BAB I
PENDAHULUAN
Didiklah
anak-anakmu dengan kebijaksanaan dan luruskanlah ia selagi masih muda. Ibarat
tunas pepohonan, akan mudah bagimu meluruskannya, tetapi jika ia telah menjadi
pohon besar yang bengkok niscaya ia akan patah saat engkau meluruskannya.”
Istilah
bimbingan dan konseling (BK) bukanlah hal yang asing lagi bagi kita. Namun kenyataannya tidak semua orang mengetahui dan mengerti akan
esensi dan substansi dari pelaksanaan BK tersebut. Banyak orang yang
berpendapat bahwa BK adalah tempat untuk menangani siswa-siswa yang suka
membolos, rajin tidak masuk, serta yang bandel dan nakal saja. Sehingga BK
terkesan seolah-olah hanya menjadi tempat evakuasi segala pelaku kejahatan
sekolah. Tak heran kalau ada kepanjangan
BK yaitu “Bengkel Kejahatan” atau “Bengkel Kurawa” di sekolah.
Sekolah merupakan bagian dari
pendidikan, dimana di sekolah terdapat peserta didik yang mana membutuhkan
suatu perhatian agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Sekolah
memiliki banyak sekali kegiatan, sehingga perlu adanya suatu manajemen sekolah
yang baik agar kegiatan-kegiatan di sekolah dapat di laksanakan dengan
sebaik-baiknya. Siswa atau peserta didik merupakan salah satu objek penerima
layanan bimbingan dan konseling, sehingga untuk memudahkan pemberian layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, seorang guru bimbingan dan konseling
diharuskan membuat suatu perencanaan penyusunan program terlebih dahulu untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Persepsi yang kurang tepat terhadap
BK tersebut, ternyata tidak hanya menjangkiti masyarakat awam. Para guru
sebagai pendidik pun masih ada yang menganggap bahwa BK itu bukan bagian dari
tugasnya, tetapi adalah tugas khusus yang hanya boleh dilaksanakan oleh “guru
BK” (konselor). Pandangan semacam ini kemudian menjadikan guru leluasa
meminggirkan siswa-siswanya yang dianggap “buruk, jahat, dan kurang asertif”
dalam pendidikan. Mereka kemudian akan mengirim anak “nakal” tersebut ke ruang
sempit mencekam tempat para konselor berada. Padahal, gurulah yang seharusnya
memberikan penanganan pertama terhadap problematika siswa-siswanya karena
merekalah yang lebih sering berinteraksi. Berdasarkan hal tersebut, guru pun
sebenarnya dituntut untuk menguasai kompetensi dalam hal bimbingan dan
konseling.
Maka dari itu, sudah saatnya para guru mengubah persepsinya masalah yang cukup serius ini. Dalam makalah ini, akan kami uraikan mengenai peranan yang seharusnya dilakukan oleh para guru dalam pelaksanaan BK meliputi: pengidenfikasian masalah siswa, pengalihtanganan siswa yang bermasalah, penciptaan suasana belajar kondusif, konferensi kasus dan hal-hal lain yang bertalian dengan pelaksanaan BK.
Maka dari itu, sudah saatnya para guru mengubah persepsinya masalah yang cukup serius ini. Dalam makalah ini, akan kami uraikan mengenai peranan yang seharusnya dilakukan oleh para guru dalam pelaksanaan BK meliputi: pengidenfikasian masalah siswa, pengalihtanganan siswa yang bermasalah, penciptaan suasana belajar kondusif, konferensi kasus dan hal-hal lain yang bertalian dengan pelaksanaan BK.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pengertian Program
Bimbingan dan Konseling di Sekolah ialah
sejumlah kegiatan bimbingan dan konseling yang direncanakan oleh sekolah, dan
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu (Purwoko, 2008: 18). Adapun fungsi husus bimbingan
dan konseling, yakni hususnya di sekolah, menurut H.M. Umar dkk., dalam Salahudin
(2010: 129) adalah sebagai berikut[1]:
v Menolong anak dalam kesulitan belajarnya
v Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai
denga minat dan kecakapan anak-anak
v Memberi nasihat kepada anak yang akan berhenti
dari sekolahnya
v Memberi petunjuk kepada anak-anak yang
melanjutkan belajarnya, dan sebagainya.
Semua itu termasuk usaha-usaha mendidik yang
sudah seharusnya dilakukan guru terhadap siswa-siswanya. Dalam arti khusus,
bimbingan mencakup semua teknik penasihatan (conseling) dan semua informasi
yang dapat menolong individu untuk menolong dirinya sendiri.
B.
Tujuan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Menurut Dewa Ketut
Sukardi dan Desak Made Sumiati (2005:3) tujuan program bimbingan dan konseling
disekolah terdiri dari : (1) Tujuan umum, dan (2) Tujuan Khusus.
1.Tujuan umum program bimbingan
·
Agar siswa dapat mengembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam
kemajuannya disekolah.
·
Agar siswa dapat mengembangkan pengetahuan tetang dunia kerja,
kesempatan kerja serta rasa tanggung jawabdalam memilih suatu kesempatan kerja
tertentu.
·
Agar siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk memilih dan
mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan
yang secara tepat dan bertanggung jawab.
·
Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga
diri orang lain
2.Tujuan khusus program bimbingan
·
Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami
dirinya sendiri.
·
Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami
lingkungannya.
·
Agar siswa memiliki kemampuan dalam mengatasi kesulitan dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah
yang dihadapinya
·
Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengastasi dan menyalurkan
potensi-potensi yang dimilikinya dalam pendidikan dan lapangan kerja secara
tepat.
C. Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
Layanan
bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah diklasifikasikan ke dalam
empat komponen layanan, ialah sebagai berikut[2] :
1. Pelayanan Dasar
Layanan dasar adalah layanan bantuan kepada
semua peserta didik melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk
membantu para peserta didik mencapai kompetensi dan keterampilan dasar yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga diharapkan dapat melaksanakan
tugas-tugas perkembangan secara efektif dan sehat. Layanan ini dilaksanakan
melalui kegiatan di dalam kelas (klasikal), kelompok-kelompok kecil, dan
kerjasama antara konselor dan guru dalam pengembangan kompetensi tertentu yang
diperlukan oleh peserta didik dalam kehidupannya.Strategi pelaksanaan layanan
dasar bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah meliputi:
·
Bimbingan Klasikal: ialah program pertemuan antara konselor dan peserta
didik di kelas, yang disajikan secara
klasikaldan terjadwal.
·
Pelayanan Orientasi: ialah kegiatan yang dilaksanakan untuk memberi
pemahaman baru kepada para peserta didik tentang lingkungan, kurikulum dan
program sekolah atau madrasah, teman di kelas atau di luar kelas
sekolah/madrasah, guru dan sarana atau fasilitas sekolah/madrasah, peraturan
dan tata tertib sekolah/madrasah, program ekstra kurikuler dan lain-lain guna
memperlancar penyesuaian diri di awal
program tahun ajaran baru.
·
Pelayanan
Informasi:ialah sajian
informasi yang diberikan kepada para peserta didik tentang hal-hal yang
dipandang perlu dan bermanfaat bagi mereka, seperti informasi tentang
perguruantinggi, pergaulan yang sehat, bahaya Miras(minuman keras)/Narkoba dan lain-lain.
·
Bimbingan Kelompok:ialah layanan bimbingan yang diberikan kepada
peserta didik melalui kegiatan kelompok untuk merespon kebutuhan, minat dan
pemberian informasi yang bersifat umum dan
tidak rahasia.
·
Pelayanan Pengumpulan Data (Aplikasi Instrumentasi):yaitu kegiatan
penjaringan data atau informasi tentang data pribadi dan lingkungan peserta
didik baik tes maupun non tes.
2. Pelayanan Responsif
Layanan responsif adalah pemberian bantuan
kepada peserta didik yang memerlukan pertolongan segera. Dalam hal ini konseli
mungkin berinisiatif mendatangi konselor untuk memanfaatkan bantuan profesional
yang diperlukannya dari konselor karena mengalami masalah atau kesulitan
tertentu karena adanya rujukan dari guru, orangtua atau profesional lain.
Layanan ini dilaksanakan melalui:
·
Konseling Individual: ialah layanan yangditujuan untuk membantu
peserta didik yang mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
·
Referal (Rujukan atau Alih Tangan): yaitupelimpahan wewenang
penanganan masalah yang dihadapi konseli kepada orang atau lembaga yang lebih berwenang.
·
Kolaborasi: ialah suatu kegiatan kerjasama perlu dilakukan oleh
konselor dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah seperti orangtua,
guru bidang studi dan wali kelas yang berkaitan dengan kegiatan belajar dan
pengembangan potensi peserta didik secara langsung maupun tidak langsung.
·
Konsultasi:
ialah layanan konsultasi bagi guru, orangtua,
pimpinan sekolah/madrasah, yang terkait dengan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah.
·
Bimbingan Teman Sebaya: ialah pemberian pelatihan kepada peserta didik
yang dianggap mampu membimbing teman-temannya.Peserta didik yang menjadi pembimbing
akan berperan sebagaitutor sebaya yang membantu teman-temannya dalam memahami
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
akademikmaupun non akademik.
·
Konferensi Kasus: yaitu kegiatan yang dilakukan untuk membahas
permasalahan peserta didik yang dihadiri oleh pihak-pihakyang dapat memberikan
keterangan, kemudahan dan pemecahan masalah.
·
Kunjungan Rumah: ialah kunjungan konselor ke rumah peserta didik untuk
memperoleh informasi dan data utuh tentang peserta didik dan lingkungannya
untuk membantu mengentaskan masalah peserta didik.
3. Perencanaan Individual
Perencanaan individual ialah proses bantuan
yang diberikan kepada peserta didik sebagai upaya merencanakan, memonitor, dan mengelola
aktivitas yang berkaitan dengan kemajuan dan kesuksesan masa depannya
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman
akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
4. Dukungan Sistem
Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan
manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh. Layanan dukungan sistem sangat banyak dan bervariasi, antara lain
dapat berupa kegiatan pengembangan profesional konselor; hubungan masyarakat
dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, peningkatan mutu manajemen program, peningkatan anggaran dan fasilitas, pelatihan
BK bagi para Pengawas dan Kepala Sekolah/Madrasah.Dukungan sistem ini meliputi
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
·
Pengembangan Profesi: yaitu Berkaitan dengan pengembangan profesi,
konselor dituntut untuk terus memperkaya diri dengan pengetahuan, keterampilan
dan pengalamannya dengan kegiatan-kegiatan: (a)in-service training,(b) aktif
dalam kegiatan organisasi profesi, (c) aktif dalam kegiatan ilmiah, (d)
mengikuti kegiatan seminar, workshop (lokakarya), (e) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi.
·
Kegiatan Manajemen: Kegiatan manajemen ini merupakan berbagai upaya
untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan mutu program Bimbingan dan
Konseling melalui kegiatan-kegiatan: (a) pengembangan program, (b) pengembangan
staf, (c) pemanfaatan sumber daya dan (d) pengembangan
penataan kebijakan.
·
Riset dan Pengembangan: Kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh konselor misalnya
penelitian, membuat karya tulis, mengikuti kegiatan peningkatan profesi atau
organisasi profesi.Saling keterkaitan antara keempat komponen program bimbingan
dan konseling dalam membantu konseli mencapai perkembangan yang optimal.
D. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(TK, SD,
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi setiap lembaga
pendidikan formal (TK, SD, SMP, SMA, sampai dengan PT) mempunyai tujuan
pendidikan yang disebut dengan tujuan institusional. Tujuan sekolah merupakan
tujuan intermedier bagi tercapainya tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Untuk
mencapai tujuan ini, maka setiap sekolah (SD sampai PT) haruslah
menyelenggarakan berbagai kegiatan. Selain kegiatan,
masih ada aspek lain yaitu bimbingan sikap dan
kesejahteraan yang belum dapat tercapai secara maksimal. Untuk memberikan
perhatian terhadap aspek ini maka salah satu caranya adalah memberikan
bimbingan kepada siswa. Dengan layanan ini diharapkan kesulitan siswa, baik
kesulitan belajar, kesulitan emosional, maupun kesulitan yang lain dapat teratasi dengan baik.[3]Program bimbingan untuk masing-masing jenjang
pendidikan dapat dirumuskan sesuai dengan karakteristiknya, yaitu:
1. Program Bimbingan di TK (Taman
Kanak-kanak)Layanan bimbingan dan konselingnya ditekankan pada:
·
Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya
·
Bimbingan pribadi seperti pemupukan disiplinDi samping itu, bimbingan
untuk taman kanak-kanak perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan psikologis,
seperti pemberian kasih sayang dan perasaan aman.
Pada Taman Kanak-kanak guru kelaslah yang
bertindak sebagai konselor dikelas danbiasanya terdapat dua guru kelas pada
masing-masing kelas. Terdapat pada dua hal yang dibahas didalam program
Bimbingan dan Konseling, yaitu:
·
Uraian program pengembangan pembentukan perilaku meliputi moral
pancasila, agama, disiplin, perasaan atau emosi
dan kemampuan bermasyarakat.
·
Uraian program pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan
berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani. Biasanya guru
menjabarkan macam-macam hal yang perlu diperhatikan secara satu persatu, antara
lain: a)Kemampuan
berbahasa, b)Daya pikir, c)Daya cipta, d)Keterampilan, dan e)Jasmani
2. Program Bimbingan di SD (Sekolah Dasar) Program
kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah dasar lebih
menekankan pada usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan mereka antara lain mengatur
kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab, dapat berbuat dengan cara-cara
yang dapat diterima oleh orang dewasa serta teman-teman sebayanya,
mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan dengan
membentuk kata hati (Winkel, 1991). Layanan BK ditekankan pada:
·
Mengatur kegiatan-kegiatan belajarnya
dengan bertanggung jawab.
·
Mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan Pada tahap ini
Bimbingan dan Konseling berperan dalam membimbing siswa untuk mengenal diri dan
lingkungan agar siswa menjadi pribadi yang mandiri, kreatif dan produktif. Di
sekolah dasar, sekolah tidak memiliki guru Bimbingan dan Konseling secara
khusus yang ada hanyalah wali kelas yang juga berperan sebagai guru Bimbingan
dan Konseling dan sistem yang digunakan wali kelas akan mengomentari perilaku
yang terjadi sehari-hari dan menuliskannya pada buku rapot yang biasanya
berupa bagaimana prilaku, sikap dan cara
berpakaian.
3. Program Bimbingan di SMP (Sekolah Menengah
Pertama)Program bimbingan dan konseling di SMP hendaknya berorientasi kepada
pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Layanan bimbingan dan konseling
ditekankan pada:
·
Bimbingan belajar (sebab cara belajar di
SMP berbeda dengan di SD).
·
Bimbingan tentang hubungan muda-mudidan hubungan sosial, karena pada
usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya dan mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchell, 1981).
·
Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
·
Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia
pendidikan ataupun pekerjaan. Pada tahap ini peran Bimbingan dan Konseling
meliputi bagaimana seorang anak memahami dan mengerti tentang dirinya sendiri
mengenai bakat (attitude), minat (interest) dan kemampuan (ability)nya. Bimbingan dan
Konseling pada tingkat Sekolah Menengah Pertama memiliki dua guru Bimbingan
Konseling yang khusus mengajar pelajaran BK. Dan Bimbingan Konseling pada
Sekolah Menengah Pertama memiliki ruangan BK tesendiri agar murid secara mudah
bisa menceritakan masalah yang terjadi pada keluarganya. Bimbingan dan
Konseling pada Sekolah Menengah Pertama juga memiliki kesempatan masuk kelas
selama seminggu sekali, jadi sudah menjadi pelajaran pada umumnya. Setiap murid
di wajibkan memiliki buku latihan Bimbingan dan Konseling yang akan dijadikan
latihan pada setiap pelajaran usai.
Berikut adalah bagaimana sistematika Bimbingan
dan Konseling yang dimiliki sekolah saya:
·
Evaluasi: Siswa diberi pertanyaan atau tugas untuk mengidentifikasi
tentang bakat dan minat serta mengidentifikasi
bakat dan minat yang dimiliki
·
Tindak Lanjut: upaya lebih lanjut menangani siswa yang belum memahami
materi diberi layanan bimbingan kelompok kecil, siswa yang memiliki masalah,
sehingga tidak aktif dalam layanan di kelas akan diberi layanan konseling dan siswa yang memiliki masalah
setelah layanan materi di kelas akan diberi layanan konseling
4. Program Bimbingan di SMA (Sekolah Menengah
Atas) Program bimbingan dan
konseling di SMA hendaknya dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa
sehingga mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangan seperti kematangan emosional,
sosial, intelektual, kematangan dalam mengidentifikasi diri, kematangan dalam
memilih pekerjaan, dll. Oleh sebab itu, program bimbingan di SMA hendaknya
berorientasi kepada:
·
Hubungan muda-mudi atau
hubungan sosial.
·
Pemberian informasi
pendidikan dan jabatan.
·
Bimbingan cara belajarRentang umur antar 16-19 tahun yang meliputi
sebagian besar dari masa remaja, merupakan masa yang sangat berati bagi
perkembangan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan harus
lebih intensif dan lebih lengkap, dibandingkan dengan pelayanan di satuan pendidikan di bawahnya.[4]Di Sekolah Menengah Atas terdapat dua guru
Bimbingan dan Konseling yang selalu ada di ruang khusus Bimbingan dan
Konseling.Bimbingan kelompok maupun individual diterapkan secara seimbang,
supaya pelayanan bimbingan sampai kepada semua siswa.[5]
5. Program Bimbingan di Perguruan Tinggi (PT)Arah
program bimbingan di perguruan tinggi agak berbeda dengan program yang ada di
lembaga pendidikan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena adanya hal-hal
yang lebih spesifik dalam perkembangan diri mahasiswa. Di samping itu,
mahasiswa juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan pola kehidupan kampus
dan di luar kampus. Program bimbingan di
perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada:a.Bimbingan belajar di perguruan
tinggi atau bimbingan yang bersifat akademikb.Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Program bimbingan dan konseling di sekolah
ialah sejumlah kegiatan bimbingan dan konseling yang direncanakan oleh sekolah,
dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.Sedangkan
tujuan program bimbingan dan konseling disekolah terdiri dari: tujuan umum dan
tujuan khusus. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah
diklasifikasikan ke dalam empat komponen layanan, yaitu: 1.Pelayanan Dasar 2.Pelayanan
Responsif 3.Perencanaan Individual dan 4.Dukungan Sistem.Program bimbingan untuk
masing-masing jenjang pendidikan dapat dirumuskan sesuai dengan
karakteristiknya, yaitu:1.Program Bimbingan di TK (Taman Kanak-kanak)2.Program
Bimbingan di SD (Sekolah Dasar) 3.Program Bimbingan di SMP (Sekolah Menengah
Pertama) 4.Program Bimbingan
di SMA (Sekolah Menengah Atas) dan 5.Program Bimbingan di Perguruan Tinggi (PT).
DAFTAR PUSTAKA
Mu’awanah, Elfi dan Rifa Hidayah. 2009. Bimbingan Konseling Islami.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Prabowo, Sugeng Listya dan Faridah Nurmaliyah. 2010. PERENCANAAN
PEMBELAJARAN: Pada Bidang Studi, Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan Hidup,
Bimbingan dan Konseling. Cetakan ke-1. Malang: UIN MALIKI PRES.
Salahudin, Anas. 2003. Bimbingan & Konseling. Cetakan ke-2.
Bandung: Pustaka Setia. Sukardi, Ketut Dewa. 2008. Proses Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: rineka Cipta.
Winkel, W.S dan M.M Sri Hastusi. 2007. Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Http://endahlestari-thebestdramakorea.blogspot.co.id/2012/07/bimbingan-dan-konseling-pada-tingkat-tk.html.
Diunduh pada tanggal 21 Oktober 2015 pada pukul 4:35 WIB.http://10halaman.blogspot.co.id/2013/09/program-bimbingan-di-sekolah-dan.html.diunduh
pada tanggal 21 Oktober 2015 pada pukul 6:45 WIB.
[1] Drs.
Anas Salahudin, M. Pd. Bimbingan & Konseling. Cetakan ke-2. (Bandung:
Pustaka Setia, 2003). hlm. 129
[2] Dr.
Sugeng Listya Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, S. Pd.PERENCANAAN PEMBELAJARAN,
Pada Bidang Studi, Bidang Studi Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan Hidup,
Bimbingan dan Konseling.Cetakan ke-1. (Malang: UIN MALIKI PRESS, 2010). hlm.
251-256
[3] Elfi
Mu’awanah dan Rifa Hidayah,Bimbingan Konseling Islami, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2009). hlm. 46-47
[4] W.S
Winkel dan M. M Sri Hastusi,Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan.(Yogyakarta: Media Abadi, 2007).hlm. 146
[5] Ibid
No comments:
Post a Comment