BAB I
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Assalammu’alaikum
Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat
illahi Robbi – Tuhan semesta alam, yang maha pengasih dan penyayang yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kelompok kami sehingga tugas makalah “Pendidikan Islam di Moghul ” dapat
terselesaikan dengan baik. Salawat serta senantiasa kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sebagai Uswatun khasanah bagi umat manusia semuanya.
Akhirnya atas bantuan semua
pihak makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Demikian
yang bisa kelompok kami sampaikan, dengan harapan semoga Allah SWT senantiasa
membalas segala kebaikan kita semua dan InsyaAllah makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca sekalian .Amin
Wasalmmu’alaikum Wr. Wb.
Mojokerto, 30 April 2016
Penulis
B. Latar Belakang
Dunia Islam pada Abad ke-17 tertumpu kepada
tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Syafawi di Persia, Mughal di India, dan
Turki Utsmani di Turki dengan dua periode. Periode 1500-1700 merupakan fase
kemajuan Islam melalui tiga kerajaan besar tersebut. Secara eksternal, di masa
itu pusat kekuasaan imperium Romawi Timur yaitu Konstantinopel telah jatuh ke
tangan Turki dan kemajuan ekspansi Islam ke Eropa Timur berjalan lancar. Adapun
secara internal, ketiga kerajaan tersebut memiliki kecenderungan
teologi-politik yang berbeda. Kerajaan Syafawi di Persia menjadikan aliran
Syi’ah sebagai madzhab resmi dari kerajaan, dan semenjak itu sampai kini Iran
adalah pusat aliran Syi’ah. Kerajaan Utsmani merupakan Kekhalifahan Sunni.
Sementara Kerajaan Mughal di India berusaha memperkecilkan pertentangan antara
Sunni dan Syi’ah.
KerajaanMughal telah berdiri seperempat abad sesudah berdirinya
Kerajaan Syafawi. Jadi di antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan
ini yang merupakan kerajaan yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan
Islam pertama di anak Benua India. Jauh sebelum Kerajaan Mughal berdiri,
sebenarnya semenjak abad I Hijriyah, Islam sudah masuk ke India. Ekspedisi
pertama pada zaman Khalifah Umar bin al-Khattab, tapi akhirnya Khalifah Umar
telah mencela penjarahan tersebut dan menarik eskpedisi tersebut. Pada tahun
634 M, setelah Khalifah Umar wafat, barulah orang-orang Arab menaklukan Makram
di Balukistan. Kemudian setelah kekuasaan Islam berada pada Dinasti Umaiyah di
bawah Khalifah Walid Ibn Abd al-Malik, tentara Islam sekali lagi mengadakan
invasi ke wilayah India di bawah panglima Muhammad Ibn al-Qasim dan berhasil
menguasai wilayah Sind. Dan pada tahun 871 M, orang-orang Arab sudah menghuni
tetap di sana. Kemudian muncul kekuasaan Islam melalui Dinasti Ghaznawi (977-1186
M), Khalji (1296-1316 M), Thuglaq (1320-1412 M), Sayyid (1414-1415 M), dan
Dinasti Lodhi (1451-1526 M). Jadi, Mughal adalah kerajaan Islam yang terakhir
di India (1526-1858 M), tepatnya setelah Dinasti Lodhi jatuh, hingga berganti
dengan pemerintahan imperialiasme Inggris yang memerintah di sana. Demikian
juga, peradaban Islam di India tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Dinasti
Mughal. Selama tiga abad dinasti ini mampu memberi warna di negeri yang
mayoritas beragama Hindu ini. Setidaknya agama Islam menjadi tersebar di
seluruh penjuru India.
Makalah ini
selain menggambarkan secara ringkas bagian-bagian penting tentang asal-usul,
tumbuh, berkembang serta mundurnya peradaban yang dibina Kerajaan Mughal, juga
mengulas faktor-faktor yang mendorong kejayaan hingga tenggelamnya kerajaan
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil pelajaran, bagaimana membalikkan
gelombang peradaban di anak benua India tersebut.
C. Rumusan Masalah
1. Sejak kapan lahirnya dinasti Mughal?
2. Bagaimana perkembangan Islam pada dinasti Mughal?
3. Apa saja kemajuan yang telah dimajukan dalam dinasti
Mughal?
4. Bagaimana pendidikan Islam pada dinasti Mughal?
5. Apa yang menyebabkan dinasti Mughal mengalami kemunduran?
D. Tujuan Masalah
Tujuan kami menuliskan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kapan lahirnya dinasti Mughal
2. Untuk mengetahui bagaimana Islam berkembang pada dinasti
Mughal
3. Untuk mengetahui apa saja kemajuan dalam dinasti Mughal
4. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Islam pada dinasti
Mughal
5. Untuk mengetahui punca kemunduran dinasti Mughal
Daftar Isi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah terbentuknya Dinasti Mughal
Dinasti Mughal
merupakan sebuah dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal dari
daerah Asia Tengah, yang berketurunan Timur Lenk, seorang Turki-Mughal yang
lahir di Kesh,Transoksania pada tahun 1336. Pemimpinnya dikenal sebagai seorang
muslim fanatik dan pertama kali melakukan penyerangan ke India pada tahun 1398.
Selain itu, beliau mengangkat Khizer Khan sebagai gubenur di Multan sekaligus
menjadi wakilnya untuk India.Timur Lenk meninggal pada usia 70 tahun tahun 1405
dan takhtanya telah diberikan kepada anaknya, Syah Rukh Mirza. India dapat
ditaklukan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, salah satu keturunan Timur Lenk pada
tahun 1503.
Secara
geneologis, Babur merupakan cucu Timur Lenk, dari pihak ayah dan keturunan
Jenghiz Khan, dari pihak ibu.[1]
Babur lahir pada 14 Februari 1483 pada hari Jum’at di Farghana, di bagian utara
Transoksania.Sepeninggalan ayahnya, beliau telah menggantikannya sebagai
penguasa di Farghana.[2]
Ekspansinya ke India dimulai dengan menundukkan penguasa setempat yaitu Ibrahim
Lodi dengan bantuan Alam Khan dan gubernur Lahore.[3]
Ia menghadapi Dinasti Lody yang terakhir yang tentaranya berjumlah 40.000 orang
diluar kota Panipat pada April 1526. Dalam peperangan ini, Lody terbunuh dan
Babur menguasai Delhi dan Agra.[4] Sejak itu Babur dapat menguasai India dan
mendirikan dinasti Mughal yang beribukota di Delhi.[5]
Dinasti Mughal menjadi
sebutan umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia tengah,
dan meskipun Timur Lenk dan semua pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama
musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu, dan
sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu. Ensiklopedia
Islam bahkan menyebutkan “Mogul” didirikan oleh seorang penjajah dari Asia
Tengah, Muhammad Zahiruddin Babur dari etnis Mongol.Dari pendapat di atas,
sesuatu yang dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran
Timur Lenk dan bukan warisan keturunan India yang asli.
B. Perkembangan Islam pada Dinasti Mughal
1. Humayyun (1530-1540 M dan 1555-1556 M)
Babur
mempunyai empat orang putra, yaitu Humayyun, Kamran, Hindal, dan Aksari. Di
antara empat anaknya ini, hanya Humayyun yang melanjutkan kekuasaan ayahnya.
Beliau lahir pada Maret 1508 di Kabul. Ketika kecil beliau mempelajari bahasa
Arab, Turki, dan Persia. Ketika berusia 20 tahun, beliau berkuasa di
Badakhshan, saat ayahnya masih memegang tampuk kekuasaannya. Dalam
pemerintahannya, beliau bisa menguasai Kalanjir, Chunar, Malwa, dan Gurajat
(1531).[6]
Sepanjang pemerintahannya, kondisi negara
tidak stabil karena banyak terjadi perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada tahun
1540, terjadinya pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan di Qanuj. Dalam
pertempuran ini, Humayyun kalah dan melarikan diri ke Qandahar dan kemudian ke
Persia. Atas bantuan Raja Persia, beliau menyusun kekuatannya kembali. Setelah
merasa kuat, beliau melakukan pembalasan dan menguasai India lagi pada tahun
1555 M.[7]
Setelah perluasan daerah kekuasaannya, beliau
menaklukkan penyerangan di Bengal untuk membantu penguasa daerah tersebut
yaitu, Sultan Mahmud yang sedang melawan Sher Syah Suri. Ketika peperangan
terjadi, beliau kehilangan kontak untuk mengontrol kekuasaannya di Delhi dan
Agra. Ternyata kedua wilayah tersebut dikendalikan oleh saudaranya, Hindal.
Peperangan tersebut mengalami kekalahan. Pasukan beliau dipukul mundur oleh
Sher Syah, hingga melarikan diri ke Iran pada Juli 1543 untuk meminta bantuan
dari raja Persia yaitu Syah Tahmasp. Raja Persia membantu beliau dan bisa
menaklukan Qandahar dan Kabul.
Di luar India Sher Syah Suri memperkokohkan
kekuasaannya dan melakukan pembaruan dibidang administrasi, keuangan,
perdagangan, komunikasi keadilan, perpajakan, dan pertanian. Namun ia wafat
pada 22 Mei 1545. Takhtanya digantikan kepada putranya, Ismail Syah yang
memerintah dari 1545-1553. Beliau tidak sesukses ayahnya hingga beliau wafat.
Takhtanya digantikan kepada anaknya, Firuz yang masih muda berumur 12 tahun.
Namun beliau dibunuh oleh pamannya sendiri, Mubariz Khan yang menjadi penguasa
meskipun menghadapi tantangan.
Humayyun memanfa’atkan kekacauan pemerintahan
musuhnya sehingga bisa merebut kembali Delhi dan Arga. Namun beliau wafat
karena kecelakaan, jatuh dari lantai dua perpustakaan Sher Mandal, di Delhi, pada
Januari 1556.
2. Akbar Khan (1556-1605 M)
Kekuasaan Humayyun telah dilanjutkan oleh
putranya, Akbar Khan yang gelarnya sebagai Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar
Khan. Sewaktu naik takhta, beliau masih berumur 15 tahun dan memerintah India
selama 50 tahun (1556-1605 M).[8]
Karena usianya masih muda, pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang
penganut Syi’ah. Di periode pertama, Akbar menghadapi berbagai pemberontakan.
Di Punjab, Khan Syah melancarkan pemberontakan setelah menggalang sisa-sisa
pengikutnya. Di Agra pemberontakan kaum Hindu dipimpin oleh Hemu dan berhasil
menguasai kota itu dan Delhi. Di wilayah barat lahir gerakan yang dipimpin oleh
saudara seayah dengan Akbar, Mirza Muhammad Hakim. Kasmir, Multan, Bengala,
Sind, Gujarat, Bijapur dan lain-lain berusaha melepaskan diri dari kekuasaan
Mughal.[9]
Namun, setelah
Akbar berumur dewasa, beliau dapat mengembalikan wilayah-wilayah yang pernah
melepaslan diri dan memperluaskan wilayah-wilayah baru secara gemilang.
Strateginya yang pertama, beliau menyingkirkan Bairam Khan karena
terlalu memaksakan paham Syi’ah. Kedua,beliau melancarkan
serangan kepada para penguasa yang menyatakan merdeka. Ketiga,beliau memperkuatkan militer dan mewajibkan
pejabat sipil mengikuti latihan militer. Keempat, beliau membuat
kebijakan shalahul, yaitu toleransi universal.
Kebijakan ini memberikan hak persamaan kepada semua penduduk, mereka tidak
dibedakan berdasarkan etnis maupun agama. Bahkan, beliau menawarkan konsep
penyatuan agama-agama menjadi satu bentuk agama yang disebut Din-i-ilahi. Dengan strategi ini, wilayah Mughal
menjadi sangat luas, dua kota penting sebagai pintu gerbang ke luar, Kabul dan
Kandahar dikuasai.[10]
Sistem
pemerintahan Akbar adalah militeristik. Pemerintahan pusat dipegang oleh raja. Pemerintahan
daerah dipegang oleh Sipah Salar atau
kepala komandan. Sedangkan subdistrik dikepalai oleh Faudjar atau komandan.[11]
Jabatan-jaatan sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya
diwajibkan mengikuti latihan militer.[12]
Selama
menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas dan keamanan
dalam negeri. Dia menyadari bahwa masyarakat India merupakan masyarakat yang
plural, baik dari segi agama maupun etnis. Kebijakan-kebijakannya dibuat untuk
tetap menjaga persatuan di wilayahnya. Akbar menerapkan politik “Sulh-E-Kul” atau toleransi universal, yang
memandang semua rakyat sama derajatnya.[13]
Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din-i-Ilahi, yaitu
menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya adalah
kepentingan stabilitas politik. Dengan adanya penyatuan agama ini diharapkan
tidak terjadi permusuhan antar pemeluk agama. Untuk merealisasikan ajarannya,
Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan menggunakan
simbol hindu, melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan khitan dan
melarang menyembelih dan memakan daging sapi.[14]
Usaha lain
Akbar adalah membentuk Mansabdharis, yaitu
lembaga public service yang berkewajiban menyiapkan segala
urusan kerajaan, seperti menyiapkan sejumlah pasukan tertentu. Lembaga ini
merupakan merupakan satu kelas penguasa yang terdiri dari berbagai etnis yang
ada yaitu Turki, Afghanistan, Persia dan Hindu.[15]
3. Jahanghir (1605-1628 M)
Penguasa
Mughal yang ketiga adalah Jahanghir, puteranya Akbar. Masa pemerintahannya
kurang lebih 23 tahun (1605-1628). Jahanghir adalah pengikut Ahlussunnah wal Jama’ah,
sehingga Din-i-ilahi yang dibentuk ayahnya menjadi hilang
pengaruhnya. Pemerintahannya diwarnai dengan pemberontakan, seperti
pemberontakan di Ambar yang tidak mampu dipadamkan. Pemberontakan juga muncul
dari dalam istana yang dipimpin oleh Kurram, putranya sendiri. Dengan bantuan
panglima Muhabbat Khan, Kurram menangkap dan menyekap Jahanghir. Berkat usaha
permaisuri, permusuhan ayah dan anak dapat didamaikan. Akhirnya setelah Jahanghir
meninggal (1627 M), Kurram naik tahta dan bergelar Abu Muzaffar Shahabuddin
Muhammad Shah Jahan Padsah Ghazi.[16]
4. Syah Jihan (1628-1658)
Syah Jihan
tampil menggantikan Jihanghir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada
pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi
Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun
pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak
dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela
kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi
atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan
ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inidipatahkan dan
Khan Jahan dihukum mati.
Aurangzeb
(1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas
Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya
dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. Periode ini
merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan
sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam
yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar. Raja-raja pengganti
Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi
kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali
kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
C. Bentuk Kemajuan Kerajaan Mughal
Kemajuan yang dicapai pada masa dinasti
Mughal merupakan sumbangan yang berarti dalam mensyiarkan dan membangun
peradaban Islam di India. Kemajuan-kemajuan tersebut antara lainadalah:[17]
1. Bidang Politik dan Militer
Sistem yang
menonjol adalah politik sulh e-kul atau
toleransi universal. Sistem sangat tepat karena mayoritas masyarakat India
adalah Hindu sedangkan Mughal adalah sistem Islam. Di sisi lain terdapat juga
rasa atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang merupakan produk
dari sistem ini
adalah Din-i-Ilahi dan Mansabdhari.
Di bidang
militer, pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan yang kuat. Mereka terdiri dari
paukan gajah, berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi dalam sistem distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai oleh sipah salar dan sub distrik dikepalai oleh Faujdar. Dengan sistem inilah pasukan Mughal berhasil menaklukkan
daerah-daerah disekitarnya.
2. Bidang Ekonomi
Kontribusi
Mughal dibidang ekonomi adalah memajukan pertanian terutama untuk tanaman padi,
kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas. Pemerintah membentuk lembaga
khusus untuk mengatur masalah pertanian. Wilayah terkecil disebut deh, dan beberapa dehtergabung
dalam bargana (kawedanan)setiap komunitas petani
dipimpin oleh mukaddam. Melalui mukaddam inilah pemerintah berhubungan dengan
petani.
Disamping pertanian, pemerintah juga memajukan industry
tenun. Hasil industry ini banyak dekspor keluar negeri seperti Eropa, Arabia,
Asia Tenggara dan lain-lain. Pada masa Jahangir, banyak investor asing yang
diizinkan menanamkan investasinya, seperti mendirikan pabrik pengolahan hasil
pertanian di Surath.
3. Bidang Seni dan Arsitektur
Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat
terkenal dan dapat dinikmati sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari
arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan
kombinasi warna-warni. Bangunan yang menunjukkan ciri ini antara lain: benteng
merah, istaa-istana, makam kerajaan dan yang paling tujuh keajaiban dunia yang
dibangun oleh Syekh Jehan khusus untuk istrinya Noor Mahal yang cantik jelita.
Bangunan lain yang bermotif sama adalah Masjid Raya Delhi yang berlapis marmer
dan sebuah istana di Lahore.
Kebijakan-kebijakan dalam pengembangan
kebudayaan ditampakkan adanya bentuk perpaduan antara unsur Islam dengan Hindu.
Bentuk ini misalnya dapat dilihat secara jelas pada arsitektur dan lukisan pada
beberapa benteng dan istana di Ajmer, Agra, Allahabad, Lahore, dan Fathepur
Sikri. Sejumlah bangunan dinding yang berkelok-kelok untuk menyangga bagian
atap, bentuk-bentuk zoomorphic, motif lonceng dan rantai, dan sejumlah sarana
lainnya, seluruhnya telah digunakan dalam konstruksi bangunan masjid dan istana
zaman sebelumnya. Kubah yang lahir dari tradisi arsitektur Muslim dipakai baik
untuk masjid maupun kuil.
Bidang sastra
juga telahbanyakmenonjolpadafaseini. Banyak karya sastra yang diubah dari bahasa Persia ke
bahasa India. Pada masa Akbar berkembang bahasa Urdu, yang merupakan perpaduan
dari berbagai bahasa yang ada di India. Bahasa urdu ini kemudian banyak dipakai
di India dan Pakisan sekarang. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah malik
Muhammad Jayashi, dengan karya monumentalnya Padmavat, sebuah
karya alegoris yang mengandung kebajikan jiwa manusia. Sastrawan lain adalah
Abu Fadhl yang juga sejarawan. Karyanya berjudul AkbarNama dan Ain e-Akbari, yang
mengupas sejarah Mughal berdasarkan figure pimpinannya.[18]
4. Bidang Agama
Pada masa Akbar Khan, perkembangan agama
Islam di dinastiMughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu
Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi.
Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam.
Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan
sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya
mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut
mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-symbol agama yang
di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di
Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi
dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan, “Din-i-llahi itu
merupakan Pancasilanya bangsa Indonesia”.
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan
terhadap pengembangan Islam seperti pada daerah Benggal, Islam langsung
disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang
merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh
Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi
bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia
dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan
oleh Dinasti Mughal.
D. Pendidikan Islam pada Dinasti Mughal
Pada masa dinasti Islam Mughal, pendidikan memperoleh perhatian yang cukup
besar. Untuk keperluan ini pihak kerajaan mendorong untuk menjadikan masjid
selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat belajar agama bagi masyarakat.
Di masjid memang telah tersedia ulama yang akan memberikan pengajaran berbagai
cabang ilmu agama. Bahkan, di masjid juga telah
disediakan ruangan khusus bagi para pelajar yang ingin tinggal di masjid selama
mengikuti pendidikan. Karena itu, hampir setiap masjid merupakan pengembang
ilmu-ilmu agama tertentu dengan guru-guru spesialis. Dalam perkembangannya,
masjid raya telah berkembang menjadi sebuah universitas.[19]
Seorang ilmuwan muslim di masa dinasti Mughal, pendidikan didorong dengan hadiah uang untuk masjid.
Semua masjid selalu mempunyai sekolah rendah.[20]
Ini berarti perhatian sejumlah penguasa Mughal terhadap pembinaan agama dengan
membangun sejumlah masjid misalnya amat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan
Islam dan ajaran Islam di kalangan masyarakat. Sementara itu, untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan bagi orang-orang kaya, pihak kerajaan juga telah
menyediakan madrasah-madrasah khusus. Pendidikan atau sekolah khusus ini juga
disediakan bagi orang Hindu yang disebut Pat Shala. Namun
demikian, di samping sekolah khusus bagi kelompok agama tertentu pihak kerajaan
juga menyediakan sekolah tempat anak-anak muslin dan Hindu belajar bersama.[21]
Selain masjid,
terdapat khanqah (pesantren) yang dipimpin olehulama atau wali, yang secara umum ada di daerah-daerah pendalaman. Khanqah pada era ini merupakan
pusat studi Islam yang dinilai baik. Di khanqah telahdiajarkan
berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika, mantik/logika, filsafat, tafsir
Qur’an, hadits, fiqih, sejarah, dan geografi. Bahasa Persia pada masa itu
merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran agama
Islam. Pendidikan yang diselenggarakan ini diikuti oleh siapa saja, baik
laki-laki maupun perempuan. Karena itu sejumlah kaum wanita dari keluarga
terdidik, misalnya Gulbadan Begum, Maham Anga, Nur Jahan, Mumtaz Mahal, Jahan
Ara Begum, dan Zaibun Nisa yang kemudiannya menjadi penulis terampil.[22]
Selain itu,
pihak kerajaan juga menyediakan perpustakaan yang bisa dimanfaatkan oleh siapa
saja. Akbar Khan dikenal
sebagai raja yang gemar membaca dan mengoleksi buku. Pada era ini juga banyak
buku-buku terjemahan yang diterbitkan. Diantaranya buku terjemahan kisah
Mahabaratha dan Ramayana yang dibuat oleh Badayuni ke dalam bahasa Persia. Raja
lainnya, Jahangir dikenal sebagai raja pelindung para ilmuwan. Ia juga menulis
biografinya sendiri dengan judul Tuzk-i-Jahangiri.[23]
Berbagai
kegiatan tulis menulis dalam masalah agama, sejarah, maupun syair, ikut
melengkapi koleksi perpustakaan kerajaan sekaligus penyebaran ilmu pengetahuan.
Karena itu tidak sedikit dijumpai perpustakaan yang ada di berbagai wilayah
kerajaan Mughal. Pada tahun 1641 misalnya, terdapat sebuah perpustakaan di Agra
yang memiliki koleksi 20,000 buku.
Karena itu, semangat dan perkembangan agama Islam yang telah berkembang di
kalangan kerajaan maupun masyarakat pada umumnya sebetulnya bersamaan dengan
tumbuhnya lembaga-lembaga keagamaan, pendidikan dan ilmu pengetahuan.[24]
Kemajuan ilmu
pengetahuan dan pendidikan Islam di masa kerajaan Islam Mughal memang tidak
segemilang masa Islam klasik sebelumnya. Hal ini didasari oleh beberapa alasanyaitu:
1) Metode berpikir
dalam bidang teologi di masa ini adalah metode berpikir tradisional setelah
metode berpikir rasional Mu’tazilah padam.
2) Kebebasan
berpikir ala pemikiran filsafat Yunani menurun setelah al-Ghazali melontarkan
kritik terhadap filsafat dan di sisi yang lain ajaran tasawuf yang
mengesampingkan kehidupan dunia berkembang pesat.
3)
Sarana-sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran, seperti perpustakaan
dan karya ilmiah asing banyak yang hancur di masa Islam klasik, sehingga di
masa Mughal seperti ada rantai pengetahuan yang terputus.[25]
Sumbangan
peradaban Islam kepada kebudayaan bangsa India teramat penting. Dalam bangunan
sosial budaya masyarakat India yang berbeda-beda, banyak ciri yang maju,
seperti penghormatan kepada wanita dan hak-hak mereka. Tidak salah kalau
dinyatakan bahwa setelah fajar Islam, bangsa India berhutang budi kepada Islam
dan kaum muslimin.[26]
E. Masa Kemunduran Dinasti Mughal
Dari masa panjang sekitar tiga setengah abad
Mughal berkuasa, tetapi masa perkembangan dan kejayaannya hanya dapat
dipertahankan sekitar satu abad, yaitu sampai dengan masa Aurangzeb (1658-1707
M). Setelah masa Aurangzeb, Mughal mengalami kemunduran secara berangsur-angsur
dalam waktu sekitar kurang dekiti dari dua abad. Di masa Sultan Bahadur Syah,
Mughal mengalami kejatuhannya yaitu ketika sultan terakhir Bahadur Syah diusir
dari istananya.
Banyak faktor penyebab kemunduran dan kehancurannya,
antara lainnyaadalah:[27]
- Perebutan kekuasaan antara keluarga. Hampir semua keturunan Babur umumnya memiliki watak yang keras dan ambisius sebagai keturunan Timur Lenk yang juga wataknya demikian.
- Pemberontakan oleh umat Hindu. Umat Hindu yang mayoritas dan umat Islam yang minoritas tapi memegang otoritas kekuasaan. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan sebagian garis keras orang-orang hindu kepada pemerintahan Islam. Pemberontakan-pemberontakan dari pihak Hindu beberapa kali terjadi seperti yang dipimpin oleh Hemu di Delhi dan Agra masa Akbar I, pemberontakan yang dipimpin oleh guru Tegh Bahadur di masa Aurangzeb, Pemberontakan di Panipat yang dipimpin oleh Rraja Udaipur.
- Serangan dari kerajaan atau kekuatan luar. Serangan pihak luar semula dilakukan oleh Raja Safawi di Persia, kemudian dari Afghanistan. Pangkal perselisihan antara Mughal dan Safawi karena rebutan daerah Kandahar.
- Kelemahan Ekonomi. Kemunduran politik Mughal sangat menguntungkan bangsa-bangsa Barat untuk menguasai jalur perdagangan. Akhirnya terjadilah persaingan dagang di pantai selatan India antara Inggris, Portugis, Belanda dan Perancis, yang dimenangkan Inggris. Selanjutnya Inggris melalui Persyarikatan Dagang India Timur atau The East India Company (EIC) menguasai perdagangan India.
- Intervensi Politik dan Militer dari kekuatan imperialis Barat. Konflik laten antara kekuasaan Islam dengan umat hindu dimanfaatkan oleh Barat dengan melakukan politik devide et impera.
- Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
- Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasardalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintahan dinasti Mughal berkuasa selama 3
abad lebih, terhitung mulai tahun berdirinya 1526 M sampai tahun kehancurannya
1858 M atau dengan istilah lain, kerajaan ini bertahan dan berkuasa selama 332
tahun. Dinasti Mughal telah melewati konsepsi itu. Namun Kerajaan Mughal tidak
mungkin lepas dari sejarah Islam sekaligus sejarah India, karena kerajaan ini
merupakan warisan dua peradaban besar tersebut.
Apa yang dapat kami
simpulkandaripembahasan di atasbahwa:
1. Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap
khazanah kebudayaan India.
2. Dengan hadirnya Dinasti Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya
yang nyaris tenggelam, kembali
muncul.
3. Kemajuan yang dicapai Dinasti Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan
peradaban dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik
toleransi (sulakhul), system pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
4. DinastiMughal telah
berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada membentuk sebuah
kultur Muslim secara eksklusif.
5. Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.
DAFTAR PUSAKA
1. Moh. Nurhakim. Sejarah dan Peradaban
Islam (Malang: UMM Press, Cet.2, 2004), 147
2. Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam:
Dari Klasik hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009), 184
3. Zafar Iqbal. Sejarah Kebudayaan Islam,
(Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), hlm, 282.
4. Badrim Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Islamiyah II, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2003), hlm, 175
5. Abdullah, Taufik, EnsiklopediTematisDunia
Islam, Jilid 2, Jakarta: IchtiarBaru Van Hoeve, 2002
6. Ahmad, Kh. Jamil, Seratus
Muslim Terkemuka, Jakarta: PustakaFirdaus, 2000
7. Gazalba, Sidi, Masjid
PusatIbadatdanKebudayaan Islam, Jakarta: Al-Husna, 1994
[2]- BadrimYatim, SejarahPeradaban Islam
DirasahIslamiyyah II, Jakarta, 2003. Hal.175-176
[3]- Moh. Nurhakim, SejarahdanPeradaban Islam, Malang,
2004. Hal.147
[4]- Siti Maryam, SejarahPeradaban Islam: Dari
KlasikHingga Modern, Yogyakarta, 2009. Hal.184
[5]- BadrimYatim, SejarahPeradaban Islam
DirasahIslamiyyah II, Jakarta, 2003. Hal.175-176
[7]- Siti Maryam, SejarahPeradaban Islam: Dari
KlasikHingga Modern, Yogyakarta, 2009. Hal.184
[9]- Moh. Nurhakim, SejarahdanPeradaban Islam, Malang,
2004. Hal.148
[11]- SemacamPanglima Daerah Militer (Pangdam) yang
memimpindivisitentara
[12]- Siti Maryam, SejarahPeradaban Islam: Dari
KlasikHingga Modern, Yogyakarta, 2009. Hal.184
[13]- Ibid., 184
[14]- Ibid., 185
[15]- Ibid., 185
[17]- Ibid., 187-188
[20]- SidiGazalba, Masjid PusatIbadatdanKebudayaan
Islam, Jakarta, 1994, Hal.287
[21]- Taufik Abdullah, EnsiklopediTematisDunia Islam,
Jil.2, Jakarta, 2002, Hal.297
[22]- Ibid., 297-298
[24]- Kh. Jamil Ahmad, Seratus Muslim Termuka,
Jakarta, 2000, Hal.416
[25]- BadriYatim, SejarahPeradaban Islam, Jakarta,
2000, Hal.152-153
[26]- AbulHasan Ali Nadwi, Islam danDunia, Bandung,
1995, Hal.77
No comments:
Post a Comment