BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kepribadian merupakan hal yang pasti dimiliki setiap
individu. Tidak ada kepribadian yang sama antara dua orang individu, sekalipun
saudara kembar[1].
Termasuk juga kepribadian dikalangan orang islam. Namun Orang islam belum tentu
berkepribadian muslim, terbukti dengan banyaknya orang –orang yang mengaku
islam namun kepribadian mereka malah seperti orang-orang non Islam.
Perbedaan-perbedaan kepribadian inilah yang menimbulkan perubahan-perubahan
di dalam berbagai aspek kehidupan seperti aspek sosial, politik, ekonomi dan
industri, bahkan dalam aspek kehidupan religius. Yang kemudian menjadi pemicu timbulnya
kelainan-kelainan kepribadian yang hanya bisa diobati dengan cara psikoterapi.
Banyak cara dalam melakukan psikoterapi tapi alangkah
baiknya apabila kita melakukan psikologi dengan mengintegrasikan nilai-nilai islam yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Dengan begitu psikoterapi semata-mata
bukan hanya membebaskan orang-orang dari penyakit, tetapi juga perbaikan
kualitas kejiwaan seseorang.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
kepribadian dalam prespektif psikologi islam?
2.
Dinamika
kepribadian Islam
3.
Psikoterapi
berwawasan islam
4.
Model-model
psikologi islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT
KEPRIBADIAN PERSPEKTIF ISLAM
1.
Definisi
kepribadian
Dalam studi keislaman, kepribadian lebih dikenal dengan istilah
syakhsiyah berasal dari kata syakhsun yang berarti pribadi. Kata ini kemudian
diberi ya’ nisbat sehingga menjadi kata benda buatan syakhsiyat yang berarti
kepribadian.
Abdul mujib (1999:133) menjelaskan bahwa kepribadian adalah “intergrasi
sistem kalbu , akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku”. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah kolaborasi antara akal, hati
nurani dan jiwa yang saling berinteraksi.
Kepribadian seseorang, selain bermodal kapasitas fitrah bawaan sejak
lahir dari warisan genetika orang tuanya, ia juga terbentuk melalui proses
panjang riwayat hidupnya. Proses internalisasi nilai pengetahuan dan pengalaman
dalam dirinya.
2.
Unsur-unsur
kepribadian
Kepribadian yang dimiliki manusia tentunya berbeda-beda, hal ini
disebabkan keberagaman kemampuan jiwa, akal dan hati manusia. Selain itu
kepribadian juga ditentukan oleh unsur-unsurnya, Sigmund Freud[2],
di dalam menganalisa pribadi manusia berpendapat bahwa ada 3 unsur kepribadian
pada manusia, yaitu :
a. Id/nafsu
Id adalah sumber segala naluri atau nafsu. Semuanya berbeda dalam alam
ketidak sadaran (bawah sadar). Tujuannya ialah pemuasan jasmaniah. Jadi yang
menjadi prinsip baginya ialah kesenangan. Dia tidak mengenal nilai, terutama
nilai moral, oleh karenanya ia disebut bersifat immoral.
b. Ego/Akal
Ego ialah tempat di mana segala daya-daya yang datang dari Id maupun
superego dianalisa, dipertimbangkan,untuk kemudian ditiadakan atau ditindakkan.
Dia merupakan pihak pengontrol agar keseimbangan pribadi seseorang tetap ada.
Jadi disini seseorang itu sadar terhadap kemauan-kemauan Id atau supereo.
Sebagai pengontrol, maka ia tak dapat memperhatikan dan memperhitungkan
realitas dunia luar.
c. Superego/Qalbu
Superego adalah sumber segala nilai, termasuk nilai moral. Di sini ia
pun sebagaimana Id, berada dalam alam bawah sadar. Hanya saja ia lebih menuju
ke arah prinsip kesempurnaan rohaniah, karenanya ia bersifat idiil.
Dalam diri seseorang yang berkepribadian sehat, ketiga sistem
kepribadian itu bekerja secara harmonis. Bila terjadi pertentangan-pertentangan
akibat dorongan Id ataupun Superego,sedangkan Ego tak mampu mengatasi mak akan
hilang keseimbangan diri seseorang, dan di situ akan lahir gejali-gejala
abnormal.
Baik Id, ego dan superego, masing-masing mempunyai daya-daya pendorong
yang disebut Cathexis. Sedangkan untuk Ego dan Superego juga memiliki daya
penahan yang disebut anti-cathexis. Daya-daya ini dapat pula disebut sebagai “kehendak”.
Kehendak inilah yang mula-mula menimbulkan kegoncangan dalam keseimbangan
pribadi, yang menjelma dalam bentuk pertentangan.
3.
Dinamika kepribadian
Allah berfirman :
فَاَلْهَمَهَا
فُجُوْرَهَا وَتَقْوَىهَا (8)
Artinya
: “Maka Allah mengilhamkan pada jiwa manusia, fujur, (kefasikan atau
kedurjanaan) dan taqwwa (beriman dan beramal soleh)”. (Q.S. Asy-Syamsu : 8)
Ayat ini menunjukan bahwa manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan
dengan suasana perjuangan untuk memilih antara hak (kebenaran) dengan batil,
antara aspek-aspek material semata dengan spiritual (ilahiah).
Manusia memang bukan malaikat, yang selamanya istiqamah dalam kebenaran
(At-Tahrim : 6), tetapi juga bukan syetan yang selamanya dalam kebatilan,
kekufuran, kemaksiatan dan senantiasa mengajak manusia kejalan yang dilarang
oleh Allah (Q.S. Al-Baqarah : 168)
Manusia adalah makhluk yang netral, kepribadiannya itu bisa berkembang
seperti malaikat, bisa juga seperti syetan. Hal ini amat bergantung kepada
pilihannya tadi, apakah manusia mengisi jiwa atau kalbunya dengan ketaqwaan
atau dengan fujur. Apabila yang di pilihnya itu ketaqwaan, maka kalbu (fungsi
rohaniah sebagai perpaduan antara akal dan rasa) akan menggerakannya untuk
berprilaku yang bermakna (beramal soleh). Tetapi apabila yang dipilihnya fujur,
maka dia akan berpribadi mufsid (pembuat keonaran dimuka bumi).
Berkaitan dengan hal tersebut, Allah berfirman yang artinya:
“Sungguh
berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya (qolbunya) dan sungguh merugilah (celakalah)
orang yang mengotorinya”. (QS. Asy-syamsu:9-10)
Kata zakkaa (mensucikan) atau dassa
(mengotori), keduanya adalah kata kerja (fi’il) yang menunjukkan keperilakuan
manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia telah diberi kemampuan untuk
mengambil keputusan, dan melakukan keputusan itu dengan segala resikonya.
4.
Tipe
Kepribadian
Pilihan manusia terhadap dua masalah besar dalam kehidupannya, yaitu
hak dan bathil akan melahirkan perilaku-perilaku tertentu, sesuai dengan
karakteristik atau tuntunan yang hak atau bathil tersebut.
Perilaku-perilaku tersebut mengkristal dalam pola-pola tertentu yang
satu sama lainnya sangat berbeda. Pola-pola perilaku tertentu yang dimiliki
individu dan bersifat konstan atau tetap dapat dikategorikan sebagai tipe
kepribadian. Tipe kepribadian dalam kontek Al-Qur’an dapat dikelompokkan
menjadi dua macam yaitu mukmin (orang yang beriman), dan kafir (menolak
kebenaran). (Syamsu Yusuf, 2007: 215).
a.
Tipe Mukmin
Tipe
kepribadian mukmin mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Berkenaan dengan akidah, beriman kepada Allah,
malaikat, rasul, kitab, hari akhir, dan qodar.
2) Berkenaan dengan ibadah, melaksanakan rukun islam
3) Berkenaan dengan kehidupan sosial, bergaul dengan
orang lain secara baik, suka bekerja sama, menyeru kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran, suka memaafkan kesalahan orang lain dan dermawan.
b.
Tipe Kafir
Tipe
kepribadian kafir mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)
Berkenaan
dengan akidah, tidak beriman kepada Allah SWT. dan rukun iman yang lainnya.
2)
Berkenaan
dengan ibadah,menolak beribadah kepada Allah SWT.
3)
Berkenaan
dengan kehidupan sosial, zalim, memusuhi orang yang beriman, senang mengajak
pada kemungkaran, dan melarang kebajikan.
B. PSIKOTERAPI
DALAM ISLAM
1.
Definisi
psikoterapi Islam
Psikoterapi adalah pengobatan dengan secara psikologis untuk masalah
yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy)
berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa,
pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan,
pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, Mujib (2002: 208) mengungkapkan
bahwa psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental,
atau terapi pikiran.
Emha Ainun Najib
menjelaskan “Psikoterapi Islam adalah sebagai proses baik penyembuhan,
pencegahan, pemeliharaan maupun pengembangan jiwa yang sehat dengan melalui
bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah Nabi SAW”[3].
Sesungguhnya Al-Qur’an sangat berpengaruh dalam kejiwaan kaum muslimin.
Al-Qur’an merupakan obat atau penawar terhadap segala problema dan penyakit
dalam jiwa manusia.Allah
SWT berfirman :
يَاَيُّهَا
النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِى
الصُّدُوْرِى وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ (57)
Artinya: “Hai manusia,
Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus: 57)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikoterapi
Islam merupakan proses
pembetulan belajar dimana berlangsung perubahan pikiran kecenderungan, kebiasaan,
dan tingkah laku, yang sebelumnya tidak benar dimana si pasien memperoleh
pikiran-pikiran yang keliru atau delisif tentang dirinya sendiri, orang lain,
kehidupan dan berbagai problem yang dihadapinya, sehingga menyebabkannya
gelisah, dan belajar pula bentuk-bentuk tingkah laku defensif untuk menghindari
berhadapan dengan problem-problemnya dengan harapan mampu meredakan
kegelisahannya dengan mengintegrasikan nilai-nilai islam yang
didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Psikoterapi Islam tidak semata-mata
membebaskan orang-orang dari penyakit, tetapi juga perbaikan kualitas kejiwaan
seseorang.
2.
Objek psikologi islam
Amin (2010:196) menyatakan bahwa objek yang menjadi fokus penyembuhan,
perawatan dan penyembuhan dari psikoterapi Islam adalah manusia secara utuh,
yakni yang berkaitan atau menyangkut beberapa ganggguan pada :
a. Mental, yaitu yang berhubungan dengan pikiran,
akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan.
Seperti mudah lupa, malas berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, tidak dapat
mengambil suatu keputusan dengan baik dan benar, bahkan tidak dapat membedakan
antara halal dan haram.
b. Spiritual, yaitu yang berhubungan dengan masalah
ruh, semangat atau jiwa, religius, yang berhubungan dengan agama, keimanan,
kesalehan dan menyangkut nilai-nilai transesndental : seperti syirik
(menyekutukan Allah), nifaq, fasik, dan kufur; lemah keyakinan dan tertutup atau
terhijabnya alam ruh, alam malakut, dan alam gaib; semua itu akibat dari
kedurhakaan dan pengingkaran kepada Allah.
c. Akhlak yaitu suatu keadaan yang melekat pada
manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa
melalui proses pemikiran, perimbangan atau pemikiran atau sikap mental atau
watak yang terjabarkan dalam bentuk berfikir, berbicara, bertingkah laku, dan
sebagainya sebagai ekspresi jiwa.
d. Fisik, tidak semua gangguan fisik dapat
disembuhkan dengan psikoterapi islam. Kecuali memang kalau ada izin dari Allah.
Akan tetapi ada kalanya sering dilakukan secara kombinasi dengan terapi medis
seperti lumpuh, penyakit jantung, liver, buta, dan sebagainya.
3.
Model-model
Psikoterapi Islam
Psikoterapi Islam mengambil model dan metode psikoterapi tersebut dari
sumber ajaran Islam itu sendiri, yaitu: Al-Qur’an dan Hadits. Zahrani
mengungkapkan model-model psikoterapi menurut Al-Qur’an dan Hadits adalah
sebagai berikut :
a.
Psikoterapi melalui keimanan dan rasa aman.
Yang dimaksud
dengan keimanan disini adalah keimanan murni tanpa adanya campuran dengan
ibadah kepada selain Allah SWT. Itulah keimanan yang mendatangkan ketenangan
dan juga petunjuk ke jalan kebenaran dan kebaikan.
b. Psikoterapi dengan ibadah.
Menunaikan ibadah
merupakan satu cara untuk mengahpuskan dosa dan memperkuat ikatan seorang
mukmin kepada Allah SWT yang ditampakkannya dengan selalu melaksanakan segala
yang diperintahkan Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT.
Dengan ini semua maka akan muncul rasa pengharapan kepada Allah agar Allah
dapat mengampuni segala kesalahannya dan semakin mantap untuk menggapai syurga
Allah SWT.
c. Psikoterapi dengan kesabaran
Sabar dan sikap
saling mengingatakan dalam kesabaran adalah dua hal yang masuk dalam cakupan
ibadah dan juga cakupan hubungan interaksi manusia dengan sesamanya. Sabar
memiliki faedah yang besar dalam mendidik jiwa dan menguatkan kepribadian
muslim sehingga menambah kekuatannya untuk memikul beban kehidupan.
BAB III
KESIMPULAN
Kepribadian berasal dari kata syakhsun.
Kata ini kemudian diberi ya’ nisbat sehingga menjadi kata benda buatan
syakhsiyat yang berarti kepribadian, yang artinya intergrasi sistem kalbu ,
akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku.
Dalam Q.S Asy-Syamsu ayat 8 diterangkan
bahwa sebenarnya manusia adalah makhluk yang netral kepribadiannya itu bisa
berkembang seperti malaikat, bisa juga seperti syetan. Hal ini amat bergantung
kepada pilihannya tadi, apakah manusia mengisi jiwa atau kalbunya dengan
ketaqwaan atau dengan fujur.
Untuk mengatasi timbulnya kepribadian
yang menyimpang kita bisa mengatasinya dengan melakukan psikoterapi islam. psikoterapi
Islam merupakan proses
pembetulan belajar dimana berlangsung perubahan pikiran kecenderungan,
kebiasaan, dan tingkah laku, yang sebelumnya tidak benar dimana si pasien
memperoleh pikiran-pikiran yang keliru atau delisif tentang dirinya sendiri,
orang lain, kehidupan dan berbagai problem yang dihadapinya, sehingga
menyebabkannya gelisah, dan belajar pula bentuk-bentuk tingkah laku defensif
untuk menghindari berhadapan dengan problem-problemnya dengan harapan mampu
meredakan kegelisahannya dengan mengintegrasikan nilai-nilai islam yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Psikoterapi islam memiliki 3
model yaitu : Psikoterapi
melalui keimanan dan rasa aman, Psikoterapi dengan ibadah,
Psikoterapi dengan sabar.
[1] Zuhairini dkk,filsafat pendidikan islam,Jakarta: PT.Bumi Aksara,
2004,hal.187
[2] http://riemaluv.blogspot.in/2012/01/kepribadian-dalam-perspektif.html
Mediatam
DAFTAR PUSTAKA
Abdul,
Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.2002
Amin, Samsul
Munir, Bimbingan dan Konseling Islam,
Jakarta: Amzah. 2010.
Zuhairini dkk,filsafat pendidikan
islam,Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2004.
Emha Ainun Najib, Intisari (Mind. Body and Soul).
Jakarta: PT. Intisari Mediatama. 2005
Supriyanti.Psikoterapi Islam.pdf.diunduh pada
23/03/2016
Amirudin.Psikoterapi
dalam perspektif islam.pdf. diunduh pada 2
a, 2005), hlm. 127-135
No comments:
Post a Comment