Friday, 11 November 2016

MAKALAH HUBUNGAN ILMU TASAWUF DENGAN ILMU KALAM, FIQIH, FILSAFAT, DAN ILMU JIWA


BAB I
PEMBAHASAN

1.      KETERKAITAN ILMU TASAWUF DENGAN ILMU KALAM
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang membicarakan tentang persoalan-peroalan kalam Tuhan. Pembicaraan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik rasional [aqliyah] maupun naqliyah.[1] Argumentasi rasional yang dimaksud adalah landasan pemahaman berfikir filosofis, sedangkan naqliyah adalah berupa dalil-dalil AL-Quran dan hadis. Ilmu kalam sering menempatkan diri pada [aqli dan naqli], menggunakan metode-metode argumentasi dialektik. Pembicaraan kalam Tuhan pada keyakinan-keyakinan yang dipegang oleh umat islam, tauhid atau ilmu ‘aqa’id.
Dalam ilmu kalam tidak menyentuh dzauq [rasa rohaniah]. Contoh,. Ilmu tauhid menerangkan bahwa Allah bersifat  Sama’ [Mendengar], Bashar [Melihat], Kalam [Berbicara], Iradah [Berkemauan], Qudrah [Kuasa], Hayat [Hidup] dsb. Ilmu kalam atau ilmu tauhid tidak menjelaskan bagaimana seorang hamba dapat merasakan langsung bahwa Allah mendengar dan melihat; dan bagaimana pula perasaan hati seseorang dalam membaca Al- Quran; dan bagaimana seseorang merasa bahwah segala sesuatu yang tercipta adalah Quadrah [Kekuasaan] Allah?
Pertanyaan-pertanyaan diatas sulit terjawab dengan hanya melandasi diri pada ilmu tauhid atau ilmu kalam. Biasanya, membicarakan penghayatan sampai kejiwaan manusia adalah ilmu tasawuf. Merasakan nilai-nilai aqidah tidak hanya termasuk sunnah atau dianjurkan, tetapi diwajibkan.
As-Sunnah memberikan perhatian yang begitu besar terhadap masalah tadzawwuq, hadis Rasul:



ذَاقَ طَعْمَ الاْءمَنْ رضيَ باِاللهِ رَبًّا وَ باِ لاْءِسْلاَمِ دِيْنَا وَ بِمُحَمَّدِ رَسُوْلاَّ.
(رواه مسلموالترمذى).[2]
Artinya:
“Yang merasakan rasa iman adalah orang yang rida kepada Allah sebagai  Tuhan, rida kepada Islam sebagai agama, dan rida kepada Muhammad sebagai Rasul”.
Dalam hadis lain, Rasulullah pun pernah mengungkapkan:
ثَلاُ ثً مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَحَلاَ وَةَالاْءِيْمَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ عَبْدًالاَيُحِبُّهُ اِلاَّلِلهِ عَزَّوَجَلَّ وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُوْدَ فِ الْكُفْرِ بَعْدَاِذْأَنْقَذَ هُ اللهُ مِنْهُ كَمَايَكْرَهُ أَنْ يُلْقَ فِ النَّارِ. (روه اأبخ رى ومسام وغيرهما)
Artinya:
“Ada tiga perkara dimana orang dapat merasakan lezatnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lain; orang yang mencintai hamba karena Allah; dan orang yang takut kembali kepada kekufuran seperti ketakutan untuk dimasukkan kedalam api neraka”.[3]
Definisi iman pada ilmu kalam adalah:
1.      kekufuran dan manifestasinya
2.      kemunafikan dan batasannya.
Pada ilmu tasawuf:
Jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, menyelamatkan diri dari kemunafikan. Tidak hanya diketahui batas-batasnya saja pada seseorang. Sebab, terkadang seseorang sudah tahu batasan-batasan kemunafikan, tetapi tetap saja melaksanakannya. Firman Allah:
قاَ لَتِ اٌلاَعَرَابُ امَنَّا قُلْ لَمْ تُئوْ مِنُ الكِنْ قُوْلُوّْاأَسْلمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ اٌلاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَاِنْ تُطِيْعُوْااللهَ وَرَسُوْلَهُ لاَيَلِتٌكُمْ مِنْ اَعْمَالِكُمْ شَشيْأً. اِنَّ اللهَ غَفُوْرُرَّحِيْمُ. (احجرت: )

Artinya:
“Orang-orang Arab Badui itu berkata, ‘Kami telah beriman’. Katakanlah, ‘Kamu belum beriman,’ tapi katakanlah, ‘Kami telah berislam(tunduk).’ Karena iman itu belum masuk kedalam hatimu.”[4]

Ath-Thabrani, dalam Kitab Al-Kabir, meriwayatkan hadis sahih dari Ibnu Umar r.a Ia berkata:
كُنْتُ عِنْدَالنَّبِيَّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذْجاَءَهُ حُرْ مَلَةُ بْنُ زَيْدٍفَجًلسَ بَيْنَ يَدَ يْ رَسُوْ لِ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ فَقَلَ: يَا رَسُوْ لَ اللهِ. اَلاْءِمَ يْماَنُ هَهُنَا. وَأَشَا رَبِيَدَيْهِ إِلىَ لِسَ نِهِ. وَالْنِفَاقُ هَهُنَا.وَعَشَارَبِيَدِهِ إِلىَ صَدْرِهِ وَلاَ يَذْكُرُاللهَ إِلاَّقَلِيْـلاً. فَسَكَتَ عَنْهُ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَرَدَّدَ ذَ لِكَ عَلَيْهِ.وَسَكَتَ حُرْمــَلَةُ. فَأَخَذَالنَّبِيُّ بِطَرْفِ لِسـَانِ حُرْمَلَةَ. فَقَالَ: اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لَهُ لِسَــانًاصَادِ قَاوَقَلْبــًاشَاكِرًاوَارْذُ قْهُ حُبِّيْ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّنِيْ وَصَيِّرْأَمْرَهُ إِلىَ اخَيْرِ. فَقَالَ حُرْمَلَهُ: يَارَسُوْلَ اللهِ؛إِنَّ لِيْ إِخْوَانًامُنَافِقِيْنَ كُنْتُ فِيْهِمْ رَأْسًـاأَفَلاَأَدُلُّكَ عَلَيْهِمْ؟ فَقَالَــ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:لاَ,مَنْ جَاءَنَاكَمـَاجِئْتَنَـااِسْـتَفغْفَرْنَالَهُ كَمَاجِئْتَنَـااسْتَغْفَرْنَالَكَ وَمَنْ أَصَرَّعَلَى ذَ نْبِهِ فَاللهُ أَوْلىَ بِهِ وَلاَتَخْرُقْ عَلَى أَحَدٍ سِتْرًا (رواه الطبرانى).
Artinya:
“Pada suatu kesempatan saya bersama Nabi. Tidak lama kemudian beliau didatangi Hurmalah bin Zaid. Ia duduk dihadapan Nabi seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, iman itu di sini (sambil mengisyaratkan pada lisannya) dan kemunafikan itu di sini (seraya menunjuk dadanya). Kami tidak pernah mengingat Allah, kecuali sedikit. Rasulullah mendiamkannya maka Hurmalah mengulangi ucapannya, lalu Rasulullah SAW memegang Hurmalah seraya berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah untuk dia lisan yang jujur dan hati yang bersyukur, kemudian jadikanlah dia mencintai dan mencintai orang yang cinta kepadaku, dan jadikanlah semua itu menjadi baik’. Kemudian, Hurmalah berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku mempunyai banyak teman yang munafik, dan aku adalah pemimpin mereka, tidakkah aku beri tahu nama-nama mereka kepadamu? Rasulullah SAW menjawab, siapa yang datang kepada kami, kami akan mengampuninya sebagaimana kami mengampunimu, dan siapa yang berketetapan hati untuk melaksanakan agamanya maka Allah lebih utama baginya, janganlah menembus tirai (hati) seseorang!”[5]

Fungsi kaitan ilmu kalam dengan ilmu taswuf sbb:
1.      Wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam dengan hati [dzauq dan wijdan] ilmu tauhid atau ilmu kalam pada perbuatan. Ilmu tasawuf adalah penyempurnaan ilmu tauhid jika dilihat dari sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah ilmu tauhid.
2.      Sebagai pengendali ilmu tasawuf. Maka timbul suatu aliran bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah, merupakan penyimpangan atu penyelewengan. Tidak diriwayatkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah atau belum pernah diriwayatkan oleh ulama-ulama salaf, hal itu harus ditolak.
3.      Pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam.
Amalan-amalan tasawuf mempunyai pengaruh besar dalam ketauhidan. Contoh, jika rasa sabar tidak ada, akan muncul kekufuran. Jika
Dengan ilmu tasawuf, semua kajian yang berada dalam kajian ilmu tauhid terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi akn lebih dinamisdan aplikatif.

2.      HUBUNGAN TASAWUF DENGAN FILSAFAT
Berkembangnya ilmu tasawuf di dunia Islam tidak dapat dinafikan sebagai sumbangan pemikiran kefilsafatan.
Sebagian ahli tasawuf mengatakan, an-nafs [jiwa] roh bersatu dengan jasad. Penyatuan roh dengan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad terhadap ruh dan muncul kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun roh.
 Jika jasad tidak memiliki tuntutan-tuntutan yang tidak sehat dan di situ tidak terdapat kerja pengekangan nafsu, sedang kalbu [qalb, hati] tetap sehat, tuntutan-tuntutan jiwa terus berkembang, sedangkan jasad menjadi binasa karena melayani jiwa.[6]



3.      HUBUNGAN TASAWUF DENGAN FIQH
Kitab-kitab fiqh selalu dimulai dengan thaharah [tata cara bersuci],  dan persoalan- persoalan fiqh lainnya. Keterangan: ilmu fiqh tentang thaharah atau lainnya tidak secara langsung terkait dengan nilai-nilai rohanian. Thaharah terasa bermakna jika disertai pemahaman kerohaniannya. Ilmu fiqh akan sempurnah dengan Ilmu tasawuf, karna memberikan corak batinia terhadap ilmu fiqh. Corak yang dimaksud adalah seperti ikhlas dan khusyuk.Ilmu tasawuf dan ilmu fiqh adalah dua disiplin ilmu yang saling melengkapi. Ilmu tasawuf mampu menumbuhkan hukum-hukum fiqih. Karna, pelaksanaan kewajiban manusia tidak akan sempurna tanpa perjalanan kerohanian. Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Jatsiyah ayat 18.

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ الْأَمْرِفَاثَّبِعْهَا وَلاَثَثَّبِعْ اَهْوَاّءَالَّذِ يْنَ لاَيَعْلَمُوْنَ.
Artinya:
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu janganlah kamu nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”[7]
Al-Junaid dikutip Sa’id Hawwa yaitu: menuduh sesat yang menjadikan wushul (mencapai) Allah sebagai tindakan untuk melepaskan diri dari hokum-hukum syariat. Ia menegaskan bahwa “betul mereka sampai, tetapi ke neraka saqar.”[8]

4.      HUBUN0GAN TASAWUF DENGAN ILMU JIWA
Dalam percakapan sehari-hari, orang banyak mengaitkan unsur kejiwaan dalam diri manusia. Dalam jiwa yang dimaksud adalah jiwa manusia muslim, tidak lepas dari sentuhan-sentuhan keislaman.
Hubungan dan relevansi yang sangat erat antara spiritualitas [tasawuf] dan ilmu jiwa:
1.      Ilmu kesehatan mental
2.      Kajian tasawuf selalu berkaitaan dengan kejiwaan manusia.

Dalam pandangan kaum sufi, ahklak dan sifat seseorang bergantung pada jenis jiwa yang berkuasa atas dirinya. Jika yang berkuasa dalam tubuh adalah nafsu-nafsu hewani atau nabati, yang tampil dalam prilakunya adalah prilaku hewani atau nabati pula. Sebaliknya, jika yang berkuasa adalah nafsu insani, maka prilakunya insani  pula.
Keterangan:
Masalah mental ahli psikologi melakukan penelitian antara kelakuan dan keadaan mental. Hasil- hasil yang memberikan kesimpulan tegas, membagi manusia dua golongan besar. Sehat dan kurang sehat. Mental adalah semua unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, (attitude), dan perasaan.[9]
1.      Sehat mentalnya adalah mampu merasakan kebahagiaan hidup, dan menganggap dirinya berguna, berharga, dan mampu menggunakan segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin dengan cara membawa kebahagiaan dirinya dan orang lain. Mampu menyesuaikan diri dalam arti luas terhindar dari gelisa dan gangguan jiwa, serta tetap terpelihara moralnya.
2.      Orang kurang sehat mentalnya sangatlah luas, mulai dari yang ringan sampai yang berat; merasa terganggu ketentraman hatinya sampai orang sakit jiwa. Gejala-gejalah umum:
a.       Perasaan: terganggu, tidak tentram, gelisa, tetapi yang digelisakan tidak tentu, dan tidak dapat menghilangkannya; rasa takut tidak masuk akal, rasa iri, rasa sedih yang tidak beralasan, rasa rendah diri, sombong, suka bergantung pada orang lain, tidak bertanggu jawab dan sebagainya.
b.      Pikiran: gangguan pada kesehatan mental, mis: anak-anak menjadi bodoh di sekolah, pemalas, pelupa, suka membolos, tidak kosentrasi, termasuk orang dewasa.
c.       Kelakuan: tidak baik, seperti kenakalan, mencuri menyiksa orang lain, membunuh, merampok, dan menganiaya orang lain.
d.      Kesehatan: penyakit jasmani akibat jiwa yang tidak tentram [psyco-somatic]. Gejalanya: sakit kepala, merara lemas, letih, sering masuk angin, tekanan darah tinggi atau rendah, jantung, sesak napas, sering pingsan [kejang], bahkan sakit kepala berat, lumpuh sebagian anggota badan, lidah kelu, dsb.[10]

Sesungguhnya pada diri manusia yang tidak tenang hatinya, karena hatinya jauh dengan Tuhannya. Orang yang dekat dengan tuhannya kepribadiannya akan baik.
Ahmad Mubarok menjelaskan titik singgung antara Psikologi Barat dengan Psikologi Islam pada studi tentang manusia adalah satu-satunya makhluk yang menjadi subjek dan objek sekaligus. Yang menarik minat manusia adalah manusia itu sendiri. Ada tiga pertanyaan abadi pada manusia yang tidak pernah terjawab tuntas sepanjang sejarah manusia, yaitu dari mana, mau kemana, dan untuk apa manusia hidup dimuka bumi ini, min aina, ila aina dan li madza.



Kesimpulan:

Ilmu tasawuf adalah suatu ilmu yang sangat penting dimiliki manusia karena dengan ilmu tasawuf jiwa kita lebih tenang dan damai. Dan bertasawuf bukanlah harus dengan bertarikat tapi hakikat ilmu tasawuf adalah pembinaan jiwa kerohanian sehingga bisa berhubungan dengan Allah sedekat mungkin.Tasawuf tidak dapat lepas dari keterkaitannya dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti ilmu kalam, ilmu fiqh, filsafat, dan ilmu jiwa.
 a)   Hubungan Ilmu Tasawuf dengan ilmu kalam adalah Kebenaran dalam Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran Sejati (Allah) melalui mata hati. Tasawuf menemukan kebenaran dengan melewati beberapa jalan yaitu: maqom/at, hal (state) kemudian fana'.
Sedangkan kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur'an & Hadis).
Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman. Sebagaimana dijelaskan juga tentang menyelamatkan diri dari kemunafikan. Semua itu tidak cukup hanya diketahui batasan-batasannya oleh seseorang. Sebab terkadang seseorang sudah tahu batasan-batasan kemunafikan, tetapi tetap saja melaksanakannya.
Fungsi kaitan ilmu kalam dengan ilmu tasawuf :
Sebagai pemberi wawasan  spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu Tasawuf merupakan penyempurna ilmu kalam.

b)      Hubungan Ilmu Tasawuf dengan ilmu filsafat, Tasawuf adalah pencarian jalan ruhani, kebersatuan dengan kebenaran mutlak dan pengetahuan mistik menurut jalan dan sunnah. Sedangkan filsafah tidak dimaksudkan hanya filsafah peripatetic yang rasionalistik, tetapi seluruh mazhab intelektual dalam kultur Islam yang telah berusaha mencapai pengetahuan mengenai sebab awal melalui daya intelek. Filsafat terdiri dari filsafat diskursif (bahtsi) maupun intelek intuitif (dzawqi)..

c)    Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Fiqih adalah dua disiplin ilmu yang saling melengkapi. Setiap orang harus menempuh keduanya, dengan catatan bahwa kebutuhan perseorangan terhadap kedua disiplin ilmu ini sangat beragam,
 sesuai dengan kadar kualitas ilmunya. Dari sini dapat dipahami bahwa ilmu fikih,
yang terkesan sangat formalistik – lahiriyah, menjadi sangat kering, kaku, dan tidak mempunyai makna bagi penghambaan seseorang jika tidak diisi dengan muatan kesadaran rohaniyah yang dimiliki ilmu tsawuf. Begitu juga sebaliknya, tasawuf akan terhindar dari sikap-sikap “merasa suci” sehingga tidak perlu lagi memperhatikan kesucian lahir yang diatur dalam ilmu fikih.

8

d)   Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Jiwa adalah Dalam pembahasan tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan. Tujuan yang dikendaki dari uraian tentang hubungan antara jiwa dan badan dalam tasawuf adalah terciptanya keserasian antar keduanya. Pembahasan tentang jiwa dan badan ini dikonsepsikan para sufi untuk melihat sejauh mana hubungan prilaku yang diperaktekan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu terjadi, dari sini terlihatlah perbuatan itu berakhlak baik atau sebaliknya.
















9


Daftar Pustaka
  Ilmu Tasawuf, (Pustaka Setia Bandung, T.th) hlm.95-96

  Hadis Riwayat Muslim dan Tirmizi, Ilmu Tasawuf, (Pustaka Setia Bandung, T.th) hlm.96.

  Hadis Riwayat Al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya. Ilmu Tasawuf, (CV Pustaka Setia, T.th), hlm. 97-98.

  Al-Quran Surat Al-Hujarat, ayat 14.

  Ath-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Kabir, Maktabah Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1980, jilid IV, hlm. 5.

  Hawwa, Tarbiyatuna Ar-Ruhiyyah, Ilmu Tasawuf, (CV Pustaka Setia, T.th) hlm. 63-64.

  Al-Quran  Surat Al-Jatsiyah ayat 18.

  Sa’id Hawwa, Tarbiyatuna Ar-Ruhiyyah, Darusalem, Mesir, 1417/1997, hlm.72-73.

  Darajat Zaskiah, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, Bulan Bintang, (Jakarta,1982), hlm. 38-39.

   Ibit, hlm. 38-41.[11]


1  Ilmu Tasawuf, (Pustaka Setia Bandung, T.th) hlm.95-96
2  Hadis Riwayat Muslim dan Tirmizi, Ilmu Tasawuf, (Pustaka Setia Bandung, T.th) hlm.96
1



3  Hadis Riwayat Al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya. Ilmu Tasawuf, (CV Pustaka Setia, T.th), hlm. 97-98.


2

4  Al-Quran Surat Al-Hujarat, ayat 14.
3
5  Ath-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Kabir, Maktabah Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1980, jilid IV, hlm. 5.
4
6  Hawwa, Tarbiyatuna Ar-Ruhiyyah, Ilmu Tasawuf, (CV Pustaka Setia, T.th) hlm. 63-64.
[7]  Al-Quran  Surat Al-Jatsiyah ayat 18.
[8]  Sa’id Hawwa, Tarbiyatuna Ar-Ruhiyyah, Darusalem, Mesir, 1417/1997, hlm.72-73.
5

[9]  Darajat Zaskiah, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, Bulan Bintang, (Jakarta,1982), hlm. 38-39.
6
[10]   Ibit, hlm. 38-41.

7

10

No comments:

Post a Comment

RANGKUMAN MATERI TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH LENGKAP

A.    Konsep Karya Ilmiah Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari ...