Kata pengantar
Pertama-tama puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya,kita
semua masih diberikan nikmat yang begitu besar yaitu nikmat iman dan islam.
Dalam penulisan ini penulis mencoba menyampaikan
materi tentang AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT. Salah satu yang perlu kita
ketahui bahwa muhkam adalah ayat-ayat yang jelas
maknanya, Al Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya.
Untuk itu saya akan menyampaikan sedikit beberapa
hal tentang ayat-ayat Muhkamat dan mutasybihat
serta hikmah
mempelajari ayat-ayat Muhkamat dan mutasyabihat
agar kita bias memahamidan mepelajarinya sebagai tujuan untuk bekal ilmu
pengetahuan di masa mendatang.
Harapan saya selaku penulis, semoga dengan adanya
makalah ini bias memberikan sedikit jawaban terutama penuli mengharapkan kritik
serta saran yang bersifat membagun dalam penulisan makalah ini karena penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaannya.
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTARISI…………………………………………………………… ii
BAB I Pendahuluan
DAFTARISI…………………………………………………………… ii
BAB I Pendahuluan
a. Latar
belakang.................................................................................4
b. Rumusan
masalah...........................................................................5
c. Tujuan Penulisan............................................................................5
d. Tinjauan
pustaka...............................................................................5
BAB II Pembahasan
a. Pengertian mukham
dan mutasyabihat............................................6
b. Kritera ayat-ayat mukham dan mutasyabihat............................................10
c. Macam -macam
mutasyabihat.........................................................11
d. Hikmah mukham dan mutasyabihat.................................................14
BAB III Penutup
Kesimpulan.............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA……….……………………………………………..19
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ada banyak
yang perlu kita pelajari dalam ilmu Al-Qur’an salah satunya pembahasan tentang
Muhkam dan Mutasyabihat. Sebelumnya kebanyakan orang masih dibingungkan oleh
apa itu ayat Muhkam dan Mutasyabihat.Dan banyaknya
perbedaan pendapat oleh para ulama semakin membingunkan kebanyakan orang.Dengan
adanya kriteria dari masing-masing ayat-ayat tersebut bisa mengetahui secara
jelas. Maka dalam makalah ini, akan dijelaskan secara terinci
tentang pengertian ayat “Ayat-ayat Muhkam dan
Mutasyabihat”.Tujuannya agar bisa menambah ilmu
pengetahuan serta menjauhkan orang-orang dari kesesatan serta mendapat hikmah
dari mengetahui “Ayat – ayat Muhkam dan Mutasyabihat”
Rumusan masalah
1. Apa
pengertian dari Muhkam dan Mutasyabihat ?
2.
Bagaimana sikap para Ulama terhadap ayat Muhkam dan Mutasyabihat ?
3. Apa kriteria ayat-ayat muhkam dan mutasyabihat ?
4. Apa macam-macam muhkam dan mutasyabihat ?
5. Apakah
hikmah adanya ayat Muhkam dan Mutasyabihat ?
Tujuan
penulisan
1. Untuk memahami
dan mengerti ayat Muhkam dan Mutasyabihat.
2. Untuk
mengetahui sikap para Ulama terhadap ayat Muhkam dan Mutasyabihat
3. Untuk mengetahui kriteria ayat-ayat muhkam dan mutasyabihat
4. Untuk mengetahui macam-macam muhkam dan mutasyabihat
5. Untuk
mengetahui hikmah adanya ayat Muhkam dan Mutasyabihat.
Manfaat
penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka makalah ini
diharapkan dapat memberi informasi bagaimana cara membedakan ayat-ayat mukham dan
mutasyabihat, mengetahui kriteria,macam-macam
serta memberitahukan hikmah dalam mempelajari ayat-ayat mukham dan mutasyabihat.
BAB II
PEMBAHASAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT
A.
Pengertian
Muhkam dan Mutasyabihat
Pengertian Muhkam dan Mutasyabihat termaktub dalam QS.Ali ‘Imran ayat 7:
Dialah
yang telah menurunkan al-kitab kepadamu. Diantara isinya ada ayat-ayat
muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-qur’an, dan yang lainnya
mutasyabihat.Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan
fitnah dan mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya
kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:”Kami beriman
kepada ayat-ayat mutasyabihat; semuanya itu dari sisi Allah. Dan tidak dapat
mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berfikir.”[1]
Sebelum dibahas
arti dari kedua kata tersebut kita harus tahu penjelasan dari lafadz
muhkam dan mutasyabih, kedua lafadz tersebut ialah mudzakar untuk menyofati
kata –kata yang mudzakar pula, sedangkan lafadz muhkamah dan mutasyabihah
adalah bentuk lafadz yang muannats ,maka menyifati kata muannats pula, seperti
ayat muhkamah dan mutasyabihah.
Kedua lafadz tersebut sebenarnya memiliki banyak
arti baik menurut bahasa maupun istilhnya .karena itu, keua lafadz tersebu
perlu dibahas lebih rinci lagi.[2]
A.
MUHKAM
Muhkam
berasal dari kata Ihkam yang bearti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan
pencegahan. Sedangkan secara terminology muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya,lafal
yang bisa berdiri sendiri, tidak mengakibatkan kemusykilan atau kesulitan
arti dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. Seperti
contohnya;Allah adalah Pencipta segala
sesuatu … (QS. Az-Zumar : 62)Sungguh,
Allah berkuasa atas segala sesuatu (QS. Al-Baqarah : 20)Tiada Iaberanak dan tiada pula Ia
diperanakkan (QS. Al-Ikhlas : 3). Makna ayat-ayat di atas sangat tegas dan
jelas. Ayat-ayat itu dapat dipahami tanpa perenungan apapun.[3]
Sedangkan secara
terminology muhkam berarti ayat-ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan
keterangan dari ayat-ayat lain. Contoh surat Al- Baqarah ayat 83 :
Artimya : “dan
ketika kami mengambil janji dari anak-anak Israel : tidak akan menyembah selain
Allah, dan berbuat kebaikan kepada Ibu,Bapak dan kerabat dekat dan
anak-anak-piatu dan orang- oarng miskin, dan ucapkanlah kata yang baik kepada
manusia, dan kerjakanlah sembahyang dan bayarlah zakat, kemudian itu kamu
berpaling kecuali sebagian kecil dari padamu dan kamu tidak mengambil perduli”
B. mutasyabih
Kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang
secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa pada
kesamaran antara dua hal.
Sedangkan secara
terminology Al Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan
mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan
memerlukan keterangan tertentu, atau Allah yang mengetahuinya. Contoh surat
Thoha ayat 5 :
Artinya :“( Allah ) yang maha pemurah, yang
bersemayam diatas ‘Arasy”.
PARA ULAMA BERBEDA-BEDA DALAM MENGARTIKAN
MAKNA MUHKAM DAN MUTASYABIH
diantara yaitu:
1.
Menurut
Az Zarqani
-Muhkam ialah : ayat yang diketahui
maksudnya, baik secara nyata maupun melalui ta‟wil.
-Mutasyabih ialah : ayat yang hanya Allah yang
mengetahui maksudnya. [4]
2. Menurut Muhammad bin Shalih
Al-Utsmani
-Muhkam ialah : ayat-ayat yang jelas
maknanya yang tidak ada keraguan dan kesamaan di dalamnya.
- Mutasyabih ialah : ayat-ayat Al-Qur‟an yang masih
mengandung kesamaan arti sehingga mereka yang memiliki keraguan akan
menempatkannya pada hal-hal yang tidak semestinya kepada Allah SWT, kitab-kitab
dan Rasul-Nya.
3. Menurut As Sayuti
Muhkam berarti “jelas”, sedangkan Mutasyabih adalah
”tidak jelas” dan untuk memastikan pengertiannya tidak ditemukan dalil yang kuat.
Dengan demikian yang termasuk ayat-ayat muhkam adalah ayat yang terang maknanya
serta lafadznya yang diletakkan untuk suatu makna yang dapat dipahami. Sedang
mutasyabih adalah ayat yang bersifat mumjal/global yang membutuhkan pena‟wilan
yang sukar di pahami.[5]
Dalam penjelasan laen juga dijelaskan
perbedaan pendapat ualma, diantaranya yaitu:
a)
Ulama
golongan ahlussunnah wal jama’ah mengtakan bahwa, muhkam ialah lafal yang sudah diketahui maksud
maknanya,karena memang sudah jelas artinya, maupun karena di
ta’wil,sedangkan mutasyabih yaitu lafal
yang hanya diketahui oleh allah SWT, dan
manusia tidak ada yang mengetahuinya, contohnya hari kiamat,keluarnya
dajjal,kematian DLL.
b)
Ulama
golongan hanafiyah mengatakan bahwa muhkam ialah lafal yang jelas petunjuknya,dan
tidak di nasakh/di hapus hukumnya. Sedangkan mutasyabih yaitu lafal yang sama
maksud petunjuknya,sehingga tidak terjangkau oleh akal manusia, sebab, lafal
mutasyabih hanya allah SWT yang
mengetahui artinya.
c)
Sebagian
besar ulama golongan ahlul fiqh yang terdiri dari sahabat ibnu abbas
mengatakan,lafal muhkam ialah lafal yang tidak bias dita’wil kecuali satu
arah/satu segi. Sedamgkan mutasyabih ialah lafal yang artinya bisa dita’wil
dengan beberapa arah/segi, karena masih sama, seperti masalah surga,neraka dan
sebagainya.
d)
Imam
fakhruddin Ar-Razi berpendapat, muhkam ialah makna yang menunjukkan sesuatu itu
kuat, sedangkan mutasyabih ialah lafal yang petunjuknya tidak kuat seperti
lafal yang global,musykil,yang dita’wil dan sebagainya.[6]
e)
Imam Ibnu Hanbal dan
pengikut-pengikutnya mengatakan, lafal muhkam adalah lafal yang bisa
berdiri sendiri atau telah jelas dengan sendirinya tanpa membutuhkan keterangan
yang lain. Sedang lafal yang tidak bisa berdiri sendiri adalah lafal mutasyabih,
yang membutuhkan penjelasan arti maksudnya, karena adanya bermacam-macam
takwilan terhadap lafal tersebut. Contohnya seperti lafal yang bermakna ganda
(lafal musytarak), lafal yang asing (gharib), lafal yang berarti lain (lafal
majaz), dan sebagainya.
Masih banyak lagi pendapat para ulama
yang lainnya, yang mana semua itu bisa di simpulkan atau dirangkum
pengertiannya,yakni:muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan
jelas dan kuat secara berdiri sendiri tanpa dita’wilkan kerena susunannya
sangat tepat dan tidak meragukan, dan tidak pula musykil,karena karena
pengertiannya masuk akal,sehinggga dapat diamalkan karena tidak di nasakh.
Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafal al qur’an yang artinya
samar,sehingga tidak dapat terjangkau akal manusia karena bisa dita’wilkan
macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya
kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan disebabkan penunjukan artinyaa
tidak kuat,sehingga cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu diamalkan’
karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli allah SWT.[7]
Kriteria Ayat-ayat Muhkamat dan
Mutasyabihat
a)
J.M.S
Baljon, mengutip pendapat Zamakhsari yangberpendapat bahwa termasuk kriteria
ayat-ayat Muhkamatadalahapabila
ayat-ayat tersebut berhubungan dengan hakikat (kenyataan),sedangkan ayat-ayat Mutasyabihat adalah ayat-ayat
yang menuntutpenelitian (tahqiqat).
b)
Ali
Ibnu Abi Thalhah memberikan kriteria ayat-ayatMuhkamatsebagai berikut, yakni ayat-ayat yang menghalalkan,
ayat-ayat yangmengharamkan, ayat-ayat yang mengandung kewajiban, ayat-ayatyang
harus diimani dan diamalkan. Sedangkan ayat-ayatMutasyabihatadalah ayat-ayat yangdipertukarkan antara yang
dahulu dan yang kemudian, ayat-ayat yang mengandung sumpah,ayat-ayat yang boleh
diimani dan tidak boleh diamalkan.
c)
Ar-Raghib
al-Ashfihani memberikan kreteria ayat-ayatMutasyabihatsebagai
ayat atau lafal yang tidak diketahui hakikatmaknanya, seperti tibanya hari
kiamat, ayat-ayat yang maknanya hanya bisa diketahui oleh orangorangyang dalam
ilmunya. Sebagaimana diisyaratkan dalam doaRasulullah untuk Ibnu Abbas, Ya
Allah, karuniailah ia ilmu yangmendalam mengenai agama dan limpahankanlah
pengetahuantentang ta’wil kepadanya.
Muhkam menyangkut soal hukum-hukum (faraid), janji,
danancaman, sedangkanMutasyabih mengenai kisah-kisah danperumpamaan.[8]
MACAM-MACAM MUTASYABIH
macam-macam ayat mutasyabihat itu
ada tiga macam, sebagi berikut:
1,Ayat-ayat
mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali
Allah SWT. contohnya, seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu
datangnya hari kiamat, dan sebagainya.[9]
2, ayat-ayat yang setiap bisa
mengetahuinya melalui penelitian dan
pengkajian, seperti ayat-ayat mutasyabih yang kesamarannya timbul akibat
ringkas,panjang,urutan dan seumpamanya seperti firmannya
وان خفتم ا لاتقسطوا في اليتم فافنكحوا
ماطاب لكم من النساء
Yang artinya: dan jikan kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil
terhadap(hak-hak) perempuan yang yatim, maka kanilah wanita-wanita
3, ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya
dapat diketahui oleh para ulama’ tertentu dan bukan semua ulama’. Maksud yang
demikian ialah makna-makna yang tinggi yang memenuhi hatiorang-orang yang
jernih jiwanya dan mujtahid.[10]
pendapat Ulama
terbagi kepada dua mazhab dalam Mengenal ayat-ayat yang berhubungan dengan
sifat-sifat Allah,yaitu:
A, kelompok ulama’ salaf yang menyerahkan makna
mutasyabih kepada allah tanpa mau membicarakannya,dengan kata lain orang orang
yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat mutasyabih itu dan menyerahkan
hakikatnya kepada allah saja,mereka mensucikan allah dari pengertian-pengertian
lahir yang mustahil ini dan mengimaninya sebagai mana yang telah di jelaskn
dalam al qur’an serta menyerahkan urusan hakikatnya kepada allah, mereka
disubut pula madzhab mufawwidhah atau tafwidh.
B, kelompok ulama’ khalaf atau ulama ta’wil yang
berpendirian bahwa ta’wil dan perubahan pada maksud tertentu,harus sesuai
dengan yang telah ditentukan oleh ayat muhkam .
Ayat ayat berukut ialah yang ternasuk dalam kedua
kategori di atas:
a.
Firman
allah pada surah thoha ayat 5:
Artinya , (yaitu)tuhan yang maha pemurah, yang
bersemayam di atas ‘Arsy.
b.
Firman
allah dalam surah al-fath ayat 10
Yang artinya: tangan allah di atas tangan mereka.
c.
Firman
allah dalam surah al-maidah ayat 64:
Artinya: tetapi kedua tangannya terbuka
d.
Firman
allah dalam surah al-Zumar ayat 67:
Artinya: padahal bumi seluruhnya dalam geenggamannya
pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanannya.
Dalam menghadapi ayat-ayat seperti diatas,mereka
mengubah makna lahirnya dengan menerapkan makna lain yang sesuai dengan
kebesaran dan kesucian allah swt, kemudian mengimaninya , misalnya: bersemayam
diartikan dengan menguasai ,tangan diartikan dengan kekuasaan , kanan di
artikan dengan kekuatan dan terbuka tangan kanannya diartikan dengan banyak
anugrah dan pemberiannya.[11]
Dalm penjelasan lain, pengertian seperti itu tidak
bisa dimasukkan kedalam hal mutasyabih, dalam arti rahasia tersembunyi di balik
ilmu allah swt. Pengertian seperti di atas
termasuk kategori memakrifati makna yang di perlukan dengan
mengembalikan kepada muhkam.[12]
Disamping dua mazhab di atas, ternyata menurut
as-Suyuti bahwa Ibnu Daqiq al-Id mengemukakan pendapat yang menengahi kedua
mazhab di atas. Ibnu Daqiqi al-Id berpendapat bahwa jika takwil itu jauh maka
kita tawaqquf (tidak memutuskan). Kitamenyakini maknanya menurut cara
yang dimaksudkan serta mensucikan Tuhan dari semua yang tidak baik bagi-Nya.
Adapun ada yang sepakat dengan mazhab kedua, mazhab
khalaf. Karena pendapat mazhab khalaf lebih dapat memenuhi tuntutan
kebutuhan intelektual yang semakin hari semakin berkembang, dengan syarat
penakwilan harus di lakukan oleh orang-orang yang benar-benar tahu isi
Al-Qur’an, atau dalam bahasa Al-Qur’an adalah ar-rasikhuna fil ‘ilmi dan
dikuatkan oleh doa nabi kepada Ibnu Abbas.
Sejalan dengan ini, para ulama menyebutkan bahwa mazhab
salaf dikatakan lebih aman karena tidak dikhawatirkan jatuh kedalam
penafsiran dan penakwilan yang menurut Tuhan salah. Mazhab khalaf dikatakan
lebih selamat karena dapatmempertahankan pendapatnya dengan argumen aqli.[13]
HIKMAH
AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT
A.
HIKMAH AYAT-AYAT MUHKAMAT
Adanya ayat-ayat muhkam dalam alqur’an , jelas
banyak faedahnya /hikmahnya bagi umat manusia ,diantara lain ialah:
-Memudahkan
manusia mengetahui arty dan maksudnya, serta memudahkan mereka juga dalam
menghayati makna maksudnya agar mudah dan jelas dalam mengamalkan
pelaksanaanajaran-ajarannya.
-Mendorong
umat untuk giat memahami , menghayati dan mengamalkan isi kandungan al quran,
karena lafadz ayat-ayatnya sudah mudah diketahui,mudah difahami dan jelas pula
untuk di amalkan.
-Menghilangkan
kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya. Karena lafal
ayat-ayat sengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya , tidak
aharus menunggu penafsiran atau penjelasan dari lafal/ayat/surah yang lain
-Memperlancar
usaha penafsiran atau penjelasan maksud kandungan ayat-ayat al qur’an para
mufassir tidak harus susah susah lebih dahulu mencari takwilan makna kata
katanya,karena semua arti makna lafal-lafalnya sudah jelas, terang,terbuka,
sehingga uaha usaha penfsiran lebih cepat tercapai.[14]
B, HIKMAH AYAT-AYAT MUTASYABIHAT.
Rahamt allah SWT. Sebab,sifat dan zat allah itu di
tampakkkan kepada manusia yang lemah,karena itu, allah menyamarkan sifat dan zatnya salam ayat-ayat mutsyabihat
iyu sudah jelas merupakan rahmat allah yang besar bagi umat manusia, jika
tidakdisamarkan,bias jadi merupakan siksaan bagi mreka,begitu pula allah
merahasiakan kedaangan hari kiamat, itu merupakan rahmat bagi mereka agar tidak
malas bekerja, mereka akn malas bekerja jika tahu hari kiamat datang. Mereka
akan selalu di hantui rasa takut, jika mereka mengetahiu akan kapan datangnya
kematian mereka. Karena itu, allah merahasiakan kematian,hari kiamat dan
sebagainya.
Membuktikan kelemhan dan kebodohan manusia . sebesar
apapun usaha dan persiapan mereka, masih ada kekurangan dan kelemahannya, hal
tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan allah dan jejuasaan ilmunya yang
maha mengetahuisegala hal,meski terhadap hal-hal yang samar,rahasia,tersembunyi
seperti ayat mutasyabihat, manusia dan malaikat pun tidak dapat mengetahuinya ,
hal ini telah dijelaskan dalam surah albaqarah ayat 32 yang artinya:
“mereka menjawab” maha suci engkau,tidak dapat kami ketahuiselain dari apa yang telah engkau ajarkankepada kami .
sesungguhya engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana.[15]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ayat muhkam ialah ayat yang
sudah jelas arti dan maksudnya,sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan tidak
menyesatkan orang yang membaca.Ayat muhkam juga tidak perlu penakwilan karena
arti muhkam mengandung keterangan,tujuan dan maksudnya sehingga bisa di amalkan.
Ayat mutasyabihat ialah ayat
yang samar dalam arti.sehingga membutuhakan penakwilan untuk kejelasan arti
tujuan dan maksudnya.
Ayat muatasyabihat bisa menimbulkan kemusrikan
karena ayat mutasyabihat ialah ayat yang hanya di ketahui allah SWT, maka dari
itu ayat ini hanya perlu dipercaya namun tidak perlu diamalkan.
[2]
Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid
1,2 dan 3di terbitkan oleh CV Dunia
Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september
[6]
Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid
1,2 dan 3 di terbitkan oleh CV Dunia
Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september
[7]
Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid
1,2 dan 3 di terbitkan oleh CV Dunia
Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september
[9]http://mambaulhikaminduk.blogspot.co.id/2012/02/ulumul-quran-muhkam-dan-mutasyabih.html 19 maret 11:51
[10]Abdul
Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid
1,2 dan 3 di terbitkan oleh CV Dunia
Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september
[14]
Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid
1,2 dan 3 di terbitkan oleh CV Dunia
Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september
[15]
Abdul Djalal H.A,1975,ulumul qur’an jilid
1,2 dan 3 di terbitkan oleh CV Dunia
Ilmu Jl. Gedung kertajaya 13 No.33 surabaya,28 september
No comments:
Post a Comment