Friday, 4 November 2016

Makalah Pendidikan Islam Di Mughal


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Kata Pengantar


Assalammu’alaikum Wr. Wb.
   Puji syukur kehadirat illahi Robbi – Tuhan semesta alam, yang maha pengasih dan penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kelompok kami sehingga tugas makalah “Pendidikan Islam di Moghul ” dapat terselesaikan dengan baik. Salawat serta senantiasa kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sebagai Uswatun khasanah bagi umat manusia semuanya.
   Akhirnya atas bantuan semua pihak makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Demikian yang bisa kelompok kami sampaikan, dengan harapan semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan kita semua dan InsyaAllah makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca sekalian .Amin
Wasalmmu’alaikum Wr. Wb.

                                                                                      


Mojokerto, 30 April 2016

Penulis

 




B. Latar Belakang


Dunia Islam pada Abad ke-17 tertumpu kepada tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Syafawi di Persia, Mughal di India, dan Turki Utsmani di Turki dengan dua periode. Periode 1500-1700 merupakan fase kemajuan Islam melalui tiga kerajaan besar tersebut. Secara eksternal, di masa itu pusat kekuasaan imperium Romawi Timur yaitu Konstantinopel telah jatuh ke tangan Turki dan kemajuan ekspansi Islam ke Eropa Timur berjalan lancar. Adapun secara internal, ketiga kerajaan tersebut memiliki kecenderungan teologi-politik yang berbeda. Kerajaan Syafawi di Persia menjadikan aliran Syi’ah sebagai madzhab resmi dari kerajaan, dan semenjak itu sampai kini Iran adalah pusat aliran Syi’ah. Kerajaan Utsmani merupakan Kekhalifahan Sunni. Sementara Kerajaan Mughal di India berusaha memperkecilkan pertentangan antara Sunni dan Syi’ah.
KerajaanMughal telah berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan Syafawi. Jadi di antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan ini yang merupakan kerajaan yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak Benua India. Jauh sebelum Kerajaan Mughal berdiri, sebenarnya semenjak abad I Hijriyah, Islam sudah masuk ke India. Ekspedisi pertama pada zaman Khalifah Umar bin al-Khattab, tapi akhirnya Khalifah Umar telah mencela penjarahan tersebut dan menarik eskpedisi tersebut. Pada tahun 634 M, setelah Khalifah Umar wafat, barulah orang-orang Arab menaklukan Makram di Balukistan. Kemudian setelah kekuasaan Islam berada pada Dinasti Umaiyah di bawah Khalifah Walid Ibn Abd al-Malik, tentara Islam sekali lagi mengadakan invasi ke wilayah India di bawah panglima Muhammad Ibn al-Qasim dan berhasil menguasai wilayah Sind. Dan pada tahun 871 M, orang-orang Arab sudah menghuni tetap di sana. Kemudian muncul kekuasaan Islam melalui Dinasti Ghaznawi (977-1186 M), Khalji (1296-1316 M), Thuglaq (1320-1412 M), Sayyid (1414-1415 M), dan Dinasti Lodhi (1451-1526 M). Jadi, Mughal adalah kerajaan Islam yang terakhir di India (1526-1858 M), tepatnya setelah Dinasti Lodhi jatuh, hingga berganti dengan pemerintahan imperialiasme Inggris yang memerintah di sana. Demikian juga, peradaban Islam di India tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Dinasti Mughal. Selama tiga abad dinasti ini mampu memberi warna di negeri yang mayoritas beragama Hindu ini. Setidaknya agama Islam menjadi tersebar di seluruh penjuru India.
Makalah ini selain menggambarkan secara ringkas bagian-bagian penting tentang asal-usul, tumbuh, berkembang serta mundurnya peradaban yang dibina Kerajaan Mughal, juga mengulas faktor-faktor yang mendorong kejayaan hingga tenggelamnya kerajaan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengambil pelajaran, bagaimana membalikkan gelombang peradaban di anak benua India tersebut.

C. Rumusan Masalah


1.      Sejak kapan lahirnya dinasti Mughal?
2.      Bagaimana perkembangan Islam pada dinasti Mughal?
3.      Apa saja kemajuan yang telah dimajukan dalam dinasti Mughal?
4.      Bagaimana pendidikan Islam pada dinasti Mughal?
5.      Apa yang menyebabkan dinasti Mughal mengalami kemunduran?

D. Tujuan  Masalah


Tujuan kami menuliskan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui kapan lahirnya dinasti Mughal
2.      Untuk mengetahui bagaimana Islam berkembang pada dinasti Mughal
3.      Untuk mengetahui apa saja kemajuan dalam dinasti Mughal
4.      Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Islam pada dinasti Mughal
5.      Untuk mengetahui punca kemunduran dinasti Mughal







Daftar Isi


 





BAB II

PEMBAHASAN


A.    Sejarah terbentuknya Dinasti Mughal


Dinasti Mughal merupakan sebuah dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal dari daerah Asia Tengah, yang berketurunan Timur Lenk, seorang Turki-Mughal yang lahir di Kesh,Transoksania pada tahun 1336. Pemimpinnya dikenal sebagai seorang muslim fanatik dan pertama kali melakukan penyerangan ke India pada tahun 1398. Selain itu, beliau mengangkat Khizer Khan sebagai gubenur di Multan sekaligus menjadi wakilnya untuk India.Timur Lenk meninggal pada usia 70 tahun tahun 1405 dan takhtanya telah diberikan kepada anaknya, Syah Rukh Mirza. India dapat ditaklukan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, salah satu keturunan Timur Lenk pada tahun 1503. 
Secara geneologis, Babur merupakan cucu Timur Lenk, dari pihak ayah dan keturunan Jenghiz Khan, dari pihak ibu.[1] Babur lahir pada 14 Februari 1483 pada hari Jum’at di Farghana, di bagian utara Transoksania.Sepeninggalan ayahnya, beliau telah menggantikannya sebagai penguasa di Farghana.[2] Ekspansinya ke India dimulai dengan menundukkan penguasa setempat yaitu Ibrahim Lodi dengan bantuan Alam Khan dan gubernur Lahore.[3] Ia menghadapi Dinasti Lody yang terakhir yang tentaranya berjumlah 40.000 orang diluar kota Panipat pada April 1526. Dalam peperangan ini, Lody terbunuh dan Babur menguasai Delhi dan Agra.[4] Sejak itu Babur dapat menguasai India dan mendirikan dinasti Mughal yang beribukota di Delhi.[5]
Dinasti Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia tengah, dan meskipun Timur Lenk dan semua pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu. Ensiklopedia Islam bahkan menyebutkan “Mogul” didirikan oleh seorang penjajah dari Asia Tengah, Muhammad Zahiruddin Babur dari etnis Mongol.Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk dan bukan warisan keturunan India yang asli.

B.     Perkembangan Islam pada Dinasti Mughal


1.      Humayyun (1530-1540 M dan 1555-1556 M)


Babur mempunyai empat orang putra, yaitu Humayyun, Kamran, Hindal, dan Aksari. Di antara empat anaknya ini, hanya Humayyun yang melanjutkan kekuasaan ayahnya. Beliau lahir pada Maret 1508 di Kabul. Ketika kecil beliau mempelajari bahasa Arab, Turki, dan Persia. Ketika berusia 20 tahun, beliau berkuasa di Badakhshan, saat ayahnya masih memegang tampuk kekuasaannya. Dalam pemerintahannya, beliau bisa menguasai Kalanjir, Chunar, Malwa, dan Gurajat (1531).[6]
Sepanjang pemerintahannya, kondisi negara tidak stabil karena banyak terjadi perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada tahun 1540, terjadinya pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan di Qanuj. Dalam pertempuran ini, Humayyun kalah dan melarikan diri ke Qandahar dan kemudian ke Persia. Atas bantuan Raja Persia, beliau menyusun kekuatannya kembali. Setelah merasa kuat, beliau melakukan pembalasan dan menguasai India lagi pada tahun 1555 M.[7]
Setelah perluasan daerah kekuasaannya, beliau menaklukkan penyerangan di Bengal untuk membantu penguasa daerah tersebut yaitu, Sultan Mahmud yang sedang melawan Sher Syah Suri. Ketika peperangan terjadi, beliau kehilangan kontak untuk mengontrol kekuasaannya di Delhi dan Agra. Ternyata kedua wilayah tersebut dikendalikan oleh saudaranya, Hindal. Peperangan tersebut mengalami kekalahan. Pasukan beliau dipukul mundur oleh Sher Syah, hingga melarikan diri ke Iran pada Juli 1543 untuk meminta bantuan dari raja Persia yaitu Syah Tahmasp. Raja Persia membantu beliau dan bisa menaklukan Qandahar dan Kabul.
Di luar India Sher Syah Suri memperkokohkan kekuasaannya dan melakukan pembaruan dibidang administrasi, keuangan, perdagangan, komunikasi keadilan, perpajakan, dan pertanian. Namun ia wafat pada 22 Mei 1545. Takhtanya digantikan kepada putranya, Ismail Syah yang memerintah dari 1545-1553. Beliau tidak sesukses ayahnya hingga beliau wafat. Takhtanya digantikan kepada anaknya, Firuz yang masih muda berumur 12 tahun. Namun beliau dibunuh oleh pamannya sendiri, Mubariz Khan yang menjadi penguasa meskipun menghadapi tantangan.
Humayyun memanfa’atkan kekacauan pemerintahan musuhnya sehingga bisa merebut kembali Delhi dan Arga. Namun beliau wafat karena kecelakaan, jatuh dari lantai dua perpustakaan Sher Mandal, di Delhi, pada Januari 1556.

2.      Akbar Khan (1556-1605 M)


Kekuasaan Humayyun telah dilanjutkan oleh putranya, Akbar Khan yang gelarnya sebagai Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Sewaktu naik takhta, beliau masih berumur 15 tahun dan memerintah India selama 50 tahun (1556-1605 M).[8] Karena usianya masih muda, pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di periode pertama, Akbar menghadapi berbagai pemberontakan. Di Punjab, Khan Syah melancarkan pemberontakan setelah menggalang sisa-sisa pengikutnya. Di Agra pemberontakan kaum Hindu dipimpin oleh Hemu dan berhasil menguasai kota itu dan Delhi. Di wilayah barat lahir gerakan yang dipimpin oleh saudara seayah dengan Akbar, Mirza Muhammad Hakim. Kasmir, Multan, Bengala, Sind, Gujarat, Bijapur dan lain-lain berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Mughal.[9]
Namun, setelah Akbar berumur dewasa, beliau dapat mengembalikan wilayah-wilayah yang pernah melepaslan diri dan memperluaskan wilayah-wilayah baru secara gemilang. Strateginya yang pertamabeliau menyingkirkan Bairam Khan karena terlalu memaksakan paham Syi’ah. Kedua,beliau melancarkan serangan kepada para penguasa yang menyatakan merdeka. Ketiga,beliau memperkuatkan militer dan mewajibkan pejabat sipil mengikuti latihan militer. Keempat, beliau membuat kebijakan shalahul, yaitu toleransi universal. Kebijakan ini memberikan hak persamaan kepada semua penduduk, mereka tidak dibedakan berdasarkan etnis maupun agama. Bahkan, beliau menawarkan konsep penyatuan agama-agama menjadi satu bentuk agama yang disebut Din-i-ilahi. Dengan strategi ini, wilayah Mughal menjadi sangat luas, dua kota penting sebagai pintu gerbang ke luar, Kabul dan Kandahar dikuasai.[10]
Sistem pemerintahan Akbar adalah militeristik. Pemerintahan pusat dipegang oleh raja. Pemerintahan daerah dipegang oleh Sipah Salar atau kepala komandan. Sedangkan subdistrik dikepalai oleh Faudjar atau komandan.[11] Jabatan-jaatan sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer.[12]
Selama menjalankan pemerintahan, Akbar menekankan terciptanya stabilitas dan keamanan dalam negeri. Dia menyadari bahwa masyarakat India merupakan masyarakat yang plural, baik dari segi agama maupun etnis. Kebijakan-kebijakannya dibuat untuk tetap menjaga persatuan di wilayahnya. Akbar menerapkan politik “Sulh-E-Kul” atau toleransi universal, yang memandang semua rakyat sama derajatnya.[13] Dalam bidang agama Akbar menciptakan Din-i-Ilahi, yaitu menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya adalah kepentingan stabilitas politik. Dengan adanya penyatuan agama ini diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk agama. Untuk merealisasikan ajarannya, Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan menggunakan simbol hindu, melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan khitan dan melarang menyembelih dan memakan daging sapi.[14]
Usaha lain Akbar adalah membentuk Mansabdharis, yaitu lembaga public service yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti menyiapkan sejumlah pasukan tertentu. Lembaga ini merupakan merupakan satu kelas penguasa yang terdiri dari berbagai etnis yang ada yaitu Turki, Afghanistan, Persia dan Hindu.[15]

3.      Jahanghir (1605-1628 M)


Penguasa Mughal yang ketiga adalah Jahanghir, puteranya Akbar. Masa pemerintahannya kurang lebih 23 tahun (1605-1628). Jahanghir adalah pengikut Ahlussunnah wal Jama’ah, sehingga Din-i-ilahi­ yang dibentuk ayahnya menjadi hilang pengaruhnya. Pemerintahannya diwarnai dengan pemberontakan, seperti pemberontakan di Ambar yang tidak mampu dipadamkan. Pemberontakan juga muncul dari dalam istana yang dipimpin oleh Kurram, putranya sendiri. Dengan bantuan panglima Muhabbat Khan, Kurram menangkap dan menyekap Jahanghir. Berkat usaha permaisuri, permusuhan ayah dan anak dapat didamaikan. Akhirnya setelah Jahanghir meninggal (1627 M), Kurram naik tahta dan bergelar Abu Muzaffar Shahabuddin Muhammad Shah Jahan Padsah Ghazi.[16]

4.      Syah Jihan (1628-1658)


Syah Jihan tampil menggantikan Jihanghir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inidipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam.  Periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar. Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.

C.    Bentuk Kemajuan Kerajaan Mughal


Kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Mughal merupakan sumbangan yang berarti dalam mensyiarkan dan membangun peradaban Islam di India. Kemajuan-kemajuan tersebut antara lainadalah:[17]

1.      Bidang Politik dan Militer


Sistem yang menonjol adalah politik sulh e-kul atau toleransi universal. Sistem sangat tepat karena mayoritas masyarakat India adalah Hindu sedangkan Mughal adalah sistem Islam. Di sisi lain terdapat juga rasa atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang merupakan produk dari sistem ini adalah Din-i-Ilahi dan Mansabdhari.
Di bidang militer, pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan yang kuat. Mereka terdiri dari paukan gajah, berkuda dan meriam. Wilayahnya dibagi dalam sistem distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai oleh sipah salar dan sub distrik dikepalai oleh Faujdar. Dengan sistem inilah pasukan Mughal berhasil menaklukkan daerah-daerah disekitarnya.

2.      Bidang Ekonomi


Kontribusi Mughal dibidang ekonomi adalah memajukan pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas. Pemerintah membentuk lembaga khusus untuk mengatur masalah pertanian. Wilayah terkecil disebut deh, dan beberapa dehtergabung dalam bargana (kawedanan)setiap komunitas petani dipimpin oleh mukaddam. Melalui mukaddam inilah pemerintah berhubungan dengan petani.
Disamping pertanian, pemerintah juga memajukan industry tenun. Hasil industry ini banyak dekspor keluar negeri seperti Eropa, Arabia, Asia Tenggara dan lain-lain. Pada masa Jahangir, banyak investor asing yang diizinkan menanamkan investasinya, seperti mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surath.

3.      Bidang Seni dan Arsitektur


Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan dapat dinikmati sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Bangunan yang menunjukkan ciri ini antara lain: benteng merah, istaa-istana, makam kerajaan dan yang paling tujuh keajaiban dunia yang dibangun oleh Syekh Jehan khusus untuk istrinya Noor Mahal yang cantik jelita. Bangunan lain yang bermotif sama adalah Masjid Raya Delhi yang berlapis marmer dan sebuah istana di Lahore.
Kebijakan-kebijakan dalam pengembangan kebudayaan ditampakkan adanya bentuk perpaduan antara unsur Islam dengan Hindu. Bentuk ini misalnya dapat dilihat secara jelas pada arsitektur dan lukisan pada beberapa benteng dan istana di Ajmer, Agra, Allahabad, Lahore, dan Fathepur Sikri. Sejumlah bangunan dinding yang berkelok-kelok untuk menyangga bagian atap, bentuk-bentuk zoomorphic, motif lonceng dan rantai, dan sejumlah sarana lainnya, seluruhnya telah digunakan dalam konstruksi bangunan masjid dan istana zaman sebelumnya. Kubah yang lahir dari tradisi arsitektur Muslim dipakai baik untuk masjid maupun kuil.
Bidang sastra juga telahbanyakmenonjolpadafaseini. Banyak karya sastra yang diubah dari bahasa Persia ke bahasa India. Pada masa Akbar berkembang bahasa Urdu, yang merupakan perpaduan dari berbagai bahasa yang ada di India. Bahasa urdu ini kemudian banyak dipakai di India dan Pakisan sekarang. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah malik Muhammad Jayashi, dengan karya monumentalnya Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung kebajikan jiwa manusia. Sastrawan lain adalah Abu Fadhl yang juga sejarawan. Karyanya berjudul AkbarNama dan Ain e-Akbari, yang mengupas sejarah Mughal berdasarkan figure pimpinannya.[18]

4.      Bidang Agama


Pada masa Akbar Khan, perkembangan agama Islam di dinastiMughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-symbol agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan, “Din-i-llahi itu merupakan Pancasilanya bangsa Indonesia”.
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.

D.    Pendidikan Islam pada Dinasti Mughal


Pada masa dinasti Islam Mughal, pendidikan memperoleh perhatian yang cukup besar. Untuk keperluan ini pihak kerajaan mendorong untuk menjadikan masjid selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat belajar agama bagi masyarakat. Di masjid memang telah tersedia ulama yang akan memberikan pengajaran berbagai cabang ilmu agama. Bahkan, di masjid juga telah disediakan ruangan khusus bagi para pelajar yang ingin tinggal di masjid selama mengikuti pendidikan. Karena itu, hampir setiap masjid merupakan pengembang ilmu-ilmu agama tertentu dengan guru-guru spesialis. Dalam perkembangannya, masjid raya telah berkembang menjadi sebuah universitas.[19] Seorang ilmuwan muslim di masa dinasti Mughal, pendidikan didorong dengan hadiah uang untuk masjid. Semua masjid selalu mempunyai sekolah rendah.[20] Ini berarti perhatian sejumlah penguasa Mughal terhadap pembinaan agama dengan membangun sejumlah masjid misalnya amat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan Islam dan ajaran Islam di kalangan masyarakat. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orang-orang kaya, pihak kerajaan juga telah menyediakan madrasah-madrasah khusus. Pendidikan atau sekolah khusus ini juga disediakan bagi orang Hindu yang disebut Pat Shala. Namun demikian, di samping sekolah khusus bagi kelompok agama tertentu pihak kerajaan juga menyediakan sekolah tempat anak-anak muslin dan Hindu belajar bersama.[21]
Selain masjid, terdapat khanqah (pesantren) yang dipimpin olehulama atau wali, yang secara umum ada di daerah-daerah pendalaman. Khanqah pada era ini merupakan pusat studi Islam yang dinilai baik. Di khanqah telahdiajarkan berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika, mantik/logika, filsafat, tafsir Qur’an, hadits, fiqih, sejarah, dan geografi. Bahasa Persia pada masa itu merupakan bahasa pengantar dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran agama Islam. Pendidikan yang diselenggarakan ini diikuti oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Karena itu sejumlah kaum wanita dari keluarga terdidik, misalnya Gulbadan Begum, Maham Anga, Nur Jahan, Mumtaz Mahal, Jahan Ara Begum, dan Zaibun Nisa yang kemudiannya menjadi penulis terampil.[22]
Selain itu, pihak kerajaan juga menyediakan perpustakaan yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Akbar Khan dikenal sebagai raja yang gemar membaca dan mengoleksi buku. Pada era ini juga banyak buku-buku terjemahan yang diterbitkan. Diantaranya buku terjemahan kisah Mahabaratha dan Ramayana yang dibuat oleh Badayuni ke dalam bahasa Persia. Raja lainnya, Jahangir dikenal sebagai raja pelindung para ilmuwan. Ia juga menulis biografinya sendiri dengan judul Tuzk-i-Jahangiri.[23]        
Berbagai kegiatan tulis menulis dalam masalah agama, sejarah, maupun syair, ikut melengkapi koleksi perpustakaan kerajaan sekaligus penyebaran ilmu pengetahuan. Karena itu tidak sedikit dijumpai perpustakaan yang ada di berbagai wilayah kerajaan Mughal. Pada tahun 1641 misalnya, terdapat sebuah perpustakaan di Agra yang memiliki koleksi 20,000 buku. Karena itu, semangat dan perkembangan agama Islam yang telah berkembang di kalangan kerajaan maupun masyarakat pada umumnya sebetulnya bersamaan dengan tumbuhnya lembaga-lembaga keagamaan, pendidikan dan ilmu pengetahuan.[24]
Kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam di masa kerajaan Islam Mughal memang tidak segemilang masa Islam klasik sebelumnya. Hal ini didasari oleh beberapa alasanyaitu:
 1) Metode berpikir dalam bidang teologi di masa ini adalah metode berpikir tradisional setelah metode berpikir rasional Mu’tazilah padam.
2) Kebebasan berpikir ala pemikiran filsafat Yunani menurun setelah al-Ghazali melontarkan kritik terhadap filsafat dan di sisi yang lain ajaran tasawuf yang mengesampingkan kehidupan dunia berkembang pesat.
3) Sarana-sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran, seperti perpustakaan dan karya ilmiah asing banyak yang hancur di masa Islam klasik, sehingga di masa Mughal seperti ada rantai pengetahuan yang terputus.[25]
Sumbangan peradaban Islam kepada kebudayaan bangsa India teramat penting. Dalam bangunan sosial budaya masyarakat India yang berbeda-beda, banyak ciri yang maju, seperti penghormatan kepada wanita dan hak-hak mereka. Tidak salah kalau dinyatakan bahwa setelah fajar Islam, bangsa India berhutang budi kepada Islam dan kaum muslimin.[26]

E.     Masa Kemunduran Dinasti Mughal


Dari masa panjang sekitar tiga setengah abad Mughal berkuasa, tetapi masa perkembangan dan kejayaannya hanya dapat dipertahankan sekitar satu abad, yaitu sampai dengan masa Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah masa Aurangzeb, Mughal mengalami kemunduran secara berangsur-angsur dalam waktu sekitar kurang dekiti dari dua abad. Di masa Sultan Bahadur Syah, Mughal mengalami kejatuhannya yaitu ketika sultan terakhir Bahadur Syah diusir dari istananya.
Banyak faktor penyebab kemunduran dan kehancurannya, antara lainnyaadalah:[27]
  1. Perebutan kekuasaan antara keluarga. Hampir semua keturunan Babur umumnya memiliki watak yang keras dan ambisius sebagai keturunan Timur Lenk yang juga wataknya demikian.
  2. Pemberontakan oleh umat Hindu. Umat Hindu yang mayoritas dan umat Islam yang minoritas tapi memegang otoritas kekuasaan. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan sebagian garis keras orang-orang hindu kepada pemerintahan Islam. Pemberontakan-pemberontakan dari pihak Hindu beberapa kali terjadi seperti yang dipimpin oleh Hemu di Delhi dan Agra masa Akbar I, pemberontakan yang dipimpin oleh guru Tegh Bahadur di masa Aurangzeb, Pemberontakan di Panipat yang dipimpin oleh Rraja Udaipur.
  3. Serangan dari kerajaan atau kekuatan luar. Serangan pihak luar semula dilakukan oleh Raja Safawi di Persia, kemudian dari Afghanistan. Pangkal perselisihan antara Mughal dan Safawi karena rebutan daerah Kandahar.
  4. Kelemahan Ekonomi. Kemunduran politik Mughal sangat menguntungkan bangsa-bangsa Barat untuk menguasai jalur perdagangan. Akhirnya terjadilah persaingan dagang di pantai selatan India antara Inggris, Portugis, Belanda dan Perancis, yang dimenangkan Inggris. Selanjutnya Inggris melalui Persyarikatan Dagang India Timur atau The East India Company (EIC) menguasai perdagangan India.
  5. Intervensi Politik dan Militer dari kekuatan imperialis Barat. Konflik laten antara kekuasaan Islam dengan umat hindu dimanfaatkan oleh Barat dengan melakukan politik devide et impera.
  6. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
  7. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasardalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.












 



BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan


Pemerintahan dinasti Mughal berkuasa selama 3 abad lebih, terhitung mulai tahun berdirinya 1526 M sampai tahun kehancurannya 1858 M atau dengan istilah lain, kerajaan ini bertahan dan berkuasa selama 332 tahun. Dinasti Mughal telah melewati konsepsi itu. Namun Kerajaan Mughal tidak mungkin lepas dari sejarah Islam sekaligus sejarah India, karena kerajaan ini merupakan warisan dua peradaban besar tersebut.
Apa yang dapat kami simpulkandaripembahasan di atasbahwa:
1. Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India.
2. Dengan hadirnya Dinasti Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
3. Kemajuan yang dicapai Dinasti Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
4. DinastiMughal telah berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada membentuk sebuah kultur Muslim secara eksklusif.

5. Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.



DAFTAR PUSAKA


1.      Moh. Nurhakim. Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UMM Press, Cet.2, 2004), 147
2.      Siti Maryam, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam: Dari Klasik hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, Cet.3, 2009), 184
3.      Zafar Iqbal. Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), hlm, 282.
4.      Badrim Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2003), hlm, 175
5.      Abdullah, Taufik, EnsiklopediTematisDunia Islam, Jilid 2, Jakarta: IchtiarBaru Van Hoeve, 2002
6.      Ahmad, Kh. Jamil, Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta: PustakaFirdaus, 2000
7.      Gazalba, Sidi, Masjid PusatIbadatdanKebudayaan Islam, Jakarta: Al-Husna, 1994



[1]-Siti Maryam, SejarahPeradaban Islam: Dari KlasikHingga Modern, Yogyakarta, 2009. Hal.184
[2]- BadrimYatim, SejarahPeradaban Islam DirasahIslamiyyah II, Jakarta, 2003. Hal.175-176
[3]- Moh. Nurhakim, SejarahdanPeradaban Islam, Malang, 2004. Hal.147
[4]- Siti Maryam, SejarahPeradaban Islam: Dari KlasikHingga Modern, Yogyakarta, 2009. Hal.184
[5]- BadrimYatim, SejarahPeradaban Islam DirasahIslamiyyah II, Jakarta, 2003. Hal.175-176
[6]- Zafar Iqbal, SejarahKebudayaan Islam, Jakarta, Hal.283
[7]- Siti Maryam, SejarahPeradaban Islam: Dari KlasikHingga Modern, Yogyakarta, 2009. Hal.184

[8]- Siti Maryam, SejarahPeradaban Islam: Dari KlasikHingga Modern, Yogyakarta, 2009. Hal.184
[9]- Moh. Nurhakim, SejarahdanPeradaban Islam, Malang, 2004. Hal.148
[10]- Ibid., 14
[11]- SemacamPanglima Daerah Militer (Pangdam) yang memimpindivisitentara
[12]- Siti Maryam, SejarahPeradaban Islam: Dari KlasikHingga Modern, Yogyakarta, 2009. Hal.184
[13]- Ibid., 184
[14]- Ibid., 185
[15]- Ibid., 185
[16]- Siti Maryam, SejarahPeradaban Islam: Dari KlasikHingga Modern, Yogyakarta, 2009. Hal.189
[17]- Ibid., 187-188
[18]- Moh. Nurhakim, SejarahdanPeradaban Islam, Malang, 2004. Hal.150
[19]- Taufik Abdullah, EnsiklopediTematisDunia Islam, Jil.2, Jakarta, 2002, Hal.297
[20]- SidiGazalba, Masjid PusatIbadatdanKebudayaan Islam, Jakarta, 1994, Hal.287
[21]- Taufik Abdullah, EnsiklopediTematisDunia Islam, Jil.2, Jakarta, 2002, Hal.297
[22]- Ibid., 297-298
[23]- Ibid., 298
[24]- Kh. Jamil Ahmad, Seratus Muslim Termuka, Jakarta, 2000, Hal.416
[25]- BadriYatim, SejarahPeradaban Islam, Jakarta, 2000, Hal.152-153
[26]- AbulHasan Ali Nadwi, Islam danDunia, Bandung, 1995, Hal.77
[27]- Moh. Nurhakim, SejarahdanPeradaban Islam, Malang, 2004. Hal.150-151

No comments:

Post a Comment

RANGKUMAN MATERI TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH LENGKAP

A.    Konsep Karya Ilmiah Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari ...