam kelas.
Menurut Imron (2011) Dalam kelompok kecil di dalam kelas ini dapat dibentuk berdasarkan karakteristik individu yaitu:

a)     Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)

Yang dimaksud dengan interest grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas minat peserta didik. Peserta didik yang berminat pada pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada topik tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam suatu kelompok.[19]

b)      Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need Grouping)

Yang dimaksud dengan special need grouping adalah pengelompokan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Peserta didik yang sebenarnya sudah tergabung dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk kelompok baru untuk belajar keterampilan khusus.[20]

c)      Pengelompokan Beregu (Team Grouping)

Yang dimaksud dengan team grouping adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan belajar secara bersama memecahkan masalah-masalah khusus.[21]

d)      Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)

Yang dimaksud dengan tutorial grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya.[22] Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh kelompok bersama dengan guru tersebut, telah disepakati terebih dahulu. Antara kelompok satu dengan yang lain, bisa berbeda kegiatannya, karena mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk menentukan kelompoknya masing-masing.

e)      Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)

Yang dimaksud dengan research grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di depan kelas.[23] Bagaimana cara penggarapan, penyajian serta sistem kerja yang dipergunakan bergantung kepada kesepakatan anggota kelompok.

f)       Pengelompokan Kelas Utuh (Full-Class Grouping)

Yang dimaksud dengan ful-class grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni.[24] Misalnya saja kelompok yang berlatih drama, musik, tari dan sebagainya.

g)      Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)

Yang dimaksud dengan combined class grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih kelas yang dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV dan media audio visual lainnya.
Menurut Regan(Khusnuridlo, 2010)  ada 7 macam pengelompokan atau grouping. Ketujuh pengelompokan tersebut adalah:
1.      SD Tanpa Tingkat (The Non Grade Elementary School)
            Yang dimaksud dengan the non grade elementary school adalah sekolah dasar tanpa tingkat. Sekolah dasar tanpa tingkat ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing individu peserta didiknya.[25] Bahkan peserta didik dapat mengambil mata pelajaran yang mungkin sama dengan mereka yang angkatan masuknya tidak sama.
Pada sistem demikian, tidak ada peserta didik yang dinyatakan naik tingkat dan peserta didik yang tidak naik tingkat. Sebab, tingkat itu sendiri, dalam sistem yang demikian tidak dikenal. Adanya kelas, tidak menunjukkan tingkatannya, melainkan lebih dipandang sebagai kode atau ruang kelas.
Adapun keuntungan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
a.       Secara psikologis, kebutuhan peserta didik terpenuhi, karena tidak pernah dipaksa untuk  melaksanakan sesuatu yang dia sendiri tidak bisa, tidak suka dan tidak mampu.
b.      Peserta didik tidak bosan, oleh karena pengajaran yang diberikan diesuikan dengan minat dan kemampuannya.
c.       Peserta didik akan dapat dibantu sesuai dengan tingkat dan  kecepatan perkembangannya.
d.      Peserta didik akan puas, oleh karena apa yang ia dapatkan sesui benar dengan yang mereka inginkan.
e.       Terdapat kerja sama yang baik antara peserta didik dengan gurunya, karena di antara mereka tidak terjadi perbedaan interpretasi (mis-intepretation).
f.       Peserta didik akan merasa mendapatkan layanan pendidikan yang terbaik.
Disamping ada kelebihan-kelebihan pengelompokan jenis ini, ada juga kekurangan-kekurangannya, yaitu:
a.       Sangat sulit pengadministrasiannya, karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.
b.      Menyulitkan mutasi peserta didik ke sekolah lain, terutama jika peserta didik harus pindah ke sekolah lain yang menggunakan sisitem tingkat. Tidak hanya itu, peserta didik juga akan sulit mutasi jika di sekolah lain tersebut, jenis pengelompokannya tidak sama dengan sekolah asal.
c.       Tidak efisien, karena membutuhkan biaya, tenaga dan ruang kelas yang banyak. Tenaga yang tersedia didasarkan atas jumlah kelas atau tingkat yang ada, melainkan berdasarkan banyaknya kelompok yang relatif lebih banyak jumlahnya.
d.      Membutuhkan guru yang tinggi tingkatan komitmen dan tingkat kecermatannya, sebab hanya demikian akan dapat mengetahui karakteristik peserta didik secara individual.
e.       Karena segalanya banak bergantung kepada peserta didik, maka sulit mengharapkan tercapainya kompetensi yang diharapkan. Sebab, kompetensi haruslah dirancang berdasarkan seperangkat pengalaman belajar tertentu.
2.      Pengelompokan Kelas Rangkap (Multigrade and Multi-Age Grouping)
Yang dimaksud dengan mutigrade and multi-age grouping adalah pengelompokan yang multi tingkat dan multi usia. Pengelompokan demikian dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang menggunakan sistem tingkat. Pada pengelompokan demikian, peserta didik berbeda usianya, dikelompokkan dalam tempat yang sama. Mereka berinteraksi dan belajar bersama-sama.[26]
Adapun keuntungan pada sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
a.    Mendorong cepatnya sosialisasi peserta didik dengan lingkungan sebayanya.
b.   Peserta didik yang berada pada tingkat-tingkat awal dan yang relatif lebih sedikit usianya akan dapat belajar banyak kepada peserta didik yang lebih tinggi tingkatannya, dan lebih tua usianya.
c.    Peserta didik yang usianya lebih muda dan lebih rendah tingktannya, jikamempunyai kemampuan yang tinggi akan semakin mempunyai kepercayaan diri.
d.   Heterogenitas peserta didik dalam pengelompokan demikian, akan mendorong kuatnya kompetisi mereka. Hal demikian akan sangat menguntungkan bagi pemacuan prestasi.
Sedangkan kekurangan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
a.    Peserta didik yang lebih rendah tingkatannya, dan yang lebih rendah tingkatan usianya, akan merasa dipaksakan menyesuaikan diri dengan peserta didik yang lebih tinggi usia dan tingkatannya. Hal demikian bisa kurang menguntungkan, lebih-lebih jika mereka mempunyai kemampuan rendah. Pemaksaan demikian, tidak jarang menjadikan peserta didik yang tertinggal akan kian frustasi.
b.   Peserta didik yang lebih tinggi usianya dan lebih tinggi tingkatannya, akan menjadi malas jika mendapati bahwa anggota kelompok lain yang berasal dari usia dan tingkat yang lebih rendah ternyata tidak dapat berbuat banyak untuk kelompoknya. Sebaliknya, jika ternyata lebih tinggi kemampuannya, akan merasa dirinya tersaingi dan bisa menjatuhkan privacy-nya.
3.      Pengelompokan Kemajuan Rangkap (The Dual Progress Plan Grouping)
Teknik Pengelompokan Peserta didik Yang dimaksud dengan the dual progress plan grouping adalah sistem pengelompokan kemajuan rangkap. Sistem pengelompokan demikian dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan kemampuan individual di setiap umur dan setiap tingkat.[27] Masing-masing peserta didik diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas-tugas guru sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Keuntungan sistem pengelompokan kemajuan rangkap demikian ini adalah sebagai berikut:
a.       Guru lebih banyak mengenal peserta didiknya, oleh karena layanan yang diberikan bersifat individual.
b.      Layanan yang diberikan oleh guru benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan, karena lebih diarahkan pada pelayanan bakat khusus peserta didik.
c.       Peserta didik semakin mengenal lebih dekat mengenai gurunya. Hal demikian sangat bermanfaat terutama dalam hal memahami watak, kepribadian dan cara mengajarnya.
d.      Peserta didik yang tampak menonjol bakat khususnya akan cepat maju oleh karena secepat mungkin mendapatkan layanan dari gurunya. Kecepatan untuk maju ini juga didukung oleh layanan pembinaan yang terarah dari gurunya terhadap bakat khusus yang tampak menonjol tersebut.
Sementara itu, kekurangan sistem pengelompokan kemajuan rangkap adalah sebagai berikut:
a.       Layanan yang diberikan oleh guru kepada seluruh peserta didik menjadi terbatas. Disamping disebabkan oleh jumlah kelompok yang sangat banyak, waktu guru yang terbatas banyak dihabiskan untuk menyusun strategi penyampaian kepada masing-masing kelompok yang beraneka tuntutan dan kebutuhan.
b.      Peserta didik sedikit kemungkinannya untuk maju secara kontinyu oleh karena peserta didik tidak memenuhi standar untuk naik tingkat harus mengulangi tugas-tugas guru sejak awal di tingkatnya.

F.     Teknik Pengelompokan Peserta Didik

Untuk menempatkan peserta didik dalam kelompok, diperlukan pemahaman guru mengenai kondisi sosial emosional peserta didik. Hal tersebut berguna untuk mengetahui bagaimana perkembangan emosi peserta didik dalam suatu kelompok. Selain itu, diperlukan juga pemahaman guru mengenai kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Karena banyak peserta didik yang terkadang memiliki bakat yang tidak terlihat. Dan juga guru perlu untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dimiliki oleh peserta didik.  berikut penjelasan mengenai ketiga hal tersebut.

1.       Berdasarkan kemampuan

a.       Kemampuan siswa dalam setiap pelajaran tidak sama. Bisa saja   siswa yang  kuat di bahasa, ternyata lemah di matematika.
b.      Pengelompokkan kemampuan siswa dapat berubah sewaktu-waktu dan berubah-rubah untuk setiap mata pelajaran, bahkan untuk suatu konsep tertentu. Akan mudah bagi seorang guru apabila siswa yang memilliki kemampuan yang sama berada duduk di meja yang sama.
c.        Guru dapat memotivasi dan menjelaskan materi pada saat yang bersamaan. Guru dapat berkeliling untuk melihat sejauh mana perkembangan kemampuan setiap siswa.

2.      Berdasarkan kegiatan

a.       Pada proses belajar dengan jenis pengelompokkannya berdasarkan kebutuhan saja.
b.      Pada saat pengelompokkan, bisa saja berubah-ubah kapan saja dan anggota kelompok bisa tidak sama dimana tujuan akhirnya adalah ke pekerjaan yang ditugaskan. Tugas kelompok akan sangat baik bagi siswa karena akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter.
c.        Dalam tugas kelompok, siswa akan belajar menjadi seorang pemimpin, anggota kelompok yang baik, bagaimana harus mendengarkan pendapat temannya, memberikan usulan dan sebagainya.

3.      Berdasarkan Sosial Emosional

a.       Tidak semua siswa memiliki kematangan emosi yang sama, sifatnya pun berbeda pula. Untuk membantu sosial emosional siswa, guru dapat mengelompokkan mereka dengan melihat karakter yang ada. Misalnya, untuk siswa yang pemalu dapat dikelompokkan dengan siswa yang agak berani, agar termotivasi dalam mengekspresikan diri.
b.      Kegiatan yang diberikan dapat berupa kegiatan apa saja. Pengelompokkan ini harus direncanakan pula dalam penulisan lesson plan, dan akan sangat bermanfaat pada saat memberikan laporan kepada orang tua murid.
c.       Banyak orang melupakan perkembangan sosial emosional siswa, padahal hal ini akan sangat berpengaruh terhadap learning style siswa bersangkutan.

Pertanyaan Masuk

a.       Apa dampak negatif dan positif dari pengelompokan.? (sopi yuniarti lutfiah)
  Dampak positif dari pengelompokan yang pertama adalah mempermudah guru dalam mengawasi perkembangan peserta didik. Selain itu juga guru akan lebih mudah memberi materi pelajaran kepada peserta didik.
  Dampak negatif dari pengelompokan adalah tidak semua kondisi emosional peserta didik itu sama. Dengan dikelompokkan, terkadang akan terjadi perbedaan pendapat mengenai materi yang diberikan.

b.      Apa saja bentuk kesulitan yang dihadapi dalam pengelompokkan peserta didik.? (haria fajri)
·         Bentuk kesulitan yang dialami oleh guru dalam mengelompokkan peserta didik adalah terkadang peserta  didik yang memiliki bakat dalam bidang tertentu tidak memiliki minat untuk mengembangkan bakat  yang dimiliki.
·         Disaat siswa baru masuk ke sekolah, seorang guru belum bisa mengelompokkan peserta didik karena butuh waktu untuk mengetahui kemampuan peserta didik, kecerdasannya, sifatnya, bakatnya dan lain-lain.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Alasan kenapa peserta  didik harus dikelompokkan adalah karena pada dasarnya peserta didik dalam satu kelas terkadang memiliki kesamaan, dan juga memiliki perbedaan.  Oleh karena itu pelayanan pendidikannya juga harus berbeda antara satu individu dengan individu lain yang berbeda. Dengan kata lain pembelajaran dengan sistem individu tidak akan efektif. Oleh karenanya dibutuhkan pengelompokan peserta didik tersebut.
Tujuan dari pengelompokan tersebut adalah untuk mempermudah peserta didik untuk berkembang. Jadi jika dengan pengelompokan tersebut justru menghambat perkembangan peserta didik, maka pengelompokan tersebut tidak diperlukan. Banyak cara dalam pengelompokan peserta didik diantaranya adalah berdasarkan kemampuan peserta didik dalam memahami suatu mata pelajaran, berdasarkan kegiatan yang diikuti oleh peserta didik, dan berdasarkan kondisi sosial dan emosional peserta didik.

B.     Saran

Dalam mengelompokan peserta didik, harus dipahami kebutuhan peserta didik tersebut apakah memerlukan pengelompokan atau justru tidak memerlukan pengelompokan tersebut. Guru dan Kepala Sekolah harus cermat dalam menilai hal tersebut, karena hal ini sangat mempengaruhi perkembangan peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA


http://dharmahayu.blogspot.co.id/2016/05/manajemen-peserta-didik.html di akses pada tanggal 30 Mei 2016 pukul 22:19
http://millarhy.blogspot.co.id/2016/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html di akses pad


[2] ibid
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] ibid
[8]  Ibid
[9]  ibid
[10]  ibid
[13]  ibid
[14]  ibid
[16] ibid
[18] Ibid
[20] Ibid
[22] ibid
[23] ibid
[24] ibid
[27] Ibid.

No comments:

Post a Comment

RANGKUMAN MATERI TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH LENGKAP

A.    Konsep Karya Ilmiah Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari ...