Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Manusia adalah
makhluk sosial, yang selalu berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.
Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat sosial dari
pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas
lingkup sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila
psikologi pendidikan memandang gejala pendidikan dari konteks perilaku dan
perkembangan pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan
sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat. Dilihat dari objek
penyelidikannya sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial terutama
sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara umum juga merupakan bagian dari
kelompok ilmu sosial. Sedangkan yang termasuk dalam lingkup ilmu sosial antara
lain: ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu pendidikan, psikologi, antropologi dan
sosiologi. Dari sini terlihat jelas kedudukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
Sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan telah memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang,
metode dan susunan pengetahuan yang jelas. Objek penelitiannya adalah tingkah
laku manusia dan kelompok. Sudut pandangnya memandang hakikat masyarakat,
kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuannya terdiri
dari atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial,
kebudayaan dan perkembangan pribadi. Dengan segala keunikan yang dimiliki oleh
sosiologi pendidikan, kali ini kami selaku pemakalah akan membahas pengertian,
ruang lingkup, sejarah, dan tujuan dan kegunaan sosiologi pendidikan.
B. RumusanMasalah
i.
Pengenalantokoh-tokohpeletakdanpenguatfondasisosiologipendidikan?
ii.
Bentukpemikiranyang
ditemukanolehsetiaptokohsosiologipendidikan?
C. TujuanMasalah
i.
Mengenalitokoh-tokohpeletakdanpenguatfondasidalamsosiologipendidikan.
ii.
Mengetahuibentukpemikirandarisetiaptokohsosiologipendidikan.
iii.
MemenuhitugasmatakuliahSosiologiPendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengenalan Tokoh Pendiri Sosiologi (The Founding of Sosiology)
1. Karl Max
Karl Marx lahir dari keluarga Yahudi di
Trier, Jerman pada 1818. Ibunya berasal dari keluarga Rabbi Yahudi
sedangkan ayahnya berpendidikan sekuler dan pengacara yang sukses. Ketika
suasana politik tidak menguntungkan bagi pengacara Yahudi, ayah dan keluarganya
pindah menjadi pemeluk agama protestan. Padatahun1841, Marx meraih gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, universitas yang dipengaruhi oleh
pemikiran Hegel dan pengikutnya yang kritis. Ia menikah pada 1843 dan hijrah ke
Paris. Di sana beliau berkenalan dengan St. Simon dan Proudhon, tokoh pemikir
sosialis dengan Engels, mitra menulis sekaligus sahabat penopang ekonomi, serta
dengan berbagai pemikiran ekonomi politik Inggris seperti Adam Smith dan David
Ricardo. Aktif dalam berbagai gerakan buruh dan komunis.
Karl Marx dipahami oleh berbagai penulis
teks buku Sosiologi Pendidikan seperti Ivor
Morris(1972), K.W. Prichard dan T.H. Buxton(1973), Philip Robinson(1986) dan
Mareen T. Hallin(2000) tidak memberikan banyak sumbangan teoretis terhadap
pengembangan sosiologi pendidikan, namun Marx sangat berpengaruh terhadap cara
berpikir tentang pendidikan dan masyarakat.[1]
2. Emile Durkheim
Emile Durkheim dilahirkan di Epinal
Prancis pada 1858 dari keluarga Yahudi, ayahnya Rabbi.Beliau studi di Ecole Superieuredi Paris.
Dari tahun1887 sampai 1902 menjadi guru besar dalam ilmu-ilmu sosial
di Bordeaux. Pada masa tersebut,beliau berhasil menulis buku yang
monumental yaitu tentang The Division of Labor in Society, The Rules of Sosiological Method dan Suicide. Setelah itu, beliau pindah ke Universitas Sorbonne di Paris.
Pada masa itu, beliaujuga kembali menerbitkan buku The Elementary Froms of the Religious
Life.
Berbeda dengan Karl Marx, sumbangan
Emile Durkeim terhadap sosiologi pendidikan lebih terasa, terutama berbagai
ceramahnya tentang pendidikan yang diterbitkan dalam beberapa buku
seperti Educationand Society(1956), Moral Education(1961)
dan Evolution of Educational Thought(1977).[2]
3. Max Weber
Max Weber dilahirkan di Erfurt 1864
sebagai anak tertua dari delapan orang bersaudara. Ayahnya seorang otoriter
sedangkan ibunya adalah seorang saleh yang teraniaya. Oleh karena itu, terjadi
cekcok hebat antara Max Weber dengan ayahnya sehingga dia mengusir ayahnya. Beliau lebih banyak dipengaruhi paman dan
tantenya. Weber mengecap berbagai pendidikan.Antara lain ekonomi, sejarah, hukum,
filosofi dan teologi. Beliau meraih gelar doktor
dalam studi organisasi dagang abad pertengahan.Beliau diangkat sebagai guru besar dalam studi sejarah afraria Romawi di Berlin serta
menjadi guru besar ekonomi di Freiburg 1894 dan 1896di Heidelberg.[3]
4.
George Herbert Mead
George Herbert Mead lahir di south Hadley, massacussetts, Amerika
pada 27 febuari 1863, anak dari seorang pendeta. Ayahnya bernama Hiram Mead,
sedangkan ibunya bernama Elizabert Storrt Mead adalah seorang yang berkependidikan
yang mengajar di obelin college selama dua tahun, kemudian menjadi presiden di
mount holkoye college selama 10 tahun. Ketika berumun 10 tahun, George H.
mead masuk fakultas teologi di Oberlin di ohio, dan selesai pada tahun
1883. Ketika menjadi mahasiswa di sini dia berteman dengan henry castel,
seorang yang berasal dari keluarga kaya dan berpendidikan baik. Mereka sesing
berdiskusi tentang filsafat dan agama sehingga semakin kritis dan mereka banyak
mengembangkan tentang sastra, puisi dan sejarah.
B. Penguat Fondasi Sosiologi Pendidikan
Penguat Fondasi Sosiologi Pendidikan
merupakan para tokoh teori sosiologi yang melakukan aktivitas ilmiah berupa
revisi, mengembangkan dan mempertajamkan teori yang telah dikembangkan oleh
peletak fondasi teori sosiologi seperti Marx, Durkheim, Weber. Adapun tokoh penguat fondasi adalah sebagai berikut:
1. Alfred Schurtz
Alfred lahir di Wina pada 13 April
1889.Beliau mengikuti kuliah di Universitas Wina dibidang ilmu hukum,
ekonomi dan sosiologi (1918-1921).Selama di Wina,beliau juga menghadiri kuliahdari Max Weber. Setelah meraih
doktor,beliau bekerja sebagai sekretaris di sebuah bank di Wina, kemudian
pindah bekerja sebagai penasihat hukum pada sebuah bank swasta.Pada tahun 1939,beliau
bermigrasi ke Amerika.Pada tahun 1943,beliaumenjadi seorang akademisi dan
meninggal dunia pada 20 Mei 1959.
2. Piere Bourdieu
Piere Bourdieu dilahirkan
di kota kecil selatan Perancis pada 1930. Beliau diterima di the Ecole Normale
Superieure pada tahun1950, namun beliautidak menulis tesis Masternya karena ketidaksetujuan
terhadap struktur sekolah yang otoriter. Beliau aktif menentang orientasi komunis
dari sekolahnya. Pengalaman wajib militer selama dua tahun di Aljazair pada tahun1958-1960 danmendorongnya untuk menulis buku.
Setelah itu, beliau kembali ke Paris dan mengajar sebagai asisten Raymond Aron.
Ketika kedudukan pemimpin College de France lowong karena Raymond Aron memasuki
pensiun pada 1981, Bourdieu menggantikannya. Semenjak itu,beliau memegang peranan kunci dalam
sosiologi Perancis.[4]
C. Pemikiran Tokoh-tokoh Sosiologi Pendidikan
1. Alfred Schurtz
Dalam pandangan Alfred Schutz, Max Weber tidak
serius mengembangkan apa yang dimaksud tentang verstehen (interpretative understanding) atau disebut
dengan pemahaman interpretative dan teori makna. “Weber tidak membedakan antara
tindakan yang dianggap sebagai sesuatu yang masih sedang berlangsung dan yang
sudah selesai, antara makna penghasil suatu benda kultural dan makna benda yang
dihasilkan, antara makna tindakan saya dan tindakan orang lain .“ Jadi kata
Schutz, mengembangkan teori makna tanpa mendiskusikan bagaimana makna ini
sendiri muncul, dipertahankan, dikemnbangkan dan diubah. Topik ini dikembangkan
oleh Schutz sehingga pemikirannya dianggap sebagai fenomenologi, yaitu studi
tentang cara bagaimana fenomena hal-hal yang kita sadari muncul kepada kita dan
cara yang paling mendasar dari permunculannya adalah sebagai suatu aliran
pengalaman indrawi (streams of experience) yang berkesinambungan yang kita
terima melalui pancaindra kita.
2. Karl Marx
a) PendekatanMaterialismeHistoris
Ada empat konsep penting dalam memahami pendekatan materialisme
historis. Pertama, Means of Production. Kedua, Realition of Production
(hubungan produksi).Ketiga,Mode of Production.Keempat,Force of Production.
Perubahan cara produksi itulah yang
menyebabkan adanya perubahan sosial budaya dan dimensi pendidikan. Perubahan
cara produksi tersebut terletak pada teknologi baru, penemuan sumber-sumber
baru atau perkembangan baru apapun dalam bidang kegiatan produktif.
Karena cara produksi berubah, maka
muncul kontradiksi antara cara produksi dan hubungan produksi. Ketika
kontradiksi telah merusak parah keseimbangan, maka ia akan berdampak pada
perubahan terhadap hubungan produksi seperti perubahan pada pembagian kerja,
dasar dan bentuk struktur kelas. Pada gilirannya dapat mengubah mode produksi.[5]
b) TeoriAlienasi (Keterasingan)
Kapitalisme telah menyebabkan
manusia mengalami alienasi karena hasil kreativitas produsen menjadi terasingataudiasingkan dari produsen itu
sendiri. Alienasi ini bisa berupa :
(1)
Produk diluar kontrol dari produsen
seperti jenis, kualitas, kuantitas, hargadan pemasaran produk.
(2) Produsen harus menyesuaikan diri dengannya seperti mengikuti kapasitasprodusen
mesin.
Oleh karena itu, menurut McLellan,
manusia mengalami alienasi dalam tiga arti. Pertama, manusia teralienasi dari produk
kerjanya sendiri.Dalam arti bahwa ia hanya sekadar embel-embel dari proses
produksi, sebagai pelayan mesin atau orang yang memindahkan kertas di kantor.
Kedua, manusia juga teralienasi dari dirinya sendiri. Dalam arti bahwa ia
bekerja karena terpaksa dan sebagai akibatnya manusia diubah menjadi hewan,
karena ia hanya merasa senang apabila melakukan fungsi-fungsi hewani, yakni
makan, minum, dan memiliki anak-anak. Terakhir, manusia teralienasi dari sesamanya.
Hubungan yang ada di tempat kerja mempengaruhi hubungan dalam kehidupan di luar
kerja.
c)
Teori Perubahan Sosial
DalamThe Communist Manifesto, Marx menyatakan “Sejarah dari semua masyarakat hingga
saat ini adalah sejarah perjuangan kelas.” Perjuangan kelas berakar dari adanya
pembagian kerja dan pemilikan pribadi. Keberadaan pembagian kerja dan pemilikan
pribadi menghasilkan kontradiksi yang dalam dan luas pada masyarakat serta
menciptakan stratifikasi sosial dalam masyarakat yaitu kelas pemilik dan kelas
bukan pemilik.
d)
Tentang Agama
Menurut Marx,“agama sebagai candu masyarakat”. Pernyataan ini dapat dipahami
karena Marx melihat bahwa superstruktur sosio-budaya, termasuk di dalam
ideologi politik dan agama yang dibangun atas infrastruktur ekonomi dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan dan persyaratan yang dimiliki oleh
infrastruktur ekonomi tersebut.
3.
Emile Durkheim
Ketika beliau menjadi direktur ilmu pendidikan di
Sorbon, Paris (yang kemudian menjadi dirkektur ilmu pendidikan dan sosiologi
pada tahun 1913) telah memandangbahwa pendidikan sebagai suatu social
thing. Masyarakat secara keseluruhan beserta masing-masing lingkungan
sosial didalamnya merupakan sumber penentu cita-cita yang dilaksanakan lembaga
pendidikan.
Menurut Durkheim, pendidikan itu bukanlah hanya suatu
bentuk tetapi bermacam-macam, baik dalam arti ideal maupun
aktualnya. Oleh karena itu, pendidikan merupakan suatualat untuk mengembangkan kesadaran
diri dan kesadaran sosial (The individual self and the social self, the I
and the we or the homoduplex) yang menjadi suatu paduan yang stabil,
disiplin dan utuh secara bermakna.
Durkheim pada waktu menyampaikan
kuliah pengukuhannya di Sorbon, menyatakan bahwa dunia pendidikan harus
melakukan perubahan-perubahan dan penyesuaian-penyesuaian seirama dengan arus
deras transformasi yang berlangsung pada masyarakat modern dan beliau menyimpulkan
lagi bahwa tidak ada yang melebihi pentingnya pendekatan sosiologi bagi para
guru.
4. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun mengemukakan pemikiran baru yang
menyatakan bahwa sistem sosial manusia dapat berubah seiring
dengan kemampuan pola berpikir mereka, keadaan muka bumi di sekitar mereka,
pengaruh iklim, makanan, emosi serta jiwa manusia itu sendiri.
Beliau
juga berpendapat bahwa pola pemikiran masyarakat berkembang secara bertahap
yang dimulai dari tahap primitif, pemilikan, peradaban, kemakmuran dan kemunduran
(keterpurukan). Pemikiran Ibnu Khaldun dikagumi oleh tokoh sejarah keturunan
Yahudi, Prof. Emeritus, Dr. Bernerd Lewis yang mengukuhkan tokoh ilmuwan itu
sebagai ahli sejarah arab yang hebat pada abad pertengahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosiologi merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari tentang masyarakat. Istilah sosiologi diperkenalkan
pertama kali oleh August Comte pada abad ke-19.Perkembangan manusia sering
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Hal tersebut
perlu diperhatikan oleh para pendidik agar pandai-pandai memecahkan masalah
pendidikan melalui analisis sosiologi.
Sosiologi pendidikan muncul dari
pemikiran para tokoh-tokoh sosiologi, yang dapat diklasifikasi tokoh peletak
dan tokoh penguat fondasi sosiologi pendidikan. Mereka itu adalah Karl Marx, Emile Durkheim, Max Weber, Alfred
SchutzdanPiere Bourdieu.
B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini, kita
bisa mengerti dan tahu tentang sosiologi dalam pendidikan agar kita bisa
mengetahui, memahami tentang ilmu sosiologi dan tidak ketinggalan karena di
zaman modern ini kita bisa menggunakan sosiologi sebagai alat untuk interaksi
pembelajaran dari individu satu dengan yang lainya. Jadi, dengan belajar ilmusosiologi, kita jugabisa mengetahui perubahan sosialzamanterkini.
DAFTAR PUSAKA
Budiman, Arief.
1986. Mencari Konsep Manusia Indonesia Sebuah Bunga Rampai. Jakarta:
Erlangga.
H, Ary, Gunawan. 2010.Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Lawang. Robert M. Z. 1986. Teori
Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia.
Maliki, Zainuddin. 2008. SosiologiPendidikan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Ahmadi, Abu. 2007. SosiologiPendidikan. Jakarta: PT. RinekaCipta.
No comments:
Post a Comment