Friday, 4 November 2016

Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak


KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf.
Dalam makalah ini, kami memberikan uraian singkat tentang pengertian akhlak, ruang lingkup akhlak dan juga manfaat dan juga tujuan kita mempelajari ilmu akhlak tersebut.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan kami dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami sangat berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua serta langkah kita dalam menuntut ilmu senantiasa diridhai oleh Allah SWT.


Mojokerto, 1 November,  2016

 










Daftar Isi
Daftar Isi.....................................................................................................................................2





BAB I

PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang


Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhamad SAW itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.

B.  Rumusan Masalah


1.      Apakah pengertian dari ilmu akhlak?
2.      Apa saja ruang lingkup ilmu akhlak?
3.      Apa saja manfaat mempelajari ilmu akhlak?

C.  Tujuan Pembahasan


1.      Untuk mengetahui pengertian ilmu akhlak
2.      Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu akhlak
3.      Untuk mengetahui manfaat mempelajari ilmu akhlak



BAB II

Pembahasan


A.     Pengertian Akhlak

Akhlak atau dalam bahasa arab khuluq adalah perangai atau budi pekerti. Secara istilah akhlak dapat diartikan sebagai suatu perbuatan manusia yang tidak direncanakan baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Sedangkan untuk merujuk arti akhlaq ini dapat diambi beberapa pendapat para imam, sebagai berikut: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.[1] Imam Ghazali berpendapat: “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.[2]
Beberapa ahli mengutarakan pendapatnya mengenai pengertian akhlak secara terminologi. Diantaranya adalah Ibnu Maskawaih Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir, dan pertimbangan terlebih dahulu. Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan yang harus dilakukan, menyatakan tujuan yang harus dituju dan menunjukkan apa yang harus di perbuat.  Didalam buku akhlak dalam berbagai dimensi, akhlak yaitu sifat-sifat yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat tersebut,  dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan manusia.[3]
Perbuatan baik dan buruk bukan merupakan sesuatu yang mutlak ditetapkan oleh Allah SWT. Melainkan manusia dapat memilih untuk melakukan salah satunya. Pada dasarnya, akhlak sudah melekat dalam diri manusia secara fitriah. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan manusia untuk membedakan yang mana hal yang baik dan yang mana hal yang tidak baik. Mana hal yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri dan lingkungannya, dan mana yang tidak bermanfaat.
Dan sebenarnya manusia lebih cenderung memilih hal yang baik dari pada hal yang buruk. Hal ini dapat dibuktikan bahwa tidak ada manusia yang menganggap bahwa mencuri, berbohong, merusak, menindas, menipu dan hal buruk lainnya adalah suatu bentuk kebaikan. Mereka pasti akan menolak segala perbuatan seperti diatas. Dan sebaliknya, tidak ada manusia yang menganggap bahwa sikap tenggang rasa, saling menghormati, sopan, santun, saling menghargai dan hal baik lainnya adalah merupakan suatu hal yang buruk. Mereka pasti akan mampu menerima dengan mudah hal-hal seperti itu.
Syeikh Muhammad Abduh ketika menafsirkan QS. al-Baqarah (2): 286 menjelaskan bahwa kebaikan dikaitkan dengan kasaba, sedang keburukan dikaitkan dengan iktasaba. Ini menandakan bahwa fitrah manusia pada dasarnya adalah cenderung kepada kebaikan, sehingga manusia dapat melakukan kebaikan dengan mudah. Berbeda dengan keburukan, yang akan dikerjakan dengan susah payah, goncang, dan kacau.[4]
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah segala perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar, spontan, tanpa pertimbangan dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Itulah yang dimaksud dengan akhlak.
Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya bersumber dari kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1.      Tabiat(pembawaan); yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh naluri(gharizah) dan factor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau nenek moyangnya.[5]
2.       Akal pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai sesuatu yang lahir (yang nyata).[6]
3.      Hati nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang dapat menilai hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini mendapatkan keterangan(ilham) dari allah swt.[7]

Ada beberapa kata istilah yang hampir sama dengan akhlak, yaitu etika, moral, dan kesopanan dan kesusilaan. Namun dari ketiga kata tersebut sebenarnya memiliki perbedaan dengan kata akhlak. Hal itu dapat dibedakan dari pengertian ketiganya. Pengertian adalah etika berasal dari bahasa Yunani; ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin; mores, yang berarti kebiasaan. Dan Susila berasal dari bahasa Sansakerta, su dan sila. Su; baik dan bagus, sedangkan sila; dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Dengan demikian, susila mengacu pada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan masyarakat hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yaitu ketentuan yang berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan hadits. Dengan kata lain etika, moral dan susila berasa dari manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.[8]

B.     Ruang Lingkup Akhlak.

Ruang lingkup ilmu akhlak adalah mengkaji tentang perbuatan-perbuatan manusia. Yaitu menggolongkan perbuatan-perbuatan tersebut kepada perbuatan yang baik dan perbuatan yang dianggap buruk. Ilmu akhlak sebenarnya berisi pengenalan terhadap tingkah laku manusia yang berkaitan dengan norma atau penilaian perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Dalam hubungan ini Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut: Bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk. Dengan demikian terdapat akhlak yang bersifat perorangan dan akhlak yang bersifat kolektif.[9]
Jadi yang dijadikan objek kajian Ilmu Akhlak di sini adalah perbuatan yang memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan. Sebenarnya mendarah daging dan telah dilakukan secara terus-menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya. Perbuatan atau tingkah laku yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut tidak dapat disebut sebagai perbuatan yang dijadikan garapan Ilmu Akhlak, dan tidak pula termasuk ke dalam perbuatan akhlaki.

C.     Sumber Akhlak Islam.

Dalam islam telah dijelaskan mengenai akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Hal itu tercantum dalam Al-Quran dan juga hadits Nabi SAW. Yang pada akhirnya kedua hal tersebut dijadikan sebagai sumber ilmu akhlak dalam islam. Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruk akhlak manusia.
Standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum masyarakat. Dengan hati nuraninya, manusia dapat menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan potensi dasar kepada manusia berupa tauhid.[10]
Allah Swt. Berfirman yang Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".” (QS. al-A’raf [7]: 172).
Dalam ayat yang lain Allah Swt. Berfirman yang artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. al-Rum [30]: 30).

D.    Pola Umum Akhlak Islam.

Akhlak Islam berbeda dengan etika pada umumnya yang dibedakan dari  sopan santun antar sesama manusia dan berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak Islam mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah hingga kepada sesama makhluk.[11]

1.     Akhlak Terhadap Allah.

Yang dimaksud akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kepasrahan kepada Allah, yaitu mengakui bahwa Allah itu ada, mengerjakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, ikhlas dalam semua amal, berbaik sangka terhadap semua ketetapan Allah, dan bertaubat serta beristighfar ketika berbuat salah.

2.       Akhlak Terhadap Diri Sendiri.

Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah menjaga diri dari hal yang tidak terpuji, baik secara lahiriah maupun batiniah. Contohnya adlah dengan tidak menyakiti diri sendiri dan tidak berlarut dalam kesedihan.

3.      Akhlak Terhadap Keluarga.

Akhlak kepada keluarga bisa dilakukan seperti berbakti kepada kedua orang tua, bergaul dengan ma’ruf, memberi nafkah dengan sebaik mungkin saling  mendoakan, dan bertutur kata dengan lemah lembut kepada semua anggota keluarga.

4.     Akhlak Kepada Tetangga.

Membina tetangga sangat penting, sebab tetangga adalah sahabat yang paling dekat. Bahkan dalam sabdanya Nabi saw. menjelaskan: “Tidak henti-hentinya Jibril menyuruhku untuk berbuat baik pada tetangga, hingga aku merasa tetangga sudah seperti ahli waris” (HR. al-Bukhari). Bertolak dari hal ini Nabi saw. memerinci hak tetangga sebagai berikut: “mendapat pinjaman jika perlu, mendapat pertolongan kalau minta, dikunjingi bila sakit, dibantu jika ada keperluan, jika jatuh miskin hendaknya dibantu, mendapat ucapan selamat jika mendapat kemenangan, dihibur jika susah, diantar jenazahnya jika meninggal dan tidak dibenarkan membangun rumah lebih tinggi tanpa seizinnya, jangan susahkan dengan bau masakannya, jika membeli buah hendaknya memberi atau jangan diperlihatkan jika tidak memberi” (HR. Abu Syaikh).[12]

5.     Akhlak Dalam Kepemimpinan.

Seorang pemimpin hendaknya memiliki akhlak yang baik. Diantaranya adalah beriman dan bertaqwa, pintar dan berilmu pengetahuan, sabar, sopan, santun, jujur, berani dan tekun. Dari bekal itulah pemimpin akan mampu memimpin dengan baik, adil, arif dan bijaksana, mampu melindungi pengikutnya dan amanah.

6.      Akhlak terhadap Lingkungan.

Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah segala sesuatu yang terdapat disekitar kita, baik itu hewan, tumbuhan maupun benda mati yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Kita perlu menjaga agar seluruh proses pertumbuhan alam berjalan sesuai dengan fungsi ciptaan-Nya.

E.     Manfaat dan Tujuan Mempelajari Ilmu Akhlak.

Tujuan mempelajari ilmu akhlak adalah untuk mengetahui hal dan perbuatan yang baik dan buruk, serta dapat mengamalkan perbuatan baik tersebut dan membuang perbuatan yang buruk. Tujuan mempelajari ilmu akhlak adalah untuk membersihkan kalbu dari berbagai macam kotoran kalbu seperti hawa nafsu dan amarah sehingga kalbu menjadi bersih dan suci. Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini, akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan juga di akhirat



BAB. III

Penutup

A.     Kesimpulan.

Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan. ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburukan Akhlak pun memiliki kaitan erat dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan.
Pembahasan mengenai ruang lingkup ilmu akhlak adalah tentang perbuatan-perbuatan manusia yang mendorong kepada baik atau buruknya. ilmu akhlak bukanlah tingkah laku manusia melainkan perbuatan yang dilakukan atas kemauan manusia itu sendiri yang selalu dilakukannya dan kemudian mendarah daging dalam diri  manusia itu sendiri.

B.     Saran.

Mempelajari ilmu akhlak merupakan sesuatu yang sangat mudah. Dalam artian, kita dapat memahami ruang lingkup, definisi dan juga sumber keilmuan tersebut. namun hal yang harus dilakukan bukan hanya saja mempelajari ilmu akhlak tersebut, melainkan untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.



Daftar Pustaka


Dr. Marzuki, M.Ag_.  Buku PAI UNY - BAB 10. Konsep Akhlak Islam
Akhlak, Etika, Moral, Tasawuf dan Mahabbah




[1] akhlak-etika-moral-tasawuf-dan-mahabbah pdf
[2] ibid
[4] Marzuki, Konsep Akhlak Islam, hal 175
[6] ibid
[7] ibid
[8] akhlak-etika-moral-tasawuf-dan-mahabbah, pdf
[10] Marzuki, Konsep Akhlak Islam, hal 176
[11] Ibid 178
[12] Marzuki, Konsep Akhlak Islam, hal 179

No comments:

Post a Comment

RANGKUMAN MATERI TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH LENGKAP

A.    Konsep Karya Ilmiah Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari ...