Daftar Isi
KATA PENGANTAR
Dengan penuh
keikhlasan hati, syukur dan puji kami haturkan alhamdulillahi Rabbil Alamin
kepada sang maha pencipta, sumber ilmu pengetahuan, Allah SWT. Dengan kekuasaan
rahmat dan nikmatnya yang merata, sehingga kami dapat merampungkan tugas mata
kuliah Manajemen Peserta Didik, dan dapat di selesai kan walaupun dengan keadaan makalah yang
menurut kami masih jauh sempurna seperti hal-nya makalah yang dikerjakan oleh
teman.
Shalawat serta Salam semoga tetap terlimpahkan kehadirat
junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang diutus dengan membawa syariat yang mudah
nan penuh dengan rahmat, dan membawa keselamatan kehidupan dunia dan akhirat.
Selanjutnya dalam makalah ini kami akan mengulas tentang
segala yang berkesinambungan dengan Pengelompokan Dan Tata Cara Menentukan
Kedudukan Peserta Didik Dalam Kelompok,
yang insya Allah menarik untuk diulas. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, karenanya penulis berharap atas kritik dan saran kontruktif demi
kesempurnaan makalah ini, dengan segala keterbatasan penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Mojokerto, 01 Juni 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang didirikan
dengan tujuan agar setiap warga Negara yang masuk dalam usia sekolah mendapat
fasilitas yang memadai untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam sekolah terdapat
manajemen yang mengatur segala hal mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk menunjang proses belajar mengajar. Dari manajemen tersebut terdapat suatu
pengaturan mengenai peserta didik atau sering disebut dengan Manajemen Peserta
Didik (MPD). Dalam manajemen tersebut
terbagi lagi menjadi beberapa bagian, salah satunya adalah Pengelompokan Dan Tata Cara Menentukan Kedudukan Peserta Didik Dalam
Kelompok.
Pengelompokkan peserta didik dilakukan setelah peserta didik
tersebut diterima dan melakukan daftar ulang. Dalam makalah ini akan dijelaskan
beberapa hal mengenai pengelompokkan peserta didik, mulai dari alasan,
pengertian, tujuan, fungsi, dasar, jenis, dan teknik pengelompokan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, fungsi dan tujuan pengelompokan peserta didik?
2. Apa saja dasar-dasar pengelompokan peserta didik?
3. Apa saja jenis-jenis pengelompokan peserta didik?
4. Bagaimana cara penempatan peserta didik dalam kelompok?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian, fungsi dan tujuan dari pengelompokan peserta
didik.
2.
Untuk mengetahui dasar pengelompokan peserta didik.
3.
Untuk mengetahui jenis pengelompokan peserta didik.
4.
Untuk mengetahui cara menempatkan peserta didik dalam kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelompokan Peserta Didik
Pengelompokan atau grouping
adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya.[1]
Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang
sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan yang sama.
Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim dengan istilah
pengklasifikasian (clasification).
B. Tujuan Pengelompokan Peserta Didik
Tim Dosen AP (1989:
99) menyimpulkan “Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud agar pelaksanaan
kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib, dan
bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan”. Dengan
demikian tujuan pengelompokan peserta didik adalah untuk mempermudahkan dalam
mencapai tujuan pendidikan dan program yang telah ditentukan oleh lembaga
pendidikan.[2]
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan pengelompokan peserta
didik adalah untuk mempermudah mereka dalam berkembang. Oleh karena itu jika
pengelompokan malah justru menghambat perkembangan peserta didik maka pengelompokan
justru tidak dibutuhkan.
C. Fungsi Pengelompokan Peserta Didik
Menurut William A Jeager dalam pengelompokkan
peserta didik dapat didasarkan kepada:
Fungsi integrasi, yaitu pengelompokkan
berdasakan kesamaan-kesamaan peserta didik. Pengelompokkan ini berdasarkan
jenis kelamin, umur, dan sebagainnya.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini
menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.
Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta
didik didasarakan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam induvidu peserta
didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan sebagainnya. Pengelompokkan
berdasarkan fungsi ini menghasilkan
pembelajaran yang bersifat induvidual.
D. Dasar Pengelompokan Peserta Didik
Para ahli dalam bidang
pendidikan memiliki pemikiran yang berbeda mengenai dasar pengelompokan peserta
didik. Ada yang mengelompokan peserta didik berdasarkan kesukaan peserta didik
memilih teman, berdasarkan prestasi, berdasarkan bakat, berdasarkan minat,
kecerdasan dan lain-lain. Berikut adalah penjelasan mengenai dasar
pengelompokan peserta didik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Hendayat Soetopo
Menurut Soetopo (1982), dasar-dasar
pengelompokkan peserta didik ada 5 macam yaitu:
a) Pengelompokan Berdasarkan Kesukaan Memilih Teman (Friendship Grouping)
Yang dimaksud dengan friendship grouping adalah
pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas kesukaan memilih teman.
Masing-masing peserta didik diberi kesempatan untuk memilih anggota kelompoknya
sendiri serta menetapkan orang-oramg yang dijadikan sebagai pemimpin kelompoknya.[3]
Ada kecenderungan, pengelompokan demikian
menjadikan peserta didik yang pandai cenderung memilih temannya yang pandai
sebagai anggota kelompoknya. Tidak jarang, mereka yang tidak pandai juga
mendapatkan anggota kelompok yang tidak pandai. Padahal kualitas suatu kelompok
ditentukan juga oleh bobot masing-masing anggotanya.
b) Pengelompokan Berdasarkan Prestasi (Achievement Grouping)
Achievement grouping adalah suatu pengelompokan
yang didasarkan atas prestasi peserta didik. Secara jelas, pengelompokan demikian
telah diuraikan diatas.[4] Contohnya adalah satu kelas yang peserta didiknya memiliki prestasi yang
hampir sejajar baik dalam bidang keilmuan maupun bidang yang lainnya.
c) Pengelompokan
Berdasarkan Bakat (Aptitude Grouping)
Aptitude grouping adalah suatu pengelompokan
peserta didik yang didasarkan atas kemampuan dan batas mereka.[5] Contohnya adalah ketika seorang peserta didik memiliki kemampuan dalam
bidang yang sama, kemudian guru mengelompokan peserta didik tersebut
mengelompokkannya ke dalam satu kelompok.
d) Pengelompokan Berdasarkan Minat (Attention or Interest Grouping)
Attentioan or interest grouping adalah
pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas perhatian mereka atau minat
mereka.[6]
Pengelompokan demikian dilakukan, oleh karena tidak semua peserta didik yang
berbakat mengenai sesuatu yang sekaligus juga meminatinya. Tidak semua peserta
didik yang mampu sesuatu juga menantinya. Contohnya adalah seorang
peserta didik yang memiliki bakat dalam bidang olahraga sepak bola, tetapi ia
tidak memiliki minat pada sepak bola. Jika dikelompokan dalam kelompok sepak
bola mka akan menghambat perkembangan peserta didik tersebut.
e) Pengelompokan Berdasarkan Kecerdasan (Intelegence Grouping)
Intelegence grouping adalah pengelompokan yang
didasarkan atas hasil tes kecerdasan atau intelegensi.[7] Yang dimaksud dengan tes intelegensi adalah tes yang menunjukan nilai IQ
seseorang.
2. Menurut Prihatin
Selain Soetopo, terdapat satu tokoh yang memiliki pendapat mengenai dasar
pengelompokan peserta didik, yaitu Prihatin. Prihatin
menyebutkan dasar pengelompokan dalam tiga kelompok yaitu:
a)
Kelompok
Normal
Mengembangkan
pemahaman tentang prinsip dan praktik aplikasi, mengembangkan kemampuan praktik
akademik yang berhubungan dengan pekerjaan.[8]
b) Kelompok Sedang
Mengembangkan kemahiran berkomunikasi, kemahiran menggali
potensi diri, dan aplikasi praktikal, mengembangkan kemahiran akademik
sehubungan dengan perekembangan dunia kerja maupun melanjutkan program
pendidikan professional.[9]
c) Kelompok Tinggi
Mengembangkan pemahaman tentang prinsip, teori, dan
aplikasi. Mengembangkan kemampuan akademik untuk memasuki pendidikan tinggi. Pengelompokan
peserta didik ini perlu dijadikan bahan pertimbangan dan diperhatikan dalam
menyusun kurikulum dan pengembangan pembelajaran.[10]
E. Jenis Pengelompokan Peserta Didik
Ada banyak jenis pengelompokan peserta didik
yang dikemukakan oleh para ahli. Ali Imron
mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik. Yang pertama, ia
namai dengan ability grouping, sedangkan yang kedua ia namai dengan sub-grouping
with in the class. [11]
1. Ability Grouping
Yang dimaksud Ability Grouping adalah pengelompokan
berdasarkan kemampuan dalam setting sekolah. Pengelompokan
yang didasarkan atas kemampuan adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik
yang pandai dikumpulkan dengan yang pandai, yang kurang pandai dikumpulkan
dengan yang kurang pandai.
Menurut Rahayu
(2011) Pengelompokkan
berdasarkan kemampuan dalam setting sekolah meliputi:
a) Pengelompokan dalam Kelas-kelas
Agar proses belajar mengajar bisa berjalan
dengan baik, peserta didik yang berjumlah besar perlu dibagi-bagi- menjadi
kelompok-kelompok yang disebut kelas. Banyaknya kelas disesuaikan dengan jumlah
peserta didik yang baru diterima, sedangkan jumlah peserta didik untuk
(besarnya kelas=class size), untuk setiap tingkat dan jenis sekolah bisa
berbeda.[12]
Sebagai pedoman dibawah ini:
1)
Untuk tingkat Sekolah Dasar besar kelas jangan
sampai melebihi 50 orang siswa.
2)
Untuk tingkat Sekolah Menengah Umum besar kelas
sekitar 40 orang siswa.
3)
Untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan besar
kelas lebih baik kurang dari 40 orang siswa.
Dalam menentukan berapa besar kelas ini,
berlaku prinsip semakin kecil kelas semakin baik. Karena, dengan demikian guru
akan bisa lebih memperhatikan peserta didiknya secara teliti.
b) Pengelompokan Berdasarkan Bidang Studi
Pengelompokan berdasarkan bidang studi yang
lazim disebut juga dengan istilah penjurusan, ialah pengelompokan siswa yang
disesuaikan dengan minat dan bakatnya.[13]
Pengukuran minat dan bakat ini didasarkan pada hasil prestasi belajar
(angka-angka) yang dicapai dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang diikuti.
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam berbagai matapelajaran itulah
seorang siswa diarahkan pada jurusan dimana ia memperoleh nilai-nilai
baik pada mata pelajaran untuk jurusan tersebut. Contohnya: kalau di Sekolah
Menengah Atas seperti penjurusan IPA, IPS, bahasa dan lain sebagainya.
c) Pengelompokkan Berdasarkan Spesialisasi
Pengelompokkan berdasarkan spesialisasi
(pengkhususan) terdapat pada sekolah-sekolah
Menengah Kejuruan. Pengelompokkan berdasarkan spesialisasi pada hakekatnya sama
dengan penjurusan, namun penjurusannya lebih mengkhususkan pada bidang studi,
misalnya penjurusan di Sekolah Menengah Kejuruan seperti jurusan kecantikan,
tata boga, dan lain-lain.[14]
d) Pengelompokkan dalam Sistem Kredit
Pengajaran sistem kredit ialah sistem
pengajaran yang menggunakan ukuran satuan kredit untuk memberikan bobot bagi
setiap mata pelajaran. [15]Bobot
satu kredit, lengkapnya satu satuan kredit semester (1SKS). Di Perguruan
Tinggi, pengajaran sistem kredit bisa dilaksanakan dengan dua cara, yaitu
sistem kredit dengan sistem paket dan sistem kredit dengan sistem sistem
pilihan. Dalam sistem kredit dengan sistem paket, untuk tiap semester telah
ditentukan mata kuliah-mata kuliah apa saja yang harus diikuti oleh seluruh
peserta didik. Sehingga pengelompokkan ini tidak ada bedanya dengan pengajaran
biasa (bukan sistem kredit). Sistem kredit dengan sistem pilihan pada semester
I (permulaan mahasiswa baru mengikuti perkuliahan) dilakukan sistem paket.
Seluruh mahasiswa harus mengikuti sejumlah mata kuliah yang disajikan pada
semester I yang pada umumnya adalah mata kuliah dasar umum dan mata kuliah
prasyarat. Sistem paket mungkin bisa diteruskan sampai semester II. Tapi juga
bisa sejak semester II sudah dimulai dengan sistem pilihan. Setiap mahasiswa
diberi kebebasan untuk memprogram dan memilih mata kuliah yang disajikan.
Inilah yang disebut dengan sistem kredit dengan sistem pilihan. Dengan demikian
pengelompokkan mahasiswa didasarkan pada peserta mata kuliah, atau disebut juga
dengan pengelompokkan berdasarkan mata kuliah. Jika kelompok peserta mata
kuliah terlalu besar jumlahnya, bisa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.
Yang masing-masing berukuran 30 atau 40 mahasiswa.
e) Pengelompokkan Berdasarkan Kemampuan
Pengelompokkan berdasarkan kemampuan (ability
grouping) pernah dilakukan di Sekoalah Dasar Laboratorium Universitas
Negeri Malang. Pada setiap awal tahun ajaran diadakan “pemeriksaan” terhadap
tingkat kemampuan belajar. Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan tes-tes
keberhasilan belajar (achievement tes). Berdasarkan hasil/ prestasi yang
dicapai, siswa-siswa dalam kelas dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu:
kelompok cepat, kelompok sedang, kelompok lambat. Materi pelajaran yang
diberikan sesuai dengan kelompok-kelompok tersebut. Demikian seorang guru dalam
mengajar harus menyiapkan materi untuk tiga kelompok dan melayani ketiga
kelompok tersebut. Pengelompokkan ini disebut “achievement grouping”.[16]
Pembagian siswa dalam kelompok di atas, untuk
setiap mata pelajaran bisa berbeda. Contoh: Amir, untuk
pelajaran matematika termasuk kelompok cepat. Untuk bahasa Indonesia bisa masuk
kelompok sedang, dan mata pelajaran lain untuk matapelajaran lain. Namun,
status kelompok ini sifatnya tidak permanen. Seorang yang termasuk kelompok
sedang, suatu saat karena prestasinya naik bisa dipindahkan ke kelompok cepat
begitu sebaliknya.
f) Pengelompokkan Berdasarkan Minat
Pengelompokkan berdasarkan
minat banyak dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler.[17] Oleh
karena kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler cukup banyak jenisnya, maka kepada
para siswa diberi kebebasan untuk memilih jenis kegiatan sesuai dengan
minatnya. Jenis kegiatan yang diselenggarakan disesuaikan dengan jumlah kelompok
peminatnya. Jenis kegiatan yang hanya diminati oleh sekelompok kecil siswa,
lebih baik tidak diadakan dan peminatnya bisa dialihkan ke jenis kegiatan lain.
Jika mungkin
seluruh siswa harus mengikuti salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler.
Sebaliknya seorang siswa jangan dibiarkan tidak mengikuti sama sekali atau
terlalu banyak kegiatan ekstrakurikuler ini agar tidak mengganggu belajarnya.
2. Sub-grouping with in the class
Yang dimaksud Sub-grouping with in the class adalah di
mana peserta didik pada masing-masing kelas, dibagi lagi menjadi beberapa
kelompok kecil.[18] Pengelompokan ini juga memberi kesempatan
pada masing-masing individu untuk masuk ke dalam lebih dari satu kelompok. Jika
dalam Ability Grouping yang
menentukan adalah setting sekolah
biasanya dalam sekolah-sekolah tertentu ada kelas unggulan dan ada kelas
regular. Namun dalam Sub-grouping with in
the class ini peserta didik yang telah dikelompokan oleh sekolah
berdasarkan kemampuannya tersebut, dikelompokkan lagi menjadi kelompok-kelompok
kecil di dalam kelas.
Menurut Imron (2011) Dalam kelompok kecil di dalam kelas
ini dapat dibentuk berdasarkan karakteristik individu yaitu:
a) Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)
Yang dimaksud dengan interest grouping
adalah pengelompokan yang didasarkan atas minat peserta didik. Peserta didik
yang berminat pada pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada topik
tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam suatu kelompok.[19]
b) Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need Grouping)
Yang dimaksud dengan special need grouping
adalah pengelompokan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Peserta didik
yang sebenarnya sudah tergabung dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk
kelompok baru untuk belajar keterampilan
khusus.[20]
c) Pengelompokan Beregu (Team Grouping)
Yang dimaksud dengan team grouping
adalah suatu kelompok yang terbentuk
karena dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan belajar secara bersama
memecahkan masalah-masalah khusus.[21]
d) Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)
Yang dimaksud dengan tutorial grouping
adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik bersama-sama dengan guru
merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya.[22]
Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh kelompok bersama dengan guru tersebut,
telah disepakati terebih dahulu. Antara kelompok satu dengan yang lain, bisa
berbeda kegiatannya, karena mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk menentukan
kelompoknya masing-masing.
e) Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)
Yang dimaksud dengan research grouping
adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih peserta didik menggarap suatu
topik khusus untuk dilaporkan di depan kelas.[23]
Bagaimana cara penggarapan, penyajian serta sistem kerja yang dipergunakan
bergantung kepada kesepakatan anggota kelompok.
f) Pengelompokan Kelas Utuh (Full-Class Grouping)
Yang dimaksud dengan ful-class grouping
adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik secara bersama-sama
mempelajari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni.[24]
Misalnya saja kelompok yang berlatih drama, musik, tari dan sebagainya.
g) Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
Yang dimaksud dengan combined class grouping
adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih kelas yang dikumpulkan dalam
suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV dan
media audio visual lainnya.
Menurut
Regan(Khusnuridlo, 2010) ada 7 macam pengelompokan atau grouping. Ketujuh
pengelompokan tersebut adalah:
1.
SD Tanpa Tingkat (The Non Grade
Elementary School)
Yang dimaksud dengan the non
grade elementary school adalah sekolah dasar tanpa tingkat. Sekolah dasar
tanpa tingkat ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik
untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing individu
peserta didiknya.[25]
Bahkan peserta didik dapat mengambil mata pelajaran yang mungkin sama dengan
mereka yang angkatan masuknya tidak sama.
Pada sistem demikian, tidak ada peserta didik yang dinyatakan naik tingkat dan peserta didik yang tidak naik tingkat. Sebab, tingkat itu sendiri, dalam sistem yang demikian tidak dikenal. Adanya kelas, tidak menunjukkan tingkatannya, melainkan lebih dipandang sebagai kode atau ruang kelas.
Pada sistem demikian, tidak ada peserta didik yang dinyatakan naik tingkat dan peserta didik yang tidak naik tingkat. Sebab, tingkat itu sendiri, dalam sistem yang demikian tidak dikenal. Adanya kelas, tidak menunjukkan tingkatannya, melainkan lebih dipandang sebagai kode atau ruang kelas.
Adapun
keuntungan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
a.
Secara psikologis, kebutuhan peserta
didik terpenuhi, karena tidak pernah dipaksa untuk melaksanakan sesuatu
yang dia sendiri tidak bisa, tidak suka dan tidak mampu.
b.
Peserta
didik tidak bosan, oleh karena pengajaran yang diberikan diesuikan dengan
minat dan kemampuannya.
c.
Peserta
didik akan dapat dibantu sesuai dengan tingkat dan kecepatan perkembangannya.
d.
Peserta
didik akan puas, oleh karena apa yang ia dapatkan sesui benar dengan yang
mereka inginkan.
e.
Terdapat
kerja sama yang baik antara peserta didik dengan gurunya, karena di antara
mereka tidak terjadi perbedaan interpretasi (mis-intepretation).
f.
Peserta
didik akan merasa mendapatkan layanan pendidikan yang terbaik.
Disamping ada kelebihan-kelebihan pengelompokan jenis ini,
ada juga kekurangan-kekurangannya, yaitu:
a.
Sangat
sulit pengadministrasiannya, karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik yang berbeda-beda.
b.
Menyulitkan
mutasi peserta didik ke sekolah lain, terutama jika peserta didik harus
pindah ke sekolah lain yang menggunakan sisitem tingkat. Tidak hanya itu,
peserta didik juga akan sulit mutasi jika di sekolah lain tersebut, jenis pengelompokannya
tidak sama dengan sekolah asal.
c.
Tidak
efisien, karena membutuhkan biaya, tenaga dan ruang kelas yang banyak.
Tenaga yang tersedia didasarkan atas jumlah kelas atau tingkat yang ada,
melainkan berdasarkan banyaknya kelompok yang relatif lebih banyak jumlahnya.
d.
Membutuhkan
guru yang tinggi tingkatan komitmen dan tingkat kecermatannya, sebab hanya demikian
akan dapat mengetahui karakteristik peserta didik secara individual.
e.
Karena
segalanya banak bergantung kepada peserta didik, maka sulit mengharapkan
tercapainya kompetensi yang diharapkan. Sebab, kompetensi haruslah
dirancang berdasarkan seperangkat pengalaman belajar tertentu.
2.
Pengelompokan Kelas Rangkap (Multigrade and Multi-Age
Grouping)
Yang dimaksud dengan mutigrade and multi-age
grouping adalah pengelompokan yang multi tingkat dan multi usia. Pengelompokan
demikian dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang menggunakan sistem tingkat.
Pada pengelompokan demikian, peserta didik berbeda usianya, dikelompokkan dalam
tempat yang sama. Mereka berinteraksi dan belajar bersama-sama.[26]
Adapun keuntungan pada sistem pengelompokan demikian adalah
sebagai berikut:
a.
Mendorong
cepatnya sosialisasi peserta didik dengan lingkungan sebayanya.
b.
Peserta
didik yang berada pada tingkat-tingkat awal dan yang relatif lebih sedikit
usianya akan dapat belajar banyak kepada peserta didik yang lebih tinggi
tingkatannya, dan lebih tua usianya.
c.
Peserta
didik yang usianya lebih muda dan lebih rendah tingktannya, jikamempunyai
kemampuan yang tinggi akan semakin mempunyai kepercayaan diri.
d.
Heterogenitas
peserta didik dalam pengelompokan demikian, akan mendorong kuatnya
kompetisi mereka. Hal demikian akan sangat menguntungkan bagi pemacuan
prestasi.
Sedangkan kekurangan sistem pengelompokan demikian adalah
sebagai berikut:
a.
Peserta didik yang lebih rendah
tingkatannya, dan yang lebih rendah tingkatan usianya, akan merasa dipaksakan
menyesuaikan diri dengan peserta didik yang lebih tinggi usia dan tingkatannya.
Hal demikian bisa kurang
menguntungkan, lebih-lebih jika mereka mempunyai kemampuan rendah.
Pemaksaan demikian, tidak jarang menjadikan peserta didik yang tertinggal akan
kian frustasi.
b.
Peserta
didik yang lebih tinggi usianya dan lebih tinggi tingkatannya, akan menjadi
malas jika mendapati bahwa anggota kelompok lain yang berasal dari usia
dan tingkat yang lebih rendah ternyata tidak dapat berbuat banyak untuk kelompoknya.
Sebaliknya, jika ternyata lebih tinggi kemampuannya, akan merasa
dirinya tersaingi dan bisa menjatuhkan privacy-nya.
3. Pengelompokan Kemajuan Rangkap (The
Dual Progress Plan Grouping)
Teknik Pengelompokan
Peserta didik Yang dimaksud dengan the dual
progress plan grouping adalah sistem
pengelompokan kemajuan rangkap. Sistem pengelompokan demikian
dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan kemampuan individual
di setiap umur dan setiap tingkat.[27]
Masing-masing peserta didik diberi kesempatan untuk mengerjakan
tugas-tugas guru sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Keuntungan sistem pengelompokan kemajuan rangkap demikian
ini adalah sebagai berikut:
a.
Guru
lebih banyak mengenal peserta didiknya, oleh karena layanan yang diberikan
bersifat individual.
b.
Layanan
yang diberikan oleh guru benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan,
karena lebih diarahkan pada pelayanan bakat khusus peserta didik.
c.
Peserta
didik semakin mengenal lebih dekat mengenai gurunya. Hal demikian sangat
bermanfaat terutama dalam hal memahami watak, kepribadian dan cara mengajarnya.
d.
Peserta
didik yang tampak menonjol bakat khususnya akan cepat maju oleh karena
secepat mungkin mendapatkan layanan dari gurunya. Kecepatan untuk maju
ini juga didukung oleh layanan pembinaan yang terarah dari gurunya terhadap
bakat khusus yang tampak menonjol tersebut.
Sementara itu, kekurangan sistem pengelompokan kemajuan rangkap
adalah sebagai berikut:
a.
Layanan
yang diberikan oleh guru kepada seluruh peserta didik menjadi terbatas.
Disamping disebabkan oleh jumlah kelompok yang sangat banyak, waktu
guru yang terbatas banyak dihabiskan untuk menyusun strategi penyampaian
kepada masing-masing kelompok yang beraneka tuntutan dan kebutuhan.
b.
Peserta
didik sedikit kemungkinannya untuk maju secara kontinyu oleh karena peserta
didik tidak memenuhi standar untuk naik tingkat harus mengulangi tugas-tugas
guru sejak awal di tingkatnya.
F. Teknik Pengelompokan Peserta Didik
Untuk menempatkan peserta didik dalam
kelompok, diperlukan pemahaman guru mengenai kondisi sosial emosional peserta
didik. Hal tersebut berguna untuk mengetahui bagaimana perkembangan emosi
peserta didik dalam suatu kelompok. Selain itu, diperlukan juga pemahaman guru
mengenai kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Karena banyak peserta
didik yang terkadang memiliki bakat yang tidak terlihat. Dan juga guru perlu
untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dimiliki oleh peserta didik. berikut penjelasan mengenai ketiga hal
tersebut.
1. Berdasarkan kemampuan
a. Kemampuan siswa dalam
setiap pelajaran tidak sama. Bisa saja
siswa yang kuat di bahasa,
ternyata lemah di matematika.
b.
Pengelompokkan kemampuan siswa dapat berubah sewaktu-waktu dan
berubah-rubah untuk setiap mata pelajaran, bahkan untuk suatu konsep tertentu. Akan mudah bagi
seorang guru apabila siswa yang memilliki kemampuan yang sama berada duduk di
meja yang sama.
c.
Guru dapat
memotivasi dan menjelaskan materi pada saat yang bersamaan. Guru dapat
berkeliling untuk melihat sejauh mana perkembangan kemampuan setiap siswa.
2. Berdasarkan kegiatan
a.
Pada proses belajar dengan jenis
pengelompokkannya berdasarkan kebutuhan saja.
b.
Pada saat pengelompokkan, bisa saja berubah-ubah kapan saja dan anggota
kelompok bisa tidak sama dimana tujuan akhirnya adalah ke pekerjaan yang
ditugaskan. Tugas
kelompok akan sangat baik bagi siswa karena akan berpengaruh terhadap
pembentukan karakter.
c.
Dalam tugas
kelompok, siswa akan belajar menjadi seorang pemimpin, anggota kelompok yang
baik, bagaimana harus mendengarkan pendapat temannya, memberikan usulan dan
sebagainya.
3. Berdasarkan Sosial Emosional
a.
Tidak semua siswa memiliki kematangan emosi
yang sama, sifatnya pun berbeda pula. Untuk membantu sosial emosional siswa,
guru dapat mengelompokkan mereka dengan melihat karakter yang ada. Misalnya,
untuk siswa yang pemalu dapat dikelompokkan dengan siswa yang agak berani, agar
termotivasi dalam mengekspresikan diri.
b.
Kegiatan yang diberikan dapat berupa kegiatan
apa saja. Pengelompokkan ini harus direncanakan pula dalam penulisan lesson
plan, dan akan sangat bermanfaat pada saat memberikan laporan kepada orang tua
murid.
c.
Banyak orang melupakan perkembangan sosial
emosional siswa, padahal hal ini akan sangat berpengaruh terhadap learning
style siswa bersangkutan.
Pertanyaan Masuk
a.
Apa dampak negatif dan positif dari pengelompokan.? (sopi yuniarti lutfiah)
Dampak positif dari pengelompokan yang pertama
adalah mempermudah guru dalam mengawasi perkembangan peserta didik. Selain itu
juga guru akan lebih mudah memberi materi pelajaran kepada peserta didik.
Dampak negatif dari pengelompokan adalah tidak
semua kondisi emosional peserta didik itu sama. Dengan dikelompokkan, terkadang
akan terjadi perbedaan pendapat mengenai materi yang diberikan.
b.
Apa saja bentuk kesulitan yang dihadapi dalam pengelompokkan peserta
didik.? (haria fajri)
·
Bentuk kesulitan yang dialami oleh guru dalam mengelompokkan peserta didik
adalah terkadang peserta didik yang
memiliki bakat dalam bidang tertentu tidak memiliki minat untuk mengembangkan
bakat yang dimiliki.
·
Disaat siswa baru masuk ke sekolah, seorang guru belum bisa mengelompokkan
peserta didik karena butuh waktu untuk mengetahui kemampuan peserta didik,
kecerdasannya, sifatnya, bakatnya dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alasan kenapa peserta didik harus dikelompokkan
adalah karena pada dasarnya peserta didik dalam satu kelas terkadang memiliki kesamaan,
dan juga memiliki perbedaan. Oleh karena
itu pelayanan pendidikannya juga harus berbeda antara satu individu dengan
individu lain yang berbeda. Dengan kata lain pembelajaran dengan sistem
individu tidak akan efektif. Oleh karenanya dibutuhkan pengelompokan peserta
didik tersebut.
Tujuan dari pengelompokan tersebut adalah untuk mempermudah peserta didik
untuk berkembang. Jadi jika dengan pengelompokan tersebut justru menghambat
perkembangan peserta didik, maka pengelompokan tersebut tidak diperlukan.
Banyak cara dalam pengelompokan peserta didik diantaranya adalah berdasarkan
kemampuan peserta didik dalam memahami suatu mata pelajaran, berdasarkan
kegiatan yang diikuti oleh peserta didik, dan berdasarkan kondisi sosial dan
emosional peserta didik.
B. Saran
Dalam mengelompokan peserta didik, harus dipahami kebutuhan peserta didik
tersebut apakah memerlukan pengelompokan atau justru tidak memerlukan
pengelompokan tersebut. Guru dan Kepala Sekolah harus cermat dalam menilai hal
tersebut, karena hal ini sangat mempengaruhi perkembangan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
https://12entinfujirahayu.wordpress.com/2011/05/04/pengelompokan-peserta-didik/ di akses pada tanggal 30 Mei 2016 pukul 21:47
http://dharmahayu.blogspot.co.id/2016/05/manajemen-peserta-didik.html di akses pada tanggal 30 Mei 2016 pukul 22:19
http://syukronsmanela.blogspot.co.id/2014/02/pengelompokkan-peserta-didik.html di akses pada tanggal 30 Mei 2016 pukul 23:51
http://millarhy.blogspot.co.id/2016/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html di
akses pad
No comments:
Post a Comment