Sunday, 6 November 2016

MAKALAH DINAMIKA KEPRIBADIAN MENURUT PSIKOLOGI ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Kepribadian merupakan hal yang pasti dimiliki setiap individu. Tidak ada kepribadian yang sama antara dua orang individu, sekalipun saudara kembar[1]. Termasuk juga kepribadian dikalangan orang islam. Namun Orang islam belum tentu berkepribadian muslim, terbukti dengan banyaknya orang –orang yang mengaku islam namun kepribadian mereka malah seperti orang-orang non Islam.
Perbedaan-perbedaan kepribadian inilah yang menimbulkan perubahan-perubahan di dalam berbagai aspek kehidupan seperti aspek sosial, politik, ekonomi dan industri, bahkan dalam aspek kehidupan religius. Yang kemudian menjadi pemicu timbulnya kelainan-kelainan kepribadian yang hanya bisa diobati dengan cara psikoterapi.
Banyak cara dalam melakukan psikoterapi tapi alangkah baiknya apabila kita melakukan psikologi dengan mengintegrasikan nilai-nilai islam yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Dengan begitu psikoterapi semata-mata bukan hanya membebaskan orang-orang dari penyakit, tetapi juga perbaikan kualitas kejiwaan seseorang. 
B.     RUMUSAN MASALAH
1.         Bagaimana kepribadian dalam prespektif psikologi islam?
2.         Dinamika kepribadian Islam
3.         Psikoterapi berwawasan islam
4.         Model-model psikologi islam




BAB II
PEMBAHASAN
A.     HAKIKAT KEPRIBADIAN PERSPEKTIF ISLAM
1.         Definisi kepribadian
Dalam studi keislaman, kepribadian lebih dikenal dengan istilah syakhsiyah berasal dari kata syakhsun yang berarti pribadi. Kata ini kemudian diberi ya’ nisbat sehingga menjadi kata benda buatan syakhsiyat yang berarti kepribadian.
Abdul mujib (1999:133) menjelaskan bahwa kepribadian adalah “intergrasi sistem kalbu , akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah kolaborasi antara akal, hati nurani dan jiwa yang saling berinteraksi.
Kepribadian seseorang, selain bermodal kapasitas fitrah bawaan sejak lahir dari warisan genetika orang tuanya, ia juga terbentuk melalui proses panjang riwayat hidupnya. Proses internalisasi nilai pengetahuan dan pengalaman dalam dirinya.

2.         Unsur-unsur kepribadian
Kepribadian yang dimiliki manusia tentunya berbeda-beda, hal ini disebabkan keberagaman kemampuan jiwa, akal dan hati manusia. Selain itu kepribadian juga ditentukan oleh unsur-unsurnya, Sigmund Freud[2], di dalam menganalisa pribadi manusia berpendapat bahwa ada 3 unsur kepribadian pada manusia, yaitu :
a.    Id/nafsu
Id adalah sumber segala naluri atau nafsu. Semuanya berbeda dalam alam ketidak sadaran (bawah sadar). Tujuannya ialah pemuasan jasmaniah. Jadi yang menjadi prinsip baginya ialah kesenangan. Dia tidak mengenal nilai, terutama nilai moral, oleh karenanya ia disebut bersifat immoral.
b.    Ego/Akal
Ego ialah tempat di mana segala daya-daya yang datang dari Id maupun superego dianalisa, dipertimbangkan,untuk kemudian ditiadakan atau ditindakkan. Dia merupakan pihak pengontrol agar keseimbangan pribadi seseorang tetap ada. Jadi disini seseorang itu sadar terhadap kemauan-kemauan Id atau supereo. Sebagai pengontrol, maka ia tak dapat memperhatikan dan memperhitungkan realitas dunia luar.
c.    Superego/Qalbu
Superego adalah sumber segala nilai, termasuk nilai moral. Di sini ia pun sebagaimana Id, berada dalam alam bawah sadar. Hanya saja ia lebih menuju ke arah prinsip kesempurnaan rohaniah, karenanya ia bersifat idiil.
Dalam diri seseorang yang berkepribadian sehat, ketiga sistem kepribadian itu bekerja secara harmonis. Bila terjadi pertentangan-pertentangan akibat dorongan Id ataupun Superego,sedangkan Ego tak mampu mengatasi mak akan hilang keseimbangan diri seseorang, dan di situ akan lahir gejali-gejala abnormal.
Baik Id, ego dan superego, masing-masing mempunyai daya-daya pendorong yang disebut Cathexis. Sedangkan untuk Ego dan Superego juga memiliki daya penahan yang disebut anti-cathexis. Daya-daya ini dapat pula disebut sebagai “kehendak”. Kehendak inilah yang mula-mula menimbulkan kegoncangan dalam keseimbangan pribadi, yang menjelma dalam bentuk pertentangan.
3.         Dinamika kepribadian
Allah berfirman :
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوَىهَا (8)
Artinya : “Maka Allah mengilhamkan pada jiwa manusia, fujur, (kefasikan atau kedurjanaan) dan taqwwa (beriman dan beramal soleh)”. (Q.S. Asy-Syamsu : 8)
Ayat ini menunjukan bahwa manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan dengan suasana perjuangan untuk memilih antara hak (kebenaran) dengan batil, antara aspek-aspek material semata dengan spiritual (ilahiah).
Manusia memang bukan malaikat, yang selamanya istiqamah dalam kebenaran (At-Tahrim : 6), tetapi juga bukan syetan yang selamanya dalam kebatilan, kekufuran, kemaksiatan dan senantiasa mengajak manusia kejalan yang dilarang oleh Allah (Q.S. Al-Baqarah : 168)
Manusia adalah makhluk yang netral, kepribadiannya itu bisa berkembang seperti malaikat, bisa juga seperti syetan. Hal ini amat bergantung kepada pilihannya tadi, apakah manusia mengisi jiwa atau kalbunya dengan ketaqwaan atau dengan fujur. Apabila yang di pilihnya itu ketaqwaan, maka kalbu (fungsi rohaniah sebagai perpaduan antara akal dan rasa) akan menggerakannya untuk berprilaku yang bermakna (beramal soleh). Tetapi apabila yang dipilihnya fujur, maka dia akan berpribadi mufsid (pembuat keonaran dimuka bumi).
Berkaitan dengan hal tersebut, Allah berfirman yang artinya:
“Sungguh berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya (qolbunya) dan sungguh merugilah (celakalah) orang yang mengotorinya”. (QS. Asy-syamsu:9-10)
          Kata zakkaa (mensucikan) atau dassa (mengotori), keduanya adalah kata kerja (fi’il) yang menunjukkan keperilakuan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah diberi kemampuan untuk mengambil keputusan, dan melakukan keputusan itu dengan segala resikonya.
4.         Tipe Kepribadian
Pilihan manusia terhadap dua masalah besar dalam kehidupannya, yaitu hak dan bathil akan melahirkan perilaku-perilaku tertentu, sesuai dengan karakteristik atau tuntunan yang hak atau bathil tersebut.
Perilaku-perilaku tersebut mengkristal dalam pola-pola tertentu yang satu sama lainnya sangat berbeda. Pola-pola perilaku tertentu yang dimiliki individu dan bersifat konstan atau tetap dapat dikategorikan sebagai tipe kepribadian. Tipe kepribadian dalam kontek Al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu mukmin (orang yang beriman), dan kafir (menolak kebenaran). (Syamsu Yusuf, 2007: 215).
a.       Tipe Mukmin
Tipe kepribadian mukmin mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)   Berkenaan dengan akidah, beriman kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir, dan qodar.
2)   Berkenaan dengan ibadah, melaksanakan rukun islam
3)   Berkenaan dengan kehidupan sosial, bergaul dengan orang lain secara baik, suka bekerja sama, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, suka memaafkan kesalahan orang lain dan dermawan.
b.      Tipe Kafir
Tipe kepribadian kafir mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)      Berkenaan dengan akidah, tidak beriman kepada Allah SWT. dan rukun iman yang lainnya.
2)      Berkenaan dengan ibadah,menolak beribadah kepada Allah SWT.
3)      Berkenaan dengan kehidupan sosial, zalim, memusuhi orang yang beriman, senang mengajak pada kemungkaran, dan melarang kebajikan.

B.     PSIKOTERAPI DALAM ISLAM
1.         Definisi psikoterapi Islam
Psikoterapi adalah pengobatan dengan secara psikologis untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, Mujib (2002: 208) mengungkapkan bahwa psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
Emha Ainun Najib menjelaskan “Psikoterapi Islam adalah sebagai proses baik penyembuhan, pencegahan, pemeliharaan maupun pengembangan jiwa yang sehat dengan melalui bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah Nabi SAW”[3].
Sesungguhnya Al-Qur’an sangat berpengaruh dalam kejiwaan kaum muslimin. Al-Qur’an merupakan obat atau penawar terhadap segala problema dan penyakit dalam jiwa manusia.Allah SWT berfirman :
يَاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِى وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ (57)
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus: 57)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikoterapi Islam merupakan proses pembetulan belajar dimana berlangsung perubahan pikiran kecenderungan, kebiasaan, dan tingkah laku, yang sebelumnya tidak benar dimana si pasien memperoleh pikiran-pikiran yang keliru atau delisif tentang dirinya sendiri, orang lain, kehidupan dan berbagai problem yang dihadapinya, sehingga menyebabkannya gelisah, dan belajar pula bentuk-bentuk tingkah laku defensif untuk menghindari berhadapan dengan problem-problemnya dengan harapan mampu meredakan kegelisahannya dengan mengintegrasikan nilai-nilai islam yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Psikoterapi Islam tidak semata-mata membebaskan orang-orang dari penyakit, tetapi juga perbaikan kualitas kejiwaan seseorang.
2.         Objek psikologi islam
Amin (2010:196) menyatakan bahwa objek yang menjadi fokus penyembuhan, perawatan dan penyembuhan dari psikoterapi Islam adalah manusia secara utuh, yakni yang berkaitan atau menyangkut beberapa ganggguan pada :
a.    Mental, yaitu yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan. Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, tidak dapat mengambil suatu keputusan dengan baik dan benar, bahkan tidak dapat membedakan antara halal dan haram.
b.    Spiritual, yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh, semangat atau jiwa, religius, yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan dan menyangkut nilai-nilai transesndental : seperti syirik (menyekutukan Allah), nifaq, fasik, dan kufur; lemah keyakinan dan tertutup atau terhijabnya alam ruh, alam malakut, dan alam gaib; semua itu akibat dari kedurhakaan dan pengingkaran kepada Allah.
c.    Akhlak yaitu suatu keadaan yang melekat pada manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, perimbangan atau pemikiran atau sikap mental atau watak yang terjabarkan dalam bentuk berfikir, berbicara, bertingkah laku, dan sebagainya sebagai ekspresi jiwa.
d.   Fisik, tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan psikoterapi islam. Kecuali memang kalau ada izin dari Allah. Akan tetapi ada kalanya sering dilakukan secara kombinasi dengan terapi medis seperti lumpuh, penyakit jantung, liver, buta, dan sebagainya.
3.         Model-model Psikoterapi Islam
Psikoterapi Islam mengambil model dan metode psikoterapi tersebut dari sumber ajaran Islam itu sendiri, yaitu: Al-Qur’an dan Hadits. Zahrani mengungkapkan model-model psikoterapi menurut Al-Qur’an dan Hadits adalah sebagai berikut :
a.    Psikoterapi melalui keimanan dan rasa aman.
Yang dimaksud dengan keimanan disini adalah keimanan murni tanpa adanya campuran dengan ibadah kepada selain Allah SWT. Itulah keimanan yang mendatangkan ketenangan dan juga petunjuk ke jalan kebenaran dan kebaikan.
b.    Psikoterapi dengan ibadah.
Menunaikan ibadah merupakan satu cara untuk mengahpuskan dosa dan memperkuat ikatan seorang mukmin kepada Allah SWT yang ditampakkannya dengan selalu melaksanakan segala yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan ini semua maka akan muncul rasa pengharapan kepada Allah agar Allah dapat mengampuni segala kesalahannya dan semakin mantap untuk menggapai syurga Allah SWT.
c.    Psikoterapi dengan kesabaran
Sabar dan sikap saling mengingatakan dalam kesabaran adalah dua hal yang masuk dalam cakupan ibadah dan juga cakupan hubungan interaksi manusia dengan sesamanya. Sabar memiliki faedah yang besar dalam mendidik jiwa dan menguatkan kepribadian muslim sehingga menambah kekuatannya untuk memikul beban kehidupan.
















BAB III
KESIMPULAN
Kepribadian berasal dari kata syakhsun. Kata ini kemudian diberi ya’ nisbat sehingga menjadi kata benda buatan syakhsiyat yang berarti kepribadian, yang artinya intergrasi sistem kalbu , akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku.
Dalam Q.S Asy-Syamsu ayat 8 diterangkan bahwa sebenarnya manusia adalah makhluk yang netral kepribadiannya itu bisa berkembang seperti malaikat, bisa juga seperti syetan. Hal ini amat bergantung kepada pilihannya tadi, apakah manusia mengisi jiwa atau kalbunya dengan ketaqwaan atau dengan fujur.
Untuk mengatasi timbulnya kepribadian yang menyimpang kita bisa mengatasinya dengan melakukan psikoterapi islam. psikoterapi Islam merupakan proses pembetulan belajar dimana berlangsung perubahan pikiran kecenderungan, kebiasaan, dan tingkah laku, yang sebelumnya tidak benar dimana si pasien memperoleh pikiran-pikiran yang keliru atau delisif tentang dirinya sendiri, orang lain, kehidupan dan berbagai problem yang dihadapinya, sehingga menyebabkannya gelisah, dan belajar pula bentuk-bentuk tingkah laku defensif untuk menghindari berhadapan dengan problem-problemnya dengan harapan mampu meredakan kegelisahannya dengan mengintegrasikan nilai-nilai islam yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Psikoterapi islam memiliki 3 model yaitu : Psikoterapi melalui keimanan dan rasa aman, Psikoterapi dengan ibadah, Psikoterapi dengan sabar.


[1] Zuhairini dkk,filsafat pendidikan islam,Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2004,hal.187
[2] http://riemaluv.blogspot.in/2012/01/kepribadian-dalam-perspektif.html
[3] Emha Ainun Najib, Intisari (Mind. Body and Soul), (Jakarta: PT. Intisari
Mediatam
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.2002
Amin, Samsul Munir,  Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah. 2010.
Zuhairini dkk,filsafat pendidikan islam,Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2004.
Emha Ainun Najib, Intisari (Mind. Body and Soul). Jakarta: PT. Intisari Mediatama. 2005
Supriyanti.Psikoterapi Islam.pdf.diunduh pada 23/03/2016
Amirudin.Psikoterapi dalam perspektif islam.pdf. diunduh pada 2
a, 2005), hlm. 127-135

No comments:

Post a Comment

RANGKUMAN MATERI TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH LENGKAP

A.    Konsep Karya Ilmiah Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari ...