Friday, 18 November 2016

MAKALAH ASWAJA AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT


Kata pengantar
Pertama-tama puji syukur kehadirat  ALLAH SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya,kita semua masih diberikan nikmat yang begitu besar yaitu nikmat  iman dan islam.
Dalam penulisan ini penulis mencoba menyampaikan materi tentang AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT. Salah satu yang perlu kita ketahui bahwa muhkam adalah ayat-ayat yang jelas maknanya, Al Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya.
Untuk itu saya akan menyampaikan sedikit beberapa hal tentang ayat-ayat Muhkamat dan mutasybihat serta hikmah mempelajari ayat-ayat Muhkamat dan mutasyabihat agar kita bias memahamidan mepelajarinya sebagai tujuan untuk bekal ilmu pengetahuan di masa mendatang.
Harapan saya selaku penulis, semoga dengan adanya makalah ini bias memberikan sedikit jawaban terutama penuli mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membagun dalam penulisan makalah ini karena penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaannya.






DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR…………………………………………………… i

DAFTARISI……………………………………………………………
    ii
BAB I Pendahuluan                   
a.  Latar belakang.................................................................................4
b.  Rumusan masalah...........................................................................5
c.   Tujuan Penulisan............................................................................5
d.  Tinjauan pustaka...............................................................................5

BAB II Pembahasan
a.  Pengertian mukham dan mutasyabihat............................................6
b. Kritera ayat-ayat mukham dan mutasyabihat............................................10
c.  Macam -macam mutasyabihat.........................................................11
d.  Hikmah mukham dan mutasyabihat.................................................14

BAB III Penutup
Kesimpulan.............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA……….……………………………………………..19

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ada banyak yang perlu kita pelajari dalam ilmu Al-Qur’an salah satunya pembahasan tentang Muhkam dan Mutasyabihat. Sebelumnya kebanyakan orang masih dibingungkan oleh apa itu ayat Muhkam dan Mutasyabihat.Dan banyaknya perbedaan pendapat oleh para ulama semakin membingunkan kebanyakan orang.Dengan adanya kriteria dari masing-masing ayat-ayat tersebut bisa mengetahui secara jelas. Maka dalam makalah ini, akan dijelaskan secara terinci tentang pengertian ayat “Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabihat”.Tujuannya agar bisa menambah ilmu pengetahuan serta menjauhkan orang-orang dari kesesatan serta mendapat hikmah dari mengetahui “Ayat – ayat Muhkam dan Mutasyabihat”









Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari Muhkam dan Mutasyabihat ?
2. Bagaimana sikap para Ulama terhadap ayat Muhkam dan Mutasyabihat ?
3. Apa kriteria ayat-ayat muhkam dan mutasyabihat ?
4. Apa macam-macam muhkam dan mutasyabihat ?
5. Apakah hikmah adanya ayat Muhkam dan Mutasyabihat ?

Tujuan penulisan
1. Untuk memahami dan mengerti ayat Muhkam dan Mutasyabihat.
2. Untuk mengetahui sikap para Ulama terhadap ayat Muhkam dan Mutasyabihat
3. Untuk mengetahui kriteria ayat-ayat muhkam dan mutasyabihat
4. Untuk mengetahui macam-macam muhkam dan mutasyabihat
5. Untuk mengetahui hikmah adanya ayat Muhkam dan Mutasyabihat.
Manfaat penulisan
            Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka makalah  ini diharapkan dapat memberi informasi bagaimana cara membedakan ayat-ayat mukham dan mutasyabihat, mengetahui kriteria,macam-macam serta memberitahukan hikmah dalam mempelajari ayat-ayat mukham dan mutasyabihat.

BAB II
PEMBAHASAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT

A.   Pengertian Muhkam dan Mutasyabihat

Pengertian Muhkam dan Mutasyabihat termaktub dalam QS.Ali ‘Imran ayat 7:
Dialah yang telah menurunkan al-kitab kepadamu. Diantara isinya ada ayat-ayat muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-qur’an, dan yang lainnya mutasyabihat.Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:”Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat; semuanya itu dari sisi Allah. Dan tidak dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berfikir.”[1]
Sebelum dibahas  arti dari kedua kata tersebut kita harus tahu penjelasan dari lafadz muhkam dan mutasyabih, kedua lafadz tersebut ialah mudzakar untuk menyofati kata –kata yang mudzakar pula, sedangkan lafadz muhkamah dan mutasyabihah adalah bentuk lafadz yang muannats ,maka menyifati kata muannats pula, seperti ayat muhkamah dan mutasyabihah.
Kedua lafadz tersebut sebenarnya memiliki banyak arti baik menurut bahasa maupun istilhnya .karena itu, keua lafadz tersebu perlu dibahas lebih rinci lagi.[2]
A.    MUHKAM
Muhkam berasal dari kata Ihkam yang bearti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara terminology muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya,lafal yang bisa berdiri sendiri, tidak mengakibatkan kemusykilan atau kesulitan arti  dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Seperti contohnya;Allah adalah Pencipta segala sesuatu … (QS. Az-Zumar : 62)Sungguh, Allah berkuasa atas segala sesuatu (QS. Al-Baqarah : 20)Tiada Iaberanak dan tiada pula Ia diperanakkan (QS. Al-Ikhlas : 3). Makna ayat-ayat di atas sangat tegas dan jelas. Ayat-ayat itu dapat dipahami tanpa perenungan apapun.[3]
Sedangkan secara terminology muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Contoh surat Al- Baqarah ayat 83 :
Artimya : “dan ketika kami mengambil janji dari anak-anak Israel : tidak akan menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikan kepada Ibu,Bapak dan kerabat dekat dan anak-anak-piatu dan orang- oarng miskin, dan ucapkanlah kata yang baik kepada manusia, dan kerjakanlah sembahyang dan bayarlah zakat, kemudian itu kamu berpaling kecuali sebagian kecil dari padamu dan kamu tidak mengambil perduli”

B. mutasyabih
Kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa pada kesamaran antara dua hal.
Sedangkan secara terminology Al Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau Allah yang mengetahuinya. Contoh surat Thoha ayat 5 :
Artinya :“( Allah ) yang maha pemurah, yang bersemayam diatas ‘Arasy”.

PARA ULAMA BERBEDA-BEDA DALAM MENGARTIKAN
MAKNA MUHKAM DAN MUTASYABIH
diantara yaitu:
1.     Menurut Az Zarqani
-Muhkam ialah : ayat yang diketahui maksudnya, baik secara nyata maupun melalui ta‟wil.
-Mutasyabih ialah : ayat yang hanya Allah yang mengetahui maksudnya. [4]

2. Menurut Muhammad bin Shalih Al-Utsmani

-Muhkam ialah : ayat-ayat yang jelas maknanya yang tidak ada keraguan dan kesamaan di dalamnya.
- Mutasyabih ialah : ayat-ayat Al-Qur‟an yang masih mengandung kesamaan arti sehingga mereka yang memiliki keraguan akan menempatkannya pada hal-hal yang tidak semestinya kepada Allah SWT, kitab-kitab dan Rasul-Nya.

3. Menurut As Sayuti

Muhkam berarti “jelas”, sedangkan Mutasyabih adalah ”tidak jelas” dan untuk memastikan pengertiannya tidak ditemukan dalil yang kuat. Dengan demikian yang termasuk ayat-ayat muhkam adalah ayat yang terang maknanya serta lafadznya yang diletakkan untuk suatu makna yang dapat dipahami. Sedang mutasyabih adalah ayat yang bersifat mumjal/global yang membutuhkan pena‟wilan yang sukar di pahami.[5]

Dalam penjelasan laen juga dijelaskan perbedaan pendapat ualma, diantaranya yaitu:
a)     Ulama golongan ahlussunnah wal jama’ah mengtakan bahwa, muhkam  ialah lafal yang sudah diketahui maksud maknanya,karena memang sudah jelas artinya, maupun karena di ta’wil,sedangkan  mutasyabih yaitu lafal yang  hanya diketahui oleh allah SWT, dan manusia tidak ada yang mengetahuinya, contohnya hari kiamat,keluarnya dajjal,kematian DLL.

b)    Ulama golongan hanafiyah mengatakan bahwa muhkam ialah lafal yang jelas petunjuknya,dan tidak di nasakh/di hapus hukumnya. Sedangkan mutasyabih yaitu lafal yang sama maksud petunjuknya,sehingga tidak terjangkau oleh akal manusia, sebab, lafal mutasyabih hanya  allah SWT yang mengetahui artinya.

c)     Sebagian besar ulama golongan ahlul fiqh yang terdiri dari sahabat ibnu abbas mengatakan,lafal muhkam ialah lafal yang tidak bias dita’wil kecuali satu arah/satu segi. Sedamgkan mutasyabih ialah lafal yang artinya bisa dita’wil dengan beberapa arah/segi, karena masih sama, seperti masalah surga,neraka dan sebagainya.

d)    Imam fakhruddin Ar-Razi berpendapat, muhkam ialah makna yang menunjukkan sesuatu itu kuat, sedangkan mutasyabih ialah lafal yang petunjuknya tidak kuat seperti lafal yang global,musykil,yang dita’wil dan sebagainya.[6]

e)     Imam Ibnu Hanbal dan pengikut-pengikutnya mengatakan,  lafal muhkam adalah lafal yang bisa berdiri sendiri atau telah jelas dengan sendirinya tanpa membutuhkan keterangan yang lain. Sedang lafal yang tidak bisa berdiri sendiri adalah lafal mutasyabih, yang membutuhkan penjelasan arti maksudnya, karena adanya bermacam-macam takwilan terhadap lafal tersebut. Contohnya seperti lafal yang bermakna ganda (lafal musytarak), lafal yang asing (gharib), lafal yang berarti lain (lafal majaz), dan sebagainya.
Masih banyak lagi pendapat para ulama yang lainnya, yang mana semua itu bisa di simpulkan atau dirangkum pengertiannya,yakni:muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri sendiri tanpa dita’wilkan kerena susunannya sangat tepat dan tidak meragukan, dan tidak pula musykil,karena karena pengertiannya masuk akal,sehinggga dapat diamalkan karena tidak di nasakh. Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafal al qur’an yang artinya samar,sehingga tidak dapat terjangkau akal manusia karena bisa dita’wilkan macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan disebabkan penunjukan artinyaa tidak kuat,sehingga cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu diamalkan’ karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli allah SWT.[7]

Kriteria Ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
a)     J.M.S Baljon, mengutip pendapat Zamakhsari yangberpendapat bahwa termasuk kriteria ayat-ayat Muhkamatadalahapabila ayat-ayat tersebut berhubungan dengan hakikat (kenyataan),sedangkan ayat-ayat Mutasyabihat adalah ayat-ayat yang menuntutpenelitian (tahqiqat).
b)    Ali Ibnu Abi Thalhah memberikan kriteria ayat-ayatMuhkamatsebagai berikut, yakni ayat-ayat yang menghalalkan, ayat-ayat yangmengharamkan, ayat-ayat yang mengandung kewajiban, ayat-ayatyang harus diimani dan diamalkan. Sedangkan ayat-ayatMutasyabihatadalah ayat-ayat yangdipertukarkan antara yang dahulu dan yang kemudian, ayat-ayat yang mengandung sumpah,ayat-ayat yang boleh diimani dan tidak boleh diamalkan.
c)     Ar-Raghib al-Ashfihani memberikan kreteria ayat-ayatMutasyabihatsebagai ayat atau lafal yang tidak diketahui hakikatmaknanya, seperti tibanya hari kiamat, ayat-ayat yang maknanya hanya bisa diketahui oleh orangorangyang dalam ilmunya. Sebagaimana diisyaratkan dalam doaRasulullah untuk Ibnu Abbas, Ya Allah, karuniailah ia ilmu yangmendalam mengenai agama dan limpahankanlah pengetahuantentang ta’wil kepadanya.
Muhkam menyangkut soal hukum-hukum (faraid), janji, danancaman, sedangkanMutasyabih mengenai kisah-kisah danperumpamaan.[8]

MACAM-MACAM MUTASYABIH

macam-macam ayat mutasyabihat itu ada tiga macam, sebagi berikut:
1,Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali Allah SWT. contohnya, seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu datangnya hari kiamat, dan sebagainya.[9]
2, ayat-ayat yang setiap bisa mengetahuinya melalui penelitian  dan pengkajian, seperti ayat-ayat mutasyabih yang kesamarannya timbul akibat ringkas,panjang,urutan dan seumpamanya seperti firmannya
      وان خفتم ا لاتقسطوا في اليتم فافنكحوا ماطاب لكم من النساء   
Yang artinya: dan jikan kamu takut tidak akan  dapat berlaku adil  terhadap(hak-hak) perempuan yang yatim, maka kanilah wanita-wanita
3, ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama’ tertentu dan bukan semua ulama’. Maksud yang demikian ialah makna-makna yang tinggi yang memenuhi hatiorang-orang yang jernih jiwanya dan mujtahid.[10]

pendapat Ulama terbagi kepada dua mazhab dalam Mengenal ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah,yaitu:

A, kelompok ulama’ salaf yang menyerahkan makna mutasyabih kepada allah tanpa mau membicarakannya,dengan kata lain orang orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat mutasyabih itu dan menyerahkan hakikatnya kepada allah saja,mereka mensucikan allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil ini dan mengimaninya sebagai mana yang telah di jelaskn dalam al qur’an serta menyerahkan urusan hakikatnya kepada allah, mereka disubut pula madzhab mufawwidhah atau tafwidh.
B, kelompok ulama’ khalaf atau ulama ta’wil yang berpendirian bahwa ta’wil dan perubahan pada maksud tertentu,harus sesuai dengan yang telah ditentukan oleh ayat muhkam .
Ayat ayat berukut ialah yang ternasuk dalam kedua kategori di atas:
a.     Firman allah pada surah thoha ayat 5:
Artinya , (yaitu)tuhan yang maha pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy.
b.     Firman allah dalam surah al-fath ayat 10
Yang artinya: tangan allah di atas tangan mereka.
c.      Firman allah dalam surah al-maidah ayat 64:
Artinya: tetapi kedua tangannya terbuka
d.     Firman allah dalam surah al-Zumar ayat 67:
Artinya: padahal bumi seluruhnya dalam geenggamannya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanannya.

Dalam menghadapi ayat-ayat seperti diatas,mereka mengubah makna lahirnya dengan menerapkan makna lain yang sesuai dengan kebesaran dan kesucian allah swt, kemudian mengimaninya , misalnya: bersemayam diartikan dengan menguasai ,tangan diartikan dengan kekuasaan , kanan di artikan dengan kekuatan dan terbuka tangan kanannya diartikan dengan banyak anugrah dan pemberiannya.[11]

Dalm penjelasan lain, pengertian seperti itu tidak bisa dimasukkan kedalam hal mutasyabih, dalam arti rahasia tersembunyi di balik ilmu allah swt. Pengertian seperti di atas  termasuk kategori memakrifati makna yang di perlukan dengan mengembalikan kepada muhkam.[12]

Disamping dua mazhab di atas, ternyata menurut as-Suyuti bahwa Ibnu Daqiq al-Id mengemukakan pendapat yang menengahi kedua mazhab di atas. Ibnu Daqiqi al-Id berpendapat bahwa jika takwil itu jauh maka kita tawaqquf (tidak memutuskan). Kitamenyakini maknanya menurut cara yang dimaksudkan serta mensucikan Tuhan dari semua yang tidak baik bagi-Nya.

Adapun ada yang sepakat dengan mazhab kedua, mazhab khalaf. Karena pendapat mazhab khalaf lebih dapat memenuhi tuntutan kebutuhan intelektual yang semakin hari semakin berkembang, dengan syarat penakwilan harus di lakukan oleh orang-orang yang benar-benar tahu isi Al-Qur’an, atau dalam bahasa Al-Qur’an adalah ar-rasikhuna fil ‘ilmi dan dikuatkan oleh doa nabi kepada Ibnu Abbas.

Sejalan dengan ini, para ulama menyebutkan bahwa mazhab salaf dikatakan lebih aman karena tidak dikhawatirkan jatuh kedalam penafsiran dan penakwilan yang menurut Tuhan salah. Mazhab khalaf dikatakan lebih selamat karena dapatmempertahankan pendapatnya dengan argumen aqli.[13]

HIKMAH AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT
A. HIKMAH AYAT-AYAT MUHKAMAT
Adanya ayat-ayat muhkam dalam alqur’an , jelas banyak faedahnya /hikmahnya bagi umat manusia ,diantara lain ialah:
    -Memudahkan manusia mengetahui arty dan maksudnya, serta memudahkan mereka juga dalam menghayati makna maksudnya agar mudah dan jelas dalam mengamalkan pelaksanaanajaran-ajarannya.
     -Mendorong umat untuk giat memahami , menghayati dan mengamalkan isi kandungan al quran, karena lafadz ayat-ayatnya sudah mudah diketahui,mudah difahami dan jelas pula untuk di amalkan.
     -Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya. Karena lafal ayat-ayat sengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya , tidak aharus menunggu penafsiran atau penjelasan dari lafal/ayat/surah yang lain
      -Memperlancar usaha penafsiran atau penjelasan maksud kandungan ayat-ayat al qur’an para mufassir tidak harus susah susah lebih dahulu mencari takwilan makna kata katanya,karena semua arti makna lafal-lafalnya sudah jelas, terang,terbuka, sehingga uaha usaha penfsiran lebih cepat tercapai.[14]

       B, HIKMAH AYAT-AYAT MUTASYABIHAT.
Rahamt allah SWT. Sebab,sifat dan zat allah itu di tampakkkan kepada manusia yang lemah,karena itu, allah menyamarkan   sifat dan zatnya salam ayat-ayat mutsyabihat iyu sudah jelas merupakan rahmat allah yang besar bagi umat manusia, jika tidakdisamarkan,bias jadi merupakan siksaan bagi mreka,begitu pula allah merahasiakan kedaangan hari kiamat, itu merupakan rahmat bagi mereka agar tidak malas bekerja, mereka akn malas bekerja jika tahu hari kiamat datang. Mereka akan selalu di hantui rasa takut, jika mereka mengetahiu akan kapan datangnya kematian mereka. Karena itu, allah merahasiakan kematian,hari kiamat dan sebagainya.
Membuktikan kelemhan dan kebodohan manusia . sebesar apapun usaha dan persiapan mereka, masih ada kekurangan dan kelemahannya, hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan allah dan jejuasaan ilmunya yang maha mengetahuisegala hal,meski terhadap hal-hal yang samar,rahasia,tersembunyi seperti ayat mutasyabihat, manusia dan malaikat pun tidak dapat mengetahuinya , hal ini telah dijelaskan dalam surah albaqarah ayat 32 yang artinya:
mereka menjawab”  maha suci engkau,tidak dapat kami ketahuiselain dari apa yang telah engkau ajarkankepada kami . sesungguhya engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana.[15]


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ayat muhkam ialah ayat yang sudah jelas arti dan maksudnya,sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan tidak menyesatkan orang yang membaca.Ayat muhkam juga tidak perlu penakwilan karena arti muhkam mengandung keterangan,tujuan dan maksudnya sehingga bisa di amalkan.
                Ayat mutasyabihat ialah ayat yang samar dalam arti.sehingga membutuhakan penakwilan untuk kejelasan arti tujuan dan maksudnya.
Ayat muatasyabihat bisa menimbulkan kemusrikan karena ayat mutasyabihat ialah ayat yang hanya di ketahui allah SWT, maka dari itu ayat ini hanya perlu dipercaya namun tidak perlu diamalkan.


[2] Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid 1,2 dan 3di terbitkan oleh CV Dunia Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september
[6] Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid 1,2 dan 3 di terbitkan oleh CV Dunia Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september

[7] Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid 1,2 dan 3 di terbitkan oleh CV Dunia Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september
[10]Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid 1,2 dan 3 di terbitkan oleh CV Dunia Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september
[14] Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid 1,2 dan 3 di terbitkan oleh CV Dunia Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september

[15] Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid 1,2 dan 3 di terbitkan oleh CV Dunia Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september

No comments:

Post a Comment

RANGKUMAN MATERI TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH LENGKAP

A.    Konsep Karya Ilmiah Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari ...